Musim kemarau yang berbarengan dengan bulan pahala atau Ramadhan menciptakan banyak sampaumur atau bawah umur main layangan. Bermain layangan lazimnya dilakukan di sawah yang telah panen. Tetapi di beberapa tempat, mereka bermain layangan di pinggir jalan. Bermain layangan di pinggir jalan selain membahayakan jiwa sendiri, juga membahayakan jiwa pengendara sepeda motor. Karena benang gelasannya apabila kena leher akan membahayakan.
Seperti kejadian di Kota Tasikmalaya yang diberitakan layangan telah menyantap korban jiwa. Jadi, hati-hatilah ketika mengejar layangan putus dan jangan sampe benang gelasan membahayakan jiwa orang lain.
Ini berita lengkapnya.
Seorang pemuda berusia 22 tahun, Aji Supaji, warga Sambongpari Kelurahan Sambong Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya Kamis dini hari (25/6/2015) menghembuskan nafas terakhirnya di RS Jasa Kartini. Sore sebelumnya, pemuda yatim piatu itu mengalami kecelakaan sesudah terjerat benang layang-layang (gelasan).
Uwak korban, Oyo Saryo (65) menjelaskan bahwa Rabu sore (24/6/2015) keponakannya dibawa saudaranya dengan keadaan bersimbah darah. Aji terjatuh dari sepeda motor yang ia kendarai sesudah terjerat gelasan di Jalan Babakan Tempe Kecamatan Mangkubumi. “Kejadiannya sebelum magrib beliau dibawa ke tempat tinggal, katanya dia habis mengisi bensin,” ujarnya terhadap Radar, kemarin.
Aji mengalami luka sobek di dahi dan pelipisnya cukup panjang. Diperkirakan luka tersebut akhir dari sabetan benang layangan. Luka yang paling parah ada di kepala bab belakang sehingga membuat kondisinya kritis. “Sepertinya (sehabis tersabet gelasan, Red) beliau pribadi jatuh dari motornya,” katanya.
Sore itu juga Aji pribadi dibawa ke tempat praktek dokter H Iwan –yang tidak jauh dari rumahnya. Namun alasannya adalah luka yang dialaminya sungguh parah Aji pun pribadi dibawa ke RS Jasa Kartini untuk ditangani lebih lanjut.
Berita duka datang tepat tengah malam, Aji menghembuskan nafas terakhirnya di RS Jasa Kartini.
Kemarin pagi, Aji dikuburkan di pemakaman biasa yang di daerah Kelurahan Sambong.
Yatim Piatu Sejak Kecil
Kata Dede, orang tua mereka sudah meninggal saat Aji masih kecil. Setelah ayahnya meninggal dunia sebab sakit-sakitan, ibunya pun menyusulnya. Itu terjadi dikala Aji masih duduk di bangku sekolah dasar. ”Ayah dan ibu sudah tidak ada semenjak aji masih kecil,” kenangnya.
Karena tidak inginbergantung pada orang lain, Aji pun tinggal bersama kerabat-saudaranya –lainnya yang hampir semuanya bekerja selaku buruh. Seperti halnya Dede Maman, yang ketika ini menjadi buruh di salah satu pabrik sandal di Mangkubumi. ”Kami nggak mau kalau mesti (tinggal) sama orang lain. Lebih baik di lingkungan keluarga sendiri saja,” jelasnya.
Perekonomian mereka yang terbilang kurang, Aji pun hanya mampu menuntaskan jenjang pendidikannya hingga bangku SMP. Usai lulus SMP, dia pribadi melakukan pekerjaan di salah satu toko penjualan alat-alat pembuat sandal di jalan SL Tobing.
Sepuluh Jahitan di Leher
Kasus gelasan makan korban juga terjadi di Kabupaten Tasikmalaya. Rudi (35), warga Sangegeng Desa/Kecamatan Mangunreja Kabupaten Tasikmalaya terluka di leher setelah terkena benang layang-layang itu Rabu (24/6/2015) sore.
Menurut petugas Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Tasikmalaya, Rudi (24), korban mengalami luka di leher sebanding 10 jahitan. “Pada dikala dibawa ke IGD, korban dibawa oleh pihak keluarganya. Kondisinya masih sadar dan luka di bab lehernya telah diperban dari rumah,” ungkapnya saat ditemui Radar di ruangan IGD, kamis (25/6/2015).
Dari keterangan pihak keluarga, kata dia, korban terkena sabetan gelasan dikala mengendarai motor di Jalan Raya Mangunreja, tidak jauh dari rumahnya.
Korban mengalami luka yang lalu diobati dan dijahit. Kedalam lukanya 1 cm dengan panjang 11 cm. ”Korban dibawa ke ruang pengamatan IGD sambil dirawat jalan,” ujarnya.
Sekitar setengah jam, kata dia, korban diberikan perawatan dan diberikan obat antibiotik dan amoxicillin. Setelah itu eksklusif dibawa pulang oleh keluarganya,” tuturnya.
EmoticonEmoticon