Senin, 24 Februari 2020

Pemahaman Kecerdasan Emosional Dan Jenis Kecerdasan Emosional

Pengertian Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Emosional PENGERTIAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN JENIS KECERDASAN EMOSIONAL

 

Pengertian Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Emosional. Emosi berasal dari perkataan emotus atau emovere, yang artinya mencerca “to strip up”, ialah sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, emosi dapat diartikan selaku : 1) luapan perasaan yang meningkat dan surut diwaktu singkat; 2) kondisi dan reaksi psikologis dan fisiologis, mirip kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif.


Crow & Crow (Efendi dan Praja, 1985:81) mengatakan, bahwa emosi ialah suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi atau berperan sebagai inner adjustment, atau adaptasi dari dalam kepada lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keamanan individu tersebut.


W. James dan Carl Lange (Efendi dan Praja, 1985:82) mengatakan, bahwa emosi ditimbulkan sebab adanya pergeseran-perubahan pada tata cara vasomater “otak-otak” atau perubahan jasmaniah individu. Misalnya, individu merasa bahagia, karena dia tertawa bukan tertawa alasannya adalah senang, dan duka alasannya adalah menangis. Menurut Harvey Carr, bahwa emosi ialah penyesuaian organis yang timbul secara otomatis pada insan dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Misalnya, emosi marah timbul kalau organisme dihadapkan pada rintangan yang menghalangi kebebasannya untuk bergerak, sehingga semua tenaga dan daya dikerahkan untuk menanggulangi rintangan itu dengan diiringi oleh gejala-tanda-tanda mirip denyut jantung yang meninggi, pernafasan kian cepat, dan sebagainya.

 

Sedangkan menurut W.B. Cannon, bahwa emosi yakni reaksi yang diberikan oleh organisme dalam suasana emergency “darurat”. Teori emergency, didasarkan pada usulan bahwa ada antagonisme (fungsi yang berlawanan) antara saraf-saraf simpatis dengan cabang-cabang oranial dan sacral daripada susunan syaraf otonom. Kaprikornus, apabila saraf-saraf simpatis aktif, maka saraf otonom non aktif, dan demikian sebaliknya.

 

Dari perumpamaan teori di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa emosi yakni ialah warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau sikap individu. Yang dimaksud warna afektif, adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi suasana tertentu, contohnya gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak bahagia), iri, cemburu, dan sebagainya.

 

Apabila ditinjau dari psikologi analisa, maka emosi dapat diterangkan secara berlawanan-beda, alasannya ada dua hal yang mendasari pemahaman emosi menurut psikologi analisa, adalah:

a. Naluri kelamin “sexual instinct”, yang oleh Freud disebut juga “libido”, adalah merupakan motif utama dan mendasar yang menjadi tenaga pendorong pada bayi-bayi gres lahir.

b. Naluri terdapat pada ego, ini yakni lawan dari libido, yang menganut prinsip kenyataan, alasannya adalah mengawasi dan menguasai libido dalam batasan yang mampu diterima oleh lingkungan. Di lain pihak ego juga berusaha merumuskan libidonya, prinsip ini terdapat pada orang-orang yang sudah lebih akil balig cukup akal.

 

Dalam rangka inilah, Freud berbagi doktrinnya perihal emosi, yang kemudian dibatasinya cuma pada kecemasan “anxiety”, selaku salah satu bentuk emosi yang sangat penting dalam teori psikoanalisa. Anxiety muncul sebab kontradiksi antara kedua prinsip tadi, yaitu prinsip kesenangan “libido” dan prinsip realita. Dan macam-macam anxiety, adalah sebagai berikut:

 

a. Obyektive anxiety. Ini timbul sebab akhir lemahnya ego terhadap wangsit, alasannya sejak lahir seorang individu sudah dihadapkan kepada keadaan obyektif yang bersifat menekan. Obyektive anxiety yang primer adalah trauma kelahiran, yang ialah dasar bagi timbulnya obyektive anxiety lainnya (skunder dan seterusnya).

 

b. Neurotic anxiety. Ini timbul dari obyektive anxiety, utamanya muncul sebab perasaan takut terhadap balasan yang mungkin muncul bilamana tuntutan libido dipenuhi, apalagi lagi kalau akhir itu punya arti sosial. Neurotic anxiety, mempunyai dua bentuk, ialah:

 

1) Free-floating anxiety, adalah suatu kondisi khawatir di mana individu selalu menantikan sesuatu yang paling buruk yang mungkin terjadi, risikonya dia akan selalu berada dalam kondisi cemas takut menghadapi akibat yang buruk dalam suasana yang tidak menentu.

 

2) Phobia, di sini obyek yang ditakuti terang, hanya argumentasi-karena mengapa individu takut tidak terang.

 

c. Moral anxiety. Kecemasan ini timbul dari balasan lemahnya ego kepada super ego. Super ego meningkat alasannya larangan-larangan dan pembatasan-pembatasan moril yang berasal dari orang tua dan lingkungan, dengan kata lain, sumber dari watak anxiety ialah obyek, yaitu takut kehilangan kasih sayang, derma, good-will dari orang renta maupun orang lain dalam masyarakat. Juga budbahasa anxiety, muncul karena perasaan takut menerima hukuman dari orang bau tanah atau penduduk .

 

 

CT. Morgan, bahwa terdapat beberapa aspek-aspek emosi, adalah bahwa:

a. Emosi adalah sesuatu yang sungguh erat hubungannya dengan keadaan badan, misalnya denyut jantung, sirkulasi darah, dan pernafasan.

b. Emosi yakni sesuatu yang dilaksanakan atau diekspresikan, misalnya tertawa, tersenyum, menangis.

c. Emosi yakni sesuatu yang dirasakan, misalnya merasa jengkel, kecewa, senang.

d. Emosi juga merupakan sebuah motif, alasannya ia mendorong individu untuk berbuat sesuatu, jika individu itu beremosi, bahagia, atau mencegah melakukan sesuatu jikalau ia tidak bahagia.

 

Oleh sebab itu, bila seseorang telah mampu memanage, memantau, mengatur, dan mengendalikan emosinya dengan sempurna, baik saat orang tersebut berhadapan dengan pribadinya, berhadapan dengan orang lain, orang tua, sahabat-sobat, atau masyarakat, berhadapan dengan pekerjaan, atau duduk perkara-dilema yang muncul, maka orang tersebut sudah dapat dibilang memiliki kecerdasan emosional. Karena kecerdasan emosional yaitu potensi yang dimiliki seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

 

Menurut Devies dan rekan-rekannya, bahwa kecerdasan emosional ialah kesanggupan seseorang untuk mengendalikan dirinya sendiri dan orang lain, dan menggunakan info tersebut untuk menuntun proses berpikir serta sikap seseorang. Adapun Eko Maulana Ali Suroso (2004:127) mengatakan, bahwa kecerdasan emosional yakni selaku serangkaian kecakapan untuk memahami bahwa pengendalian emosi dapat melapangkan jalan untuk memecahkan dilema yang dihadapi.

 

Kecerdasan emosi merupakan kapasitas manusiawi yang dimiliki oleh seseorang dan sungguh berguna untuk menghadapi, memperkuat diri, atau mengganti keadaan kehidupan yang tidak menggembirakan menjadi sebuah hal yang masuk akal untuk terselesaikan.

 

Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat dan keteguhan, kesanggupan untuk memotivasi diri sendiri, dan tenggang rasa pada perasaan orang lain. Orang yang pandai emosinya, akan menampakkan kematangan dalam pribadinya serta keadaan emosionalnya dalam keadaan terkontrol. Kecerdasan emosional merupakan daya dorong yang memotivasi kita untuk mencari manfaat dan potensi, dan mengaktifkan aspirasi nilai-nilai kita yang paling dalam “inner beauty”, mengubahnya dari apa yang dipikirkan menjadi apa yang kita jalani.

 

Makara, kecerdasan emosional adalah adonan dari semua emosional dan kesanggupan sosial untuk menghadapi seluruh aspek kehidupan insan. Kemampuan emosional mencakup, sadar akan kemampuan emosi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi, kesanggupan memotivasi diri, kesanggupan menyatakan perasaan orang lain, dan berilmu menjalin relasi dengan orang lain. Kemampuan ini, ialah kemampuan yang unik yang terdapat di dalam diri seseorang, akhirnya hal ini ialah sesuatu yang sangat penting dalam kemampuan psikologi seseorang. Dan kalau kemampuan untuk memahami dan menertibkan emosi siswa dalam belajar sudah baik, maka hal itu akan menumbuhkan semangat, motivasi, dan minat untuk berguru pada diri siswa.

 

 

Ciri-ciri Emosi

Menurut JB. Waston, bahwa intinya insan mempunyai tiga emosi dasar, yaitu:

a) Fear “takut”, yang dalam kemajuan selanjutnya bisa menjadi anxiety “khawatir”.

b) Rage “kemarahan”, yang mau meningkat antara lain menjadi anger “marah”.

c) Love “cinta”, yang akan bermetamorfosis simpati.

 

Sedangkan berdasarkan R. Descartes sebagaimana dikutip oleh E. Usman Efendi dan Juhaya S. Praja, bahwa emosi-emosi dasar yang terdapat pada manusia sebanyak enam macam, ialah:

a) Desire “impian”

b) Hate “benci”

c) Wonder “takjub”

d) Sorrow “kesedihan”

e) Love “cinta”

f) Joy “kegembiraan”.

 

Emosi selaku sebuah peristiwa psikologis, mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

a) Lebih bersifat subyektif daripada insiden psikologis yang lain, seperti pengamatan dan berpikir.

a) Bersifat tidak tetap (fluktuatif).

b) Banyak berkaitan dengan kejadian pengenalan panca indera.

c) Berlansung singkat dan berakhir datang-tiba.

d) Terlihat lebih besar lengan berkuasa dan mahir.

e) Bersifat sementara dan dangkal.

f) Lebih sering terjadi.

g) Dapat dimengerti dengan terperinci dari tingkah lakunya.

 

Sedangkan usulan lain menyampaikan, bahwa ciri-ciri utama dari asumsi-asumsi emosional, yakni selaku berikut:

a) Respon yang cepat tetapi ceroboh.

b) Pertama adalah perasaan, kedua ajaran.

c) Realitas simbolik yang mirip anak-anak.

d) Masa lampau yang diposisikan masa kini.

e) Realitas yang ditentukan oleh keadaan.

 

Pengelompokkan Emosi

Emosi mampu dikelompokkan ke dalam dua bab, ialah emosi sensoris dan kejiwaan (psikis), ialah sebagai berikut:

1) Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap badan, mirip rasa dingin, elok, sakit, letih, kenyang, dan lapar.

2) Emosi psikis, ialah emosi yang memiliki alasan-argumentasi kejiwaan. Yang termasuk emosi ini, di antaranya yaitu:

3) Perasaan intelektual, yaitu yang mempunyai relevansinya dengan ruang lingkup kebenaran.

4) Perasaan sosial, ialah perasaan yang menyangkut keterkaitannya dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun kalangan.

5) Perasaan adab, yakni perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan jelek atau budbahasa.

6) Perasaan keindahan (estetika), adalah perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan atau kerohanian.

7) Perasaan ketuhanan, yaitu salah satu kelebihan insan sebagai makhluk Tuhan, dianugerahi fitrah (kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya.

 

Kompetensi Kecerdasan Emosional

Bagaimana Jenis Kompetensi Kecerdasan Emosional? Dalam menelaah kompetensi seseorang yang didasarkan pada tingkat kecerdasan emosional, maka dapat dikelompokkan ke dalam empat dimensi, adalah:

 

1. Kesadaran diri sendiri

Kemampuan seseorang sungguh tergantung terhadap kesadaran dirinya sendiri, juga sangat tergantung kepada pengendalian emosionalnya. Apabila seseorang mampu mengendalikan emosinya dengan sebaik-baiknya, mempergunakan prosedur berpikir yang tersistem dan kontruksi dalam otaknya, maka orang tersebut akan mampu mengontrol emosinya sendiri dan menganggap kapasitas dirinya sendiri. Orang dengan kesadaran diri yang tinggi, akan memahami betul wacana keinginan, tujuan, dan nilai yang melandasi perilaku hidupnya.

 

Apabila seseorang telah mengetahui akan dirinya sendiri, maka akan muncul pada dirinya kesadaran akan emosinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya secara akurat, dan yakin akan dirinya sendiri.

 

2. Pengelolaan diri sendiri

Seseorang, sebelum mengenali atau menguasai orang lain, beliau harus terlebih dahulu bisa memimpin atau menguasai dirinya sendiri. Orang tersebut mesti tahu tingkat emosional, keunggulan, dan kekurangan dirinya sendiri. Apabila tingkat emosional tidak disadari, maka orang tersebut akan selalu bertindak mengikuti dinamika emosinya. Manakala kebetulan resonansi yang dipancarkan dari amygdale-nya, maka gelombang konkret yang mampu ditangkap oleh orang lain secara efektif, dan komunikasi pun mampu berjalan dengan baik. Tetapi manakala yang terpancar dari amygdale-nya disonansi, maka yang dapat ditangkap oleh orang lain hanyalah kemarahan dan emosional yang tak terkendali, jadinya komunikasi tidak berjalan dengan baik.

 

Untuk membuat tingkat kompetensi pengelolaan diri sendiri yang tinggi, ada beberapa hal yang mesti diamati, adalah pengontrolan terhadap diri sendiri, transparansi, penyesuaian diri, pencapaian prestasi, inisiatif, dan optimistis.

 

3. Kesadaran sosial

Sebagai makhluk sosial, kita harus dan selalu berafiliasi dan bergesekan dengan orang lain, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan penduduk , alasannya kita tidak akan dapat hidup sendiri tanpa orang lain.

Oleh karena itu, semua orang mesti memiliki kesadaran sosial, dan kalau seseorang sudah memiliki kesadaran sosial, maka dalam dirinya akan timbul tenggang rasa, kesadaran, dan pelayanan.

 

Manajemen hubungan sosial

Apabila seseorang sudah mempunyai kesanggupan yang tinggi untuk menertibkan secara efektif emosionalnya, memanage dirinya sendiri, dan mempunyai kesadaran sosial yang tinggi, maka perlu satu langkah lagi, yaitu bagaimana memanage hubungan sosial yang telah sukses dibangun agar mampu bertahan bahkan berkembang lebih baik lagi. Hal ini, yang disebut selaku manajemen korelasi sosial. Kaprikornus, administrasi hubungan sosial ialah muara dari derajat kompetensi emosional dan intelegensi.

 

Dalam rangka memanage kekerabatan sosial tersebut, seseorang mesti memiliki kesanggupan sebagai inspirator, mensugesti orang lain, membangun kapasitas, katalisator pergeseran, kesanggupan memanage pertentangan, dan mendorong kerjasama yang baik dengan orang lain atau masyarakat.

 

 

Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional

Norman Rosenthal, MD, bukunya yang berjudul “The Emotional Revolution”, menerangkan cara untuk memajukan kecerdasan emosional, yaitu

 

1) Coba rasakan dan ketahui perasaan anda. Jika perasaan tidak nyaman, kita mungkin ingin menghindari alasannya mengganggu. Duduklah, setidaknya dua kali sehari dan mengajukan pertanyaan, “Bagaimana perasaan saya?” mungkin membutuhkan waktu sedikit untuk merasakannya. Tempatkan diri Anda di ruang yang nyaman dan terhindar dari gangguan luar.

 

2) Jangan menilai atau mengganti perasaan Anda terlalu cepat. Cobalah untuk tidak mengabaikan perasaan Anda sebelum Anda memiliki peluang untuk memikirkannya. Emosi yang sehat sering naik dan turun dalam sebuah gelombang, meningkat sampai memuncak, dan menurun secara alami. Tujuannya ialah jangan memotong gelombang perasaan Anda sebelum hingga puncak.

 

3) Lihat kalau Anda menemukan kekerabatan antara perasaan Anda dikala ini dengan perasaan yang serupa di era lalu. Ketika perasaan yang sulit timbul, tanyakan pada diri sendiri, “Kapan saya mencicipi perasaan ini sebelumnya?” Melakukan cari ini dapat menolong Anda untuk menyadari bila emosi saat ini yakni cerminan dari situasi dikala ini, atau kejadian di kala lalu Anda.

 

4) Hubungkan perasaan Anda dengan pikiran Anda. Ketika Anda merasa ada sesuatu yang menyerang dengan hebat, coba untuk senantiasa mengajukan pertanyaan, “Apa yang aku pikirkan tentang itu?” Sering kali, salah satu dari perasaan kita akan berlawanan dengan asumsi. Itu normal. Mendengarkan perasaan Anda yaitu mirip mendengarkan semua saksi dalam masalah persidangan. Hanya dengan mengakui semua bukti, Anda akan mampu meraih keputusan terbaik.

 

5) Dengarkan tubuh Anda. Pusing di kepala saat bekerja mungkin merupakan isyarat bahwa pekerjaan Anda yaitu sumber stres. Sebuah detak jantung yang cepat saat Anda akan menemui seorang gadis dan mengajaknya berkencan, mungkin ialah petunjuk bahwa ini akan menjadi “sebuah hal yang konkret.” Dengarkan badan Anda dengan sensasi dan perasaan, bahwa sinyal mereka memungkinkan Anda untuk menerima kekuatan akal.

 

6) Jika Anda tidak tahu bagaimana perasaan Anda, mintalah pertolongan orang lain. Banyak orang jarang menyadari bahwa orang lain mampu menilai bagaimana perasaan kita. Mintalah seseorang yang kenal dengan Anda (dan yang Anda percaya) bagaimana mereka menyaksikan perasaan Anda. Anda akan mendapatkan balasan yang mengejutkan, baik dan mencerahkan.

 

7) Masuk ke alam bawah sadar Anda. Bagaimana Anda lebih menyadari perasaan bawah sadar Anda? Coba asosiasi bebas. Dalam keadaan santai, biarkan fikiran Anda berkeliaran dengan bebas. Anda juga mampu melaksanakan analisis mimpi. Jauhkan notebook dan pena di sisi kawasan tidur Anda dan mulai menuliskan impian Anda secepatnya sesudah Anda bangkit. Berikan perhatian khusus pada mimpi yang terjadi berulang-ulang atau mimpi yang melibatkan kuatnya beban emosi.

 

8) Tanyakan pada diri Anda: Apa yang aku rasakan dikala ini. Mulailah dengan menilai besarnya kemakmuran yang anda rasakan pada skala 0 dan 100 dan menuliskannya dalam buku harian. Jika perasaan Anda tampakekstrim pada sebuah hari, luangkan waktu satu atau dua menit untuk menimbang-nimbang kekerabatan antara asumsi dengan perasaan Anda.

 

9) Tulislah anggapan dan perasaan Anda saat sedang menurun. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan menuliskan asumsi dan perasaan mampu sungguh membantu mengenal emosi Anda. Sebuah latihan sederhana mirip ini mampu dilakukan beberapa jam per minggu.

 

10) Tahu kapan waktu untuk kembali melihat keluar. Ada saatnya untuk berhenti menyaksikan ke dalam diri Anda dan mengalihkan fokus Anda ke luar. Kecerdasan emosional tidak hanya melibatkan kesanggupan untuk melihat ke dalam, namun juga untuk hadir di dunia sekitar Anda.

 

Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan emosional

Menurut Goleman terdapat dua faktor yang menghipnotis kecerdasan emosional, yakni: Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh kondisi otak emosional seseorang. Otak emosional dipengaruhi oleh amygdala, neokorteks, sistem limbik, lobus prrefrontal dan hal-hal yang berada pada otak emosional, dan Faktor Eksternal adalah aspek yang tiba dari luar individu dan mensugesti atau mengubah sikap pengaruh luar yang bersifat individu mampu secara individual, secara kelompok, antara individu dipengaruhi golongan atau sebaliknya, juga mampu bersifat tidak pribadi ialah lewat perantara misalnya media massa baik cetak maupun elektronik serta gosip yang mutakhir lewat jasa satelit.

 

Sedangkan menurut Agustian (2007) faktor-aspek yang menghipnotis kecerdasan emosional, yakni: aspek psikologis, aspek pelatihan emosi dan aspek pendidikan.

 

1) Faktor psikologis

Faktor psikologis ialah faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal ini akan membantu individu dalam mengelola, mengontrol, menertibkan dan mengkoordinasikan kondisi emosi biar termanifestasi dalam perilaku secara efektif. Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi bersahabat kaitannya dengan kondisi otak emosional. Bagian otak yang mengurusi emosi yakni metode limbik. Sistem limbik terletak jauh dalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. Peningkatan kecerdasan emosi secara fisiologis mampu dilaksanakan dengan puasa. Puasa tidak cuma mengendalikan dorongan fisiologis manusia, tetapi juga mampu menertibkan kekuasaan impuls emosi. Puasa yang dimaksud salah satunya ialah puasa sunah Senin Kamis.

 

2) Faktor pelatihan emosi

Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan kebiasaan, dan kebiasaan berkala tersebut akan menciptakan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai (value). Reaksi emosional bila diulang-ulang pun akan bermetamorfosis sebuah kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa dilatih. Melalui puasa sunah Senin Kamis, dorongan, harapan, maupun reaksi emosional yang negatif dilatih semoga tidak dilampiaskan begitu saja sehingga mampu mempertahankan tujuan dari puasa itu sendiri. Kejernihan hati yang terbentuk melalui puasa sunah Senin Kamis akan mendatangkan bunyi hati yang jernih sebagai landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.

 

3) Faktor pendidikan

Pendidikan dapat menjadi salah satu fasilitas berguru individu untuk berbagi kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya lewat pendidikan. Pendidikan tidak cuma berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem pendidikan di sekolah dilarang hanya menekankan pada kecerdasan akademik saja, memisahkan kehidupan dunia dan darul baka, serta menimbulkan ajaran agama sebagai ritual saja. Pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis yang berulang-ulang mampu membentuk pengalaman keagamaan yang menimbulkan kecerdasan emosi. Puasa sunah Senin Kamis bisa mendidik individu untuk mempunyai kejujuran, kesepakatan, visi, kreativitas, ketahanan mental, akal, keadilan, akidah, peguasaan diri atau sinergi, selaku bagian dari pondasi kecerdasan emosi

 

 

Pustaka

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996)

 

Agustian, A. G. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: ARGA Publishing

 

E. Usman Efendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa, 1985)

 

Eko Maulana Ali Suroso, Kepemimpinan Integratif Berbasis ESQ, (Jakarta: Bars Media Komunikasi, 2004)

 

Nggermanto, A. 2002. Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum): Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ dan SQ Secara Harmonis. Bandung: Penerbit Nuansa.

 

Demikian pembahasan perihal Pengertian Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Emosional. Jenis Kompetensi Kecerdasan Emosional, Faktor yang mensugesti Kecerdasan emosional. Semoga uraian singkat berfaedah bagi para pembaca yang budiman.




= Baca Juga =




Sumber https://forumgurunusantara.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)