Karakteristik unik batubara selaku reservoir gas diputuskan alasannya adalah sifatnya yang heterogen dan merupakan media berpori yang anisotropic. Pori ialah celah terbuka dalam matriks batubara yang mempunyai kedalman lebih besar dari lebarnya, serta memiliki kombinasi dalam bentuk dan lebarnya (Aminian dan Rodvelt, 2014). Pori-pori dalam batubara dapat terisolasi atau juga terhubung satu sama lain membentuk sebuah jaringan.
Pori sering dimodelkan selaku gabungan kubus atau satu set bangkit berupa blok yang terhubung satu sama lain oleh rekahan/cleat. Cleat merupakan jejak dari proses pembatubaraan dan berbagai tegangan tektonik yang dialami batubara. Menurut Flores 2013 dan Zou 2012, terdapat 3 jenis pori dalam batubara adalah:
1. Mikropori (< 2nm)
2. Mesopori (2-50nm)
3. Makropori (> 50nm)
Gambar tata cara pori dan rekahan dalam batubara. |
Rata-rata sekitar 77% pori dalam batubara berbentukmikropori, 5% berbentukmesopori, 15% berbentukmakropori dan 3% berupa cleat dan fraktur (Mastalrez, dkk, 2008). Gas yang terbentuk selama proses pembatubaraan baik termogenik maupun biogenik tersimpan dalam reservoir batubara melalui proses absorpsi (absorption) dan adsorpsi (adsorption) di dalam metode pori (mikropori, mesopori, dan makropori), cleats dan atau fraktur. Sebagian besar gas dalam batubara tersimpan dalam mikropori melalui proses adsorpsi, sehingga luas permukaan pori berperan lebih penting dibanding volume pori.
Pori-pori batubara jumlahnya sangat banyak sehingga batubara juga memiliki luas pemukaan yang sungguh besar, sekitar 1 cm3 batubara dapat memiliki luas permukaan hingga 3 m2 (Mares dkk, 2009). Beberapa ilustrasi pengukuran pori batubara menunjukkan bahwa batubara dengan ketebalan 5m di area seluas 1 km persegi dengan jumlah sumberdaya sebanyak 5 juta m3 mampu mempunyai luas permukaan internal sampai 1500 km2 (Moore, 2012).
Dengan luas area permukaan yang sedemikian besar, tidaklah heran kalau batubara memiliki kesanggupan untuk menyimpan aneka macam gas dalam bentuk teradsorpsi pada area permukaan pori yang sungguh besar tersebut. Dalam berat yang sama, batubara memiliki 6 - 7 kali lebih banyak permukaan internal mikropori dibandingkan konvensional reservoir, sehingga mampu menyimpan lebih banyak gas (Nuccio, 2000). Batubara dikenal memiliki 2 jenis porositas (dual porosity) yaitu:
1. Porositas Cleat
2. Prositas Mikropori
Baca juga: Proses Pembentukan Batubara
Porositas cleat diartikan selaku area terbuka diantara cleat. Perhitungan volume pori batubara tergolong sukar untuk dilakukan di laboratorium, khususnya alasannya jadinya yang kebanyakan tidak akurat. Perhitungan volume pori batuan biasa dijalankan dengan metode mercury impregnation. Akan namun, alasannya adalah akhirnya sering tidak akurat maka sistem itu dikala ini jarang dipakai pada batubara (Moore, 2102). Estimasi besarnya volume pori batubara saat ini lebih banyak dikerjakan dengan memakai metode small angle scatter (Radlinski, 2004).
Batubara yang telah berproduksi secara komersil memiliki porositas cleat rata-rata 1 - 2% (Aminian dan Rodvelt, 2012). Pada lazimnya nilai porositas cleat yang digunakan untuk pemodelan pemikiran gas dalam batubara ialah 1% hingga 5%.
Sumber https://www.geologinesia.com/
EmoticonEmoticon