Sabtu, 14 November 2020

Budpekerti Dalam Memotret

Etika dalam memotret mungkin bila dalam bahasa kerennya sih adat fotografer. Tapi aku koq rasanya risih dibilang fotografer, jadinya profesional gitu hehehe ... Saya cuma suka memotret dan pengagum keindahan ciptaan Tuhan saja. Sehingga sering bepergian cuma sekedar untuk mendapatkan foto.

 mungkin kalau dalam  bahasa kerennya sih  Etika dalam Memotret
Ilustrasi foto kamera DSLR.

Ketika kamera digital makin "murah" maka kian banyak orang mampu "membeli" kamera digital sekelas DSLR sekalipun. Padahal dulu ketika tahun 90an barangkali, sebelum kamera digital berkembang, kamera SLR bisa dikatakan kamera "mewah". Tapi sekarang, anak-anak sekolah aja ke mana-mana udah banyak yang nenteng DSLR.

Kalau problem teknik memotret dan kelengkapan alat, saya kira semakin banyak orang yang paham, secara bertambah banyak foto-foto cantik di sosial media (facebook atau twitter atau instagram dll...). Tetapi jikalau duduk perkara adat, apakah ada kelas khusus ? Selama aku menyukai fotografi, tidak banyak artikel yang membahas perihal etika dalam memotret.

Kalo dari sisi bahasa, adab secara sederhana dapat diartikan selaku susila. Makara dalam memotret juga harus pake tabiat. Saya acap kali kalo sedang dalam posisi lagi jadi subyek foto (untuk problem tertentu) kadang suka jengkel dengan ulah yang memotret saya hehehe....

Berdasarkan pengalaman dan bahan yang pernah aku baca, ada banyak hal yang mesti diamati saat sedang memotret.

Etika Memotret Orang
Pada dasarnya memotret orang sah-sah saja namun sebenernya ketika memotret orang paling tidak mesti minta izin, bila yang bersangkutan tidak berkenan, semestinya tidak difoto. Harus juga diingat, saat kita memanfaatkan foto yang ada subyek penduduknya, kita mesti memiliki versi release, yang artinya subyek foto memperlihatkan izin terhadap fotografer untuk memakai foto dirinya untuk kepentingan fotografer. Formatnya mampu di-download di internet, banyak koq formatnya.

Untuk pejabat tertentu, lazimnya waktu memotret juga harus pada waktunya dan kadang-kadang ada angle tertentu yang "mungkin" view terbaik untuk pejabat itu. Juga biasanya, memotret pejabat itu tidak diperbolehkan ketika jamuan makan. Dan ialah tidak sopan ketika ada moment yang anggun, kita memotret dan "nunggingin" tamu VIP, mungkin akan ditegur oleh protokol.

Pengalaman ketika ada kunjungan Presiden ke Tasikmalaya, supaya tidak ditegur oleh protokol presiden, berpakaianlah yang sopan dan sebaiknya memotret di daerah yang memang ditawarkan oleh protokol, alasannya pernah peristiwa seorang kawan memotret dari daerah yang bukan seharusnya eksklusif ditegur keras oleh Paspampres.

Memotret Event Tertentu
Event tertentu misalnya program keagamaan atau upacara kenegaraan. Nah, banyak yang kadang gak sadar, demi mendapat foto yang "manis", fotografer menjadi "pengganggu" jalannya program. Kaprikornus sebaiknya tidak mengambil foto dari jarak yang terlalu bersahabat sehingga mampu mengusik prosesi acara.

Hal yang lain yakni berikan peluang pada fotografer lain untuk mengambil foto, jangan hingga menghalangi sehingga saya sering dengar perumpamaan "wah, ... gerhana nih ..." hahaha....

Memotret Bangunan
Sering ada larangan memotret di gedung atau bangunan tertentu. Hal ini aku kira menyangkut hak atas kekayaan intelektual. Jadi dikala ada larang memotret, seharusnya dipatuhi kalau gak mau ditegur petugas keselamatan.

Tempat strategis tertentu juga biasanya dihentikan untuk difoto, contohnya Depo Pertamina atau instalasi militer.

Sering ada pertanyaan saat memotret kecelakaan atau musibah, memotret dulu atau menolong dulu ? Rasanya itu sering banget ditanyakan... Tulisan di fotokita ihwal memotret petaka bisa jadi materi renungan.

Mungkin itu saja sharing  dari saya, biar mampu jadi bahan renungan kawan-kawan yang suka motret. Saya hanya menegaskan, kita cuma kegemaran motret bukan wartawan, jadi gak ada peraturan yang melindungi kita dari jeratan hukum dikala memotret, jadi pakailah budbahasa ketika memotret....
Sumber https://ghost-ships.blogspot.com


EmoticonEmoticon