Batu gamping ialah batuan sedimen dengan komposisi utama mineral kalsit (CaCO3), dolomit CaMg (CO3)2 dan aragonit (CaCO3), terbentuk dengan beberapa cara, adalah secara organik, mekanik dan kimia. Sebagian besar kerikil gamping di alam terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari kumpulan endapan cangkang kerang, siput, foraminifera, ganggang, atau berasal dari kerangka binatang yang sudah mati.
Batu gamping tersebar luas di seluruh daerah Indonesia dengan karakteristik yang berlainan-beda, hal ini terjadi alasannya adalah dipengaruhi oleh keadaan geologi masing-masing tempat. Neraca sumberdaya mineral tahun 2013 memberikan sumberdaya watu gamping di Pulau Jawa 12.288,95 juta ton; Pulau Sumatera 103.198,08 juta ton; Pulau Kalimantan 36.076,83 juta ton; Pulau Sulawesi 95.518,85 juta ton; Pulau Papua 244.082,73 juta ton; Pulau Bali 7.191,79 juta ton; Kepulauan Maluku dan Halmahera 93.345,22 juta ton; Kepulauan Nusa Tenggara 55.393,04 juta ton.
Gambar macam-macam kenampakan batu gamping. |
Batu gamping yang sudah dimasak dapat dipakai sebagai materi baku utama atau penyerta pada berbagai macam industri dengan persyaratan diantaranya harus mempunyai:
- Derajat kemurnian (Kadar CaO)
- Kandungan komponen pengotor (Mg, Al, Fe, P, S, Na, K, dan F).
- Kandungan Mineral Pengotor (kuarsa, pirit, dan markasit)
- Sifat fisik tertentu (kecerahan, ukuran butir, luas permukaan, dan kelembapan).
Batu gamping dapat dipakai antara lain untuk pembuatan kapur tohor dan kapur padam, semen, karbid, peleburan dan pemurnian baja, materi penggosok, bahan keramik, kaca, bata silika, kertas, karet, pembuatan soda bubuk, penjernih air, proses pengendapan bijih logam bukan besi, pengerjaan gula, dan untuk pertanian.
Catatan: Penulisan yang benar terhadap nama batuan ini bahwasanya adalah "batugamping" (tanpa spasi). Penulis menuliskan nama "kerikil gamping" (dengan spasi) dalam postingan diatas hanya untuk membuat lebih mudah pencarian atas artikel ini. Sumber https://www.geologinesia.com/
EmoticonEmoticon