Penyerap karbon (karbon sink/carbon sink) yakni reservoir yang menyimpan senyawa kimia yang mengandung karbon untuk rentang waktu yang tidak diputuskan. Saat ini, kadar karbon dioksida di atmosfer telah berkembangsecara signifikan.
Karbon dioksida yang tersimpan di atmosfer akan memicu imbas rumah beling negatif yaitu berbentukpemanasan global dan perubahan iklim. Efek ini ditandai dengan naiknya permukaan laut dan bahari, pencairan es Artik, dan kondisi cuaca yang ekstrim.
Fungsi penyerap karbon (carbon sink) yaitu untuk menyaring, meyerap, dan menetralisir karbon dioksida di atmosfer melalui proses yang dikenal selaku carbon sequestration. Dalam proses tersebut penyerap karbon akan mengurangi tingkat karbon dioksida yang tinggi di atmosfer, sehingga mengurangi efek negatif bagi insan dan Bumi secara keseluruhan.
Pohon dapat menyerap CO2 di udara dan menghilangkannya sekitar 10-20 ton setiap tahun dari per hektar hutan yang ada. Sedangkan lautan mampu menyerap karbon dioksida dari atmosfer lewat proses biologis dan fisiokimia. Di segi lain, tumbuhan mampu menyerap karbon dioksida di udara melalui proses yang diketahui sebagai fotosintesis.
(Baca juga mengenai proses daur karbon)
Meskipun sistem perembesan karbon produksi telah diperhitungkan dan dicoba, tidak ada versi yang secara signifikan dikala ini yang mampu meyerap karbon lebih banyak atau paling tidak sama dengan penyerap alami.
Cara lainnya yang mampu dilakukan ialah dengan menyertakan partikel besi berskala sungguh kecil (mikrometer), mirip besi sulfat dan oksida besi, ke bagian-bab tertentu dari lautan untuk merangsang pertumbuhan plankton. Semakin banyak plankton maka akan meningkatkan peresapan sebagian besar karbon dioksida dari udara lewat fotosintesis.
Penyerapan karbon juga mampu ditingkatkan dengan mengadopsi metode pertanian organik seperti mulsa residu, rotasi flora, pertanian secara tertutup, dan pertanian tanpa olah tanah. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), pertanian organik menghemat emisi karbon dioksida sampai 48-66%.
Cara alami lain untuk meningkatkan penyerapan karbon yakni dengan melaksanakan konversi lahan rumput menjadi padang rumput, berikutnya dikombinasikan dengan penggembalaan ternak diatasnya supaya lebih menunjukkan faedah ganda.
Selain sistem absorpsi karbon alami dan produksi, ada juga metode secara geologi yang mampu dipakai untuk menyaring karbon dioksida yang ada di udara. Caranya adalah dengan menyuntikkan karbon dioksida langsung ke formasi geologi (batuan) di bawah tanah seperti saat pengeboran ladang minyak.
(Baca juga mengapa karbon banyak terdapat dalam inti dan mantel bumi)
Kedua, manusia telah merusak ekosistem melalui penggurunan (deforestasi), yang disebabkan oleh penggembalaan yang berlebihan, pembuatan hutan yang berlebihan, dan penggundulan hutan untuk dijadikan lahan pemukiman.
Deforestasi sudah pasti akan meminimalisir jumlah pohon. Sebagai konsekuensinya, maka akan lebih banyak karbon dioksida yang tetap berada di udara ataupun di atmosfer.
Ketiga, pergeseran iklim dan cuaca alasannya ulah insan telah melemahkan kemampuan lautan untuk bertindak sebagai "spons" karbon dioksida.
Sumber https://www.geologinesia.com/
Karbon dioksida yang tersimpan di atmosfer akan memicu imbas rumah beling negatif yaitu berbentukpemanasan global dan perubahan iklim. Efek ini ditandai dengan naiknya permukaan laut dan bahari, pencairan es Artik, dan kondisi cuaca yang ekstrim.
Fungsi penyerap karbon (carbon sink) yaitu untuk menyaring, meyerap, dan menetralisir karbon dioksida di atmosfer melalui proses yang dikenal selaku carbon sequestration. Dalam proses tersebut penyerap karbon akan mengurangi tingkat karbon dioksida yang tinggi di atmosfer, sehingga mengurangi efek negatif bagi insan dan Bumi secara keseluruhan.
Jenis-Jenis Penyerap Karbon
Ada dua jenis utama penyerap karbon, yakni penyerap alami dan buatan. Contoh penyerap karbon alami yaitu pohon/hutan, lautan, tumbuhan darat, dan tanah.Pohon dapat menyerap CO2 di udara dan menghilangkannya sekitar 10-20 ton setiap tahun dari per hektar hutan yang ada. Sedangkan lautan mampu menyerap karbon dioksida dari atmosfer lewat proses biologis dan fisiokimia. Di segi lain, tumbuhan mampu menyerap karbon dioksida di udara melalui proses yang diketahui sebagai fotosintesis.
(Baca juga mengenai proses daur karbon)
Meskipun sistem perembesan karbon produksi telah diperhitungkan dan dicoba, tidak ada versi yang secara signifikan dikala ini yang mampu meyerap karbon lebih banyak atau paling tidak sama dengan penyerap alami.
Penyerap Karbon Alami
Penyerapan karbon mampu ditingkatkan lewat pengelolaan hutan berkelanjutan, yang meliputi penggantian pohon yang ditebang dan memperkuat aturan seputar deforestasi.Cara lainnya yang mampu dilakukan ialah dengan menyertakan partikel besi berskala sungguh kecil (mikrometer), mirip besi sulfat dan oksida besi, ke bagian-bab tertentu dari lautan untuk merangsang pertumbuhan plankton. Semakin banyak plankton maka akan meningkatkan peresapan sebagian besar karbon dioksida dari udara lewat fotosintesis.
Penyerapan karbon juga mampu ditingkatkan dengan mengadopsi metode pertanian organik seperti mulsa residu, rotasi flora, pertanian secara tertutup, dan pertanian tanpa olah tanah. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), pertanian organik menghemat emisi karbon dioksida sampai 48-66%.
Cara alami lain untuk meningkatkan penyerapan karbon yakni dengan melaksanakan konversi lahan rumput menjadi padang rumput, berikutnya dikombinasikan dengan penggembalaan ternak diatasnya supaya lebih menunjukkan faedah ganda.
Penyerap Karbon Buatan
Beberapa metode absorpsi karbon tidak alami (bikinan) mencakup penerapan penggunaan pelarut berbasis amina dan injeksi langsung karbon dioksida ke bagian dalam lautan. Selain itu, cara yang bisa dilakukan adalah dengan menghimpun dan menyimpan residu tumbuhan ke daerah-daerah kipas alluvial di sekitar cekungan bahari.Selain sistem absorpsi karbon alami dan produksi, ada juga metode secara geologi yang mampu dipakai untuk menyaring karbon dioksida yang ada di udara. Caranya adalah dengan menyuntikkan karbon dioksida langsung ke formasi geologi (batuan) di bawah tanah seperti saat pengeboran ladang minyak.
(Baca juga mengapa karbon banyak terdapat dalam inti dan mantel bumi)
Tantangan Meningkatkan Penyerapan Karbon
Terlepas dari tata cara-tata cara yang disebutkan di atas, memajukan perembesan karbon secara alami ialah suatu tantangan yang ketika ini mesti dihadapi. Sebagai acuan, dikala ini meluasnya penggunaan praktik pertanian konvensional oleh petani membuat peralihan besar ke tata cara pertanian organik menjadi susah dilaksanakan.Kedua, manusia telah merusak ekosistem melalui penggurunan (deforestasi), yang disebabkan oleh penggembalaan yang berlebihan, pembuatan hutan yang berlebihan, dan penggundulan hutan untuk dijadikan lahan pemukiman.
Deforestasi sudah pasti akan meminimalisir jumlah pohon. Sebagai konsekuensinya, maka akan lebih banyak karbon dioksida yang tetap berada di udara ataupun di atmosfer.
Ketiga, pergeseran iklim dan cuaca alasannya ulah insan telah melemahkan kemampuan lautan untuk bertindak sebagai "spons" karbon dioksida.
Sumber https://www.geologinesia.com/
EmoticonEmoticon