Sabtu, 26 Desember 2020

Mengenal Stalagmit Sebagai Indikator Pergeseran Iklim

Perubahan iklim ialah terjadinya pergeseran kondisi atmosfer, seperti suhu dan cuaca yang menjadikan suatu kondisi yang tidak menentu. Suatu daerah mungkin akan mengalami pemanasan, tetapi tempat lain akan mengalami pendinginan yang tidak wajar. Dampak perubahan iklim ini mampu tampakdari kian banyaknya bencana alam yang terjadi, mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun.

Untuk mempelajari pergantian dan kombinasi iklim, perlu adanya kajian wacana iklim di abad lampau agar mampu diramalkan iklim di abad yang mau datang. Namun pada kebanyakan masalah, keadaan kala kemudian tidak terekam pada data instrumen akan namun terekam dengan baik pada bentuk-bentuk rekaman lain yang disebut selaku proxy indicator. Proxy ini bisa merekam sinyal-sinyal yang bekerjasama dengan paleoclimate, selaku contoh diantaranya yaitu variasi pertumbuhan endapan gua berupa stalagmit, kombinasi lingkaran pohon (tree-ring), coral, gambut dan lain-lain. Untuk peluang kali ini, akan membicarakan bagaimana stalagmit mampu berguna selaku data indikator perubahan iklim masa lampau.

Endapan gua atau Speleothems ialah endapan yang terbentuk dari tetesan atau rembesan air tanah dari batuan induk atau host-rock, dimana air tersebut masuk ke dalam gua lewat atap atau dinding gua. Bentuk utama endapan gua berisikan tiga macam (Latham et al,1986) ialah:

  1. Stalaktit, endapan yang berkembang dari atap gua ke bawah berbentuk kerucut,
  2. Stalagmit, endapan yang berkembang dari lantai gua atau batuan dasar ke atas berupa kerucut, 
  3. Flowstone, endapan yang berkembang karena aliran halus air atau rembesan air pada dinding gua maupun pada lantai gua.

Proses angkutanmineral magnetik dalam gua juga dimungkinkan terjadi pada ketika banjir, dimana mineral magnetik pada dasar gua terbawa oleh air yang meluap sehingga mineral magnetik melekat atau terperangkap pada bab luar stalagmit (Latham et al., 2004). Disisi lain, terjadinya banjir juga mampu memungkinkan menghancurkan pengendapan mineral magnetik sebelumnya pada lapisan luar yang gres mengendap.

Kenampakan stalagmit sebagai salah satu endapan gua.

Dalam observasi Fadhilah (1999) terhadap stalagmit, memperlihatkan bahwa mineral utama pembentuk stalagmit ialah kalsit (CaCo3). Kalsit tersebut terlarut dalam air tetesan maupun air rembesan. Disamping kalsit, endapan gua juga terbentu oleh mineral lain maupun zat organik yang sering kali memberi perbedaan warna pada lapisan-lapisan endapan gua (Moore and Sullivan, 1997).

Dalam Kajian yang bekerjasama dengan iklim lampau atau paleoklimat, sampel speleothems memiliki kekhususan dalam hal rentang waktu dan ketersediaan data. Hal ini berbeda dengan observasi yang pernah dilakukan oleh Yunginger (2006) yang memakai proxy data bulat tahun pohon (tree ring) yang mempunyai resolusi tahunan, namun data yang dihasilkan hanya mencapai ratusan tahun. Sebaliknya speleothems memiliki keberagaman umur hingga rentang waktu yang cukup panjang dalam ratusan, ribuan bahkan puluhan ribu tahun (Morinaga et al., 1985; Ellwood et al., 1998). Ketersediaan data yang cukup panjang dan kemungkinan adanya banyak sekali proxy data yang dapat diambil dari speleothems khususnya stalagmit tersebut akan berkhasiat untuk kepentingan prediksi perubahan iklim mendatang.

Menurut Gently dan Quinif (1996), ketebalan lapisan stalagmit berkorelasi dengan besarnya curah hujan. Sedangkan menurut Latham et al. (1989), pergantian warna speleothems disebabkan oleh banjir pembawa detritus mineral magnetik dan kotoran lain. Hal ini memberikan bahwa mineral magnetik meningkat sehingga mampu diasumsikan bahwa warna yang lebih gelap pada lapisan stalagmit terendapkan pada kondisi iklim lebih lembap dan sebaliknya warna terang terendapkan dalam keadaan iklim yang lebih kering.

Pertumbuhan stalagmit sangat bervariasi bergantung pada banyak aspek, salah satunya ajaran (tetesan air), sehingga stalagmit mempunyai alur-alur berwarna seperti halnya bulat tahunan pada pohon. Pertumbuhan stalagmit dapat diamati pada alur-alur tersebut, sedangkan perbedaan warna juga memperlihatkan adanya pergeseran kandungan tanah yang terbawa pada aliran.

Pertumbuhan stalagmit untuk meraih tinggi tertentu berjalan dalam waktu yang sungguh usang meraih ratusan sampai ribuan tahun, dan di dalamnya terkandung banyak berita yang memiliki kegunaan untuk kajian paleoklimat dan paleomagnetik. Pertumbuhan stalagmit tergantung dari banyaknya tetesan dan kandungan kalsit yan larut, sehingga mempunyai alur-alur mirip bundar tahunan pohon.

Dengan pertunbuhan yang terus menerus menyebabkan stalagmit meraih suatu ketinggian tertentu, hal ini berlangsung dalam ratusan hingga ribuan tahun, (Sari Yulia, 2001 : 15). Pertumbuhan stalagmit secara bergairah dapat diukur dengan menghitung laju pengendapannya, yaitu hasil bagi antara tinggi stalagmit dengan umur stalagmit tersebut, Kemudian dari laju pengendapan tersebut mampu diprediksikan kemajuan stalagmit, (Sari Yulia, 2001 : 6). Dengan demikian kajian paleoklimat yang memakai proxy data stalagmit mampu membuat lebih mudah kompilasi data yang nantinya donasi data tesebut akan berguna untuk kepentingan prediksi pergeseran iklim mendatang atau modeling iklim kurun depan.
Sumber https://www.geologinesia.com/


EmoticonEmoticon