Jumat, 17 Januari 2020

Bisakah Letusan Gunung Berapi Diprediksi? Ini Penjelasan Lengkapnya

Gunung berapi ialah suatu insiden alam yang fantastis. Gunung-gunung yang meletus bisa memuntahkan lahar, kerikil, debu, dan gas-gas panas berbahaya yang sungguh indah jikalau dilihat dari kejauhan, namun jika dilihat dari dekat sungguh memiliki peluang mematikan.

Menurut CDC (USA Centers for Disease Control and Prevention), pada umumnya orang yang meninggal balasan letusan gunung berapi ialah dalam kondisi mati lemas. Kondisi ini terjadi balasan udara yang mereka hirup tidak lagi mempunyai cukup oksigen di dalamnya alasannya dipenuhi oleh bubuk vulkanik maupun gas-gas berbahaya.

Karena pengaruh gunung berapi yang sangat berbahaya ini, maka penting bagi para ilmuwan untuk mampu memprediksi secara akurat kapan gunung berapi akan meletus.

Dengan adanya keakuratan prediksi waktu erupsi (letusan), dibutuhkan orang-orang di sekitar gunung berapi dapat mendapatkan informasi peringatan dini untuk dapat menghindar sebelum erupsi betul-betul terjadi.

Saat ini, para ahli vulkanologi mempunyai banyak sekali alat yang dapat menolong mereka memperkirakan atau memprediksi kapan letusan gunung berapi akan terjadi.

Inilah cara para ilmuwan melakukannya!

Memprediksi Berdasarkan Seismologi

Salah satu cara ilmuwan dapat mengantisipasi secara dini sebuah letusan gunung berapi yakni dengan menggunakan pendekatan seismologi. Ahli yang mempelajari seismologi ini akan meneliti gempa bumi dan bagaimana gelombang energi bergerak lewat lapisan Bumi.

Jika berhubungan dengan gunung berapi maka jenis seismologi yang dipelajari ialah seismologi vulkanik, yang nantinya akan menganalisis frekuensi dan kekuatan gempa terhadap aktivitas gunung berapi.

Perlu dimengerti bahwa gunung berapi terbentuk saat 2 lempeng tektonik yang berada di kerak bumi saling bertabrakan. Peristiwa tabrakan (tumbukan) ini akan menciptakan gelombang seismik yang dapat dinikmati sampai di permukaan bumi atau biasa kita rasakan sebagai gempa bumi.

Seiring proses ini terjadi, magma dari mantel atas Bumi akan keluar dan mengalir keluar ke permukaan Bumi dan akan menghasikan letusan baik yang sifatnya explosif (ledakan besar) maupun efusif (rembesan/lelehan). Kaprikornus kesimpulannya disini yakni gempa bumi ialah bab integral yang tak terpisahkan dari pembentukan suatu gunung berapi, sampai meletusnya gunung tersebut.

Gempa yang bekerjasama dengan pergerakan magma dibawah permukaan bumi biasa disebut gempa vulkanik. Berdasarkan gempa vulkanik tersebut, para mahir vulkanologi menggunakan seismograf untuk mengukur kekuatan gempa yang terjadi.

Gunung berapi adalah sebuah peristiwa alam yang menakjubkan Bisakah Letusan Gunung Berapi Diprediksi? Ini Penjelasan Lengkapnya
Gambar seismograf yang sedang melakukan perekaman getaran vulkanik.

Data gempa selanjutnya akan terkirim otomatis ke pusat pemantauan gunung berapi. Stasiun sentra pemantauan umumnya berada pada zona aman dari jangkauan letusan gunung berapi.

Di stasiun pemantauan inilah para peneliti akan melaksanakan evaluasi terhadap kekuatan, episentrum gempa, serta bagaimana model kenaikan getaran akibat pergerakan magma di bawah permukaan. Apakah getarannya mulai dari kecil lalu bergetar besar dalam hitungan menit, atau getarannya kuat namun hanya dalam beberapa detik.

Dengan menganalisis acara seismik di bawah gunung berapi setiap dikala maka para ilmuwan mampu melihat dan mempelajari acuan kegiatan vulkanik di daerah tersebut. Inilah mengapa andal vulkanlogi memprediksi kapan letusan gunung berapi akan terjadi.

Memprediksi Berdasarkan Pergerakan Tanah

Tidak hanya gelombang seismik (gempa bumi) yang mampu dijadikan parameter suatu gunung berapi akan meletus, tanah yang berada disekitarnya pun mampu membuktikan tanda kegiatan intens dari suatu gunung berapi.

Pergesaran tanah di gunung berapi aktif akan selalu terjadi. Hal ini diakibatkan saat magma naik ke permukaan maka secara otomatis akan mendorong ke lapisan atas gunung berapi, yakni lapisan tanah.

Para ilmuwan dikala ini dapat melakukan pemetaan tanah secara tiga dimensi dengan memakai alat yang disebut tiltmeters untuk mengukur perubahan tanah alasannya adanya pergerakan (dorongan) magma dari bawah gunung berapi.

Dengan melakukan hal ini setiap ketika, maka andal vulkanologi mampu melihat dan mempelajari teladan-teladan aktivitas gunung berapi dan mampu memprediksi apakah akan terjadi erupsi ataukah belum.

Menganalisa Komposisi Gas di Atmosfer

Selain memakai seismologi dan mengawasi pergerakan tanah di sekitar gunung berapi, para ilmuwan juga mempelajari atmosfer untuk mampu memprediksi letusan.

Dengan menggunakan gosip yang dikumpulkan oleh EOS (Earth Observing System) yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1999, mereka dapat meneliti komposisi gas di atmosfer bumi tepat di atas gunung berapi. Hal ini sangat menolong mereka mempelajari teladan letusan sebelumnya.

Dengan cara ini ilmuwan mampu menyaksikan fokus karbon dioksida dan belerang dioksida di udara untuk memprediksi banyaknya gas-gas berbahaya yang hendak dikeluarkan dikala letusan berlangsung.

Di era lalu, pengukuran fokus gas gunung berapi dikerjakan secara manual dengan cara menempatkan gelas pemantauan yang diisi dengan kalium hidroksida di dekat sentra gunung berapi, dan ini sebetulnya tindakan yang riskan kepada keselamatan para ilmuwan.

Untuk abad terbaru ketika ini mereka akan lebih aman melakukan pekerjaan dengan perangkat elektro yang secara otomatis mengirimkan data udara di sekeliling gunung berapi ke stasiun pemantauan, seperti halnya seismograf dan tiltmeters. Selain itu mereka umumjuga memakai teleskop inframerah untuk melihat penyebaran gas di udara.

Makara apakah gunung berapi mampu diprediksi akan meletus? Jawabannya Ya, andal vulkanologi mampu memprediksi kapan akan terjadi erupsi. Akan namun berdasarkan mereka, yang dikala ini masih susah dilaksanakan adalah memprediksi seberapa besar ledakan yang akan terjadi ketika gunung tersebut meletus.

Apakah kekuatan erupsi mampu mirip Mt. Pinatubo's pada tahun 1991, ataukah mungkin cuma tetesan lava atau debu yang tidak berbahaya, inilah yang sungguh susah diprediksi oleh para ahli.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini, diperlukan para ilmuwan mampu memprediksi lebih akurat lagi, baik waktu terjadinya letusan maupun kekuatan letusan sebuah gunung berapi.

Sumber https://www.geologinesia.com/


EmoticonEmoticon