Jumat, 26 Februari 2021

Jenis Zona PeluangTerjadinya Tanah Longsor

Zona Potensi Tanah Longsor - Penyebab terjadinya tanah longsor yaitu karena air yang meresap ke dalam tanah sehingga membuat bobot tanah menjadi lebih besar. Jika air tersebut menembus hingga ke tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. Kawasan beresiko tragedi longsor dibedakan atas zona-zona berdasarkan karakter dan keadaan fisik alaminya.

Zona potensial tanah longsor ialah daerah/tempat yang rawan terhadap bencana longsor dengan keadaan terrain dan kondisi geologi yang sangat peka kepada gangguan luar, baik yang bersifat alami maupun aktifitas insan sebagai aspek pemicu gerakan tanah, sehingga memiliki potensi terjadinya longsor. Berdasarkan hidrogeomorfologinya dibedakan menjadi 3 jenis zona, yaitu Zona Tipe A, Zona Tipe B, dan Zona Tipe C.

 Penyebab terjadinya tanah longsor adalah karena air yang meresap ke dalam tanah sehingga  Jenis Zona Potensi Terjadinya Tanah Longsor
Tipologi zona potensial tanah longsor menurut hidrogeomorfologi.

Zona Berpotensi Longsor Tipe A

Zona ini merupakan daerah lereng gunung, lereng pegunungan, lereng bukit, lereng perbukitan, tebing sungai atau lembah sungai dengan kemiringan lereng di atas 40%, dengan ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan laut. Zona ini dicirikan dengan kondisi Lereng pegunungan relatif cembung; tersusun atas tanah epilog setebal lebih dari 2 (dua) meter, bersifat gembur dan gampang lolos air (misalnya tanah-tanah residual), menumpang di atas batuan dasarnya yang lebih padat dan kedap (contohnya andesit, breksi andesit, tuf, napal dan kerikil lempung).

Pada zona ini, lereng tebing sungai tersusun oleh tanah residual, tanah kolovial atau batuan sedimen hasil endapan sungai dengan ketebalan lebih dari 2 (dua) meter. Pada lereng sering muncul rembesan air atau mata air utamanya pada bidang kontak antara batuan kedap dengan lapisan tanah yang lebih permeable. Vegetasi alami yang mampu dijumpai antara lain tumbuhan berakar serabut (perdu, semak, dan rerumputan), pepohonan bertajuk berat, dan berdaun jarum (pinus).

Pada Zona ini jenis gerakan tanah yang terjadi berupa Luncuran baik berupa luncuran batuan, luncuran tanah, maupun materi rombakan dengan bidang gelincir lurus, melengkung atau tidak beraturan. Biasa dijumpai anutan tanah, ajaran batuan dan pedoman bahan rombakan batuan, bahkan variasi antara dua atau berbagai macam gerakan tanah dengan gerakan relatif cepat (lebih dari 2 meter per hari sampai mencapai 25 meter per menit).

Zona Berpotensi Longsor Tipe B

Zona berpotensi longsor pada tempat kaki gunung, kaki pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 21% - 40%, dengan ketinggian 500-2000 meter di atas permukaan bahari. Zona ini antara lain dicirikan oleh Lereng pegunungan tersusun dari tanah epilog setebal kurang dari 2 (dua) meter, bersifat gembur dan gampang lolos air, Lereng tebing sungai tersusun oleh tanah residual, tanah kolovial atau batuan sedimen hasil endapan sungai dengan ketebalan kurang dari 2 (dua) meter.

Pada zona ini curah hujan mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per hari dengan curah hujan tahunan lebih dari 2500 mm dan Sering muncul rembesan air atau mata air pada lerengterutama pada bidang kontak antara batuan kedap air dengan lapisan tanah yang lebih permeable. Gerakan tanah yang terjadi pada tempat ini lazimnya berupa rayapan tanah yang menyebabkan retakan dan amblesan tanah.

Zona Berpotensi Longsor Tipe C

Zona memiliki peluang longsor pada tempat dataran tinggi, dataran rendah, dataran, tebing sungai, atau lembah sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% - 20%, dengan ketinggian 0-500 meter di atas permukaan maritim. Zonasi ini antara lain dicirikan oleh kawasan kelokan sungai (meandering) dengan kemiringan tebing sungai lebih dari 40%, Kondisi tanah (batuan) penyusun lereng umumnya tersusun dari tanah lempung yang gampang mengembang jika jenuh air (jenis montmorillonite), dan curah hujan mencapai 70 mm per jam atau 100 mm per hari dengan curah hujan tahunan lebih dari 2500 mm.

Daerah ini Sering muncul rembesan air atau mata air pada lereng, utamanya pada bidang kontak antara batuan kedap air dengan lapisan tanah yang lebih permeable. Gerakan tanah yang sering terjadi umumnya berupa rayapan tanah yang menimbulkan retakan dan amblesan tanah dengan kecepatan gerakan lambat hingga menengah dengan kecepatan kurang dari 2 (dua) meter per hari.

(Referensi: Karnawati, D. 2006, Kajian Aspek Geologi sebagai Faktor Resiko Bencana Gerakan Tanah. Makalah pada Lokakarya Penataan Ruang sebagai Wahana untuk meminimalisir Potensi Kejadian Longsor, Jakarta).
Sumber https://www.geologinesia.com/


EmoticonEmoticon