Oleh :
Gagan Gandara
E66. K15181232
Tugas Akhir Mata Kuliah: Kapita Selekta Manajemen Bisnis
Sekolah Bisnis – Institut Pertanian Bogor.
![]() |
Gagan Gandara, Sekolah Bisnis-IPB |
BULOG (Badan Urusan Logistik) yaitu lembaga pengatur pangan yang sangat berperan penting pada pemerintah orde gres. Pada kala penjajahan Belanda, lembaga pengatur pangan ini disebut VMF (Voeding Midlen Founds). VMF melaksanakan fungsi untuk berbelanja, menjual dan menyelenggarakan persediaan materi makanan. VMF kemudian berganti nama menjadi Sangyobu- Nanyp Kohatsu Kaisa pada kurun pemerintahan Jepang. Sementara di era Orde Lama forum pengatur pangan ini berjulukan Yayasan Bahan Makanan (BAMA), kemudian diganti kembali menjadi yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM) (Anggraeni Dkk, 2016).
Badan Urusan Logistik (BULOG) didirikan pada tanggal 10 Mei 1967. Indonesia pernah mencicipi swasembada pangan di dekade 1980-an, namun menurun tajam sehabis tahun 1990-an. Momentum penurunan ini terjadi pasca diserahkannya sektor pertanian pada mekanisme pasar dan diubahnya BULOG yang berfungsi sebagai pengendali tata niaga menjadi Perum (Nasution, 2016).
Tulisan ini menjajal menggali argumentasi-alasan kenapa BULOG masih dibutuhkan pada abad kini, dan apa sebaiknya yang mesti dilaksanakan oleh BULOG ke depannya. Berikut beberapa alasan yang coba penulis sarikan, selaku berikut;
Menjaga Stabilitas Harga Bahan Pokok.
Sesuai dengan amanat undang-undang dasar (Undang-Undang Dasar) adalah pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, bahwa cabang-cabang buatan yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, maka eksistensi Bulog, Badan Urusan Logistik sebagai lembaga pengatur ketersediaan dan pengendali tata niaga pangan menjadi sungguh penting keberadaaannya. Bulog selaku perusahaan biasa merupakan instrument pemerintah dalam melaksanakan intervensi pasar. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip ekonomi bahwa adakala pemerintah perlu melakukan intervensi terhadap system perekonomian nasional, tidak semata-mata menyerahkan pada prosedur pasar, utamanya pada produk-produk yang menyangkut hajat hidup orang banyak, terutama beras selaku makanan pokok bangsa Indonesia.
Hal terpenting dari eksistensi Bulog yakni adanya rasa iktikad dan sentiment aktual dari pelaku perjuangan di bidang pangan, para petani dan masyarakat bahwa Bulog menjadi alat pemerintah untuk menstabilkan harga baik pada ketika excess supply (panen) maupun pada saat excess demand (paceklik).
Kondisi Geografis dan Sentra Produksi Padi Yang Tidak Merata.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau. Dengan penduduk yang tersebar pada keadaan geografis kepulauan, mengakibatkan tugas distribusi dan logistik bahan pokok terutama beras menjadi sangat penting. Hal ini pun didukung oleh fakta bahwa sentra-pusat buatan padi sebagian besar berada di pulau Jawa, yang berafiliasi dengan budaya, akomodasi infrastruktur pertanian (irigasi, pupuk, pabrik pembuatan, sentra-sentra pembinaan) dan kesuburan tanah. Sentra buatan materi pokok yang tidak merata, mirip lumbung padi terbatas di pulau Jawa dan sebagian kecil di Sulawesi dan Sumatera.
Sehingga pekerjaan distribusi dan logistik menjadi sebuah keniscayaan yang mesti diatur dengan baik. Dengan luasan negara kepulauan yang membentang sangat besar, dikala ini cuma pemerintah yang mampu berperan untuk mengorganisasikan dan menawarkan fasilitas distribusi, pergudangan dan logistik di seluruh pelosok tanah air. Sehingga hal ini akan menjamin ketersediaan bahan pokok bagi seluruh masyarakat dengan harga yang terjangkau dan disparitas harga yang kecil.
Sifat Alam Produk Pertanian Dimana Produksi Tidak Bisa 100% Dikontrol.
Sudah menjadi karakteristik alami bahwa produksi produk-produk pertanian sebagian besar tergantung pada alam. Sehingga ketersediaan input dan infrastruktur proses buatan produk-produk pertanian tidak mampu menjamin 100% keberhasilan akan sasaran bikinan seperti yang diperlukan, terutama untuk sistem pertanian yang dikontrol secara tradisional dan konvensional. Hal ini sebab faktor lingkungan dan alam sungguh berperan dalam bikinan produk-produk pertanian, seperti sinar matahari, curah hujan, pergantian iklim (El Nino, La Nina), serangan hama dan bencana alam. Sehingga adanya tubuh penyangga seperi Bulog, yang selalu siap dan bertugas menjaga dan menjamin eksistensi pasokan bahan pokok seperti beras menjadi suatu keniscayaan. Hal ini secara psikologis menyebabkan sentiment positif untuk semua pelaku perjuangan, sehingga pasokan dan harga akan terkendali dan menetralisir gejolak-gejolak harga yang mampu merugikan petani maupun memberatkan konsumen.
Keterbatasan Informasi dan Data Produksi yang Belum Terintegrasi.
Sistem pendataan jumlah gabah maupun beras baik yang berada di pasar maupun potensi produksi dari pusat-pusat padi masih belum terintegrasi dan terkoordinasi. Sehingga menimbulkan adanya kesimpangsiuran data di lembaga-forum pemerintah yang terkait. Seperti perbedaan data antara Kementrian Pertanian dan Kementrian Perdagangan.
Saragih (2016) menyatakan bahwa pemerintah memang sudah memutuskan forum permasalahan pangan seperti Bulog, tetapi masih belum terkoodinasi antar-lembaga padahal persoalan pangan bersifat lintas sektor. Salah satu dampaknya ialah masih mahalnya harga sebagian besar komoditas pangan pokok di masyarakat. Mata rantai tata niaga yang cukup panjang, juga menjadi penyebab tidak tercapainya ketahanan pangan nasional.
Sehingga perbedaan-perbedaan ini mengakibatkan diperlukannya Bulog sebagai Lembaga yang berperan untuk menyerap keunggulan pasokan (excess supply) maupun menjual beras pada dikala kekurangan pasokan (excess demand).
Spekulan Komoditas Pertanian.
Di tengah-tengah kekurangan data persediaan maupun produksi yang didukung dengan keperluan pasokan harian yang tinggi, tidak memungkiri masih banyaknya spekulan-spekulan dalam bisnis komoditas pertanian. Hal ini tentunya perlu diimbangi oleh Bulog selaku Lembaga pemerintah untuk menstabilkan pasokan baik pada saat kelemahan maupun kelebihan stok komoditas pertanian.
Infrastruktur Logistik yang Belum Merata.
Keterbatasan infrastruktur logistik dan besarnya biaya distribusi bahan pokok di seluruh pelosok tanah air, menjadikan eksistensi Bulog ialah sebuah keniscayaan dan keharusan. Sebagai pola, penelitian yang dijalankan oleh Natalia Br Karo (2016) tentang jalur penyusunan rencana dan jumlah optimum distribusi beras dari Sub Divisi Regional Jawa Barat ke kabupaten dan kota yang dapat meminimumkan ongkos distribusi meraih titik terendah, optimasi distribusi beras pada Divre Jawa Barat, maka total biaya distribusi yang optimum sebesar Rp.5,374,025 360.
Hal ini mengambarkan bahwa eksistensi negara lewat Bulog menjadi keharusan untuk menyediakan bahan dan keperluan pokok bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebaran Rumah Tangga yang Belum Merata.
Rumah tangga penduduk Indonesia yang terkonsentrasi di Pulau Jawa - Bali dan Pulau Sumatera, menimbulkan keperluan beras dan materi pokok yang lain akan terkonsentrasi di pulau-pulau tersebut. Hal ini tentunya menimbulkan pulau-pulau lain dan tempat terpencil tidak menjadi target utama dari distribusi dan pemasaran beras. Kondisi ini menimbulkan akan munculnya disparitas harga yang semakin tinggi khususnya di daerah-kawasan yang bukan menjadi target pasar utama, alasannya adalah keterbatasan pasokan. Maka eksistensi pemerintah melalui Bulog akan sangat berperan dalam menjamin ketersediaan materi pokok dengan harga yang relative sama dan stabil.
Peran Bulog ke Depan
Untuk menjamin ketersediaan pangan nasional, ke depan Bulog sebaiknya konsentrasi untuk mendukung dan mendorong pada implementasi smart atau precision agriculture, pada semua pusat-pusat buatan beras dan bahan pokok yang lain. Sedangkan untuk menjamin ketersediaan dan distribusi pangan ke pelosok tanah air, Bulog harus nendorong terjadinya efisiensi logistik dengan menerapkan teknologi Artificial Intelligence dan big data konsumsi rumah tangga, serta mendorong penyebaran pusat-sentra buatan beras dan bahan pokok yang lain berbasis precision agriculture. Hal ini akan menjadikan tata niaga materi pokok kian akurat, transparan dan efisien.
Hal ini pun sesuai dengan program pemerintah untuk mendorong penerapan teknologi 4.0. yang dapat menyebabkan pendataan peluangjumlah dan besaran data panen yang valid dan terintegrasi, mempunyai pusat data (big data) bahan-bahan pokok rumah tangga nasional. Sehingga hal ini dapat memutuskan ketersediaan jumlah beras dan materi pokok lainnya untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.
Diperkuat dengan hasil penelitian Nasution (2016), bahwa problem utama penurunan kinerja sektor pertanian ialah balasan kinerja tata niaga yang jelek sehabis BULOG menjadi Perum karena struktur pasar di level hulu yang bersifat monopsoni dan di level hilir yang bersifat oligopoli. Peningkatan kinerja tata niaga pertanian mampu dijalankan dengan dikembalikannya peran dan fungsi BULOG selaku BLU (Badan Layanan Umum). Transformasi ini mesti berfungsi sebagai pengendali pasar hasil-hasil pertanian, yang setidaknya lewat tiga kesanggupan utama, yaitu: (i) selaku pengendalian atau penjagaan harga bawah (floor price); (ii) pengendalian ekspor impor hasil pertanian; dan (iii) pendistribusian hasil pertanian secara efektif dan efisien. Tiga kesanggupan tersebut dapat menjadi grand-design strategi peningkatan kinerja sektor pertanian yang ditandai dengan kesejahteraan petani sekaligus yang menguntungkan pelanggan.
Referensi:
Anggraeni, Degia Fitra, Dkk. 2016. Badan Urusan Logistik (BULOG) Dari Monopoli Hingga Mekanisme Pasar Tahun 1998 – 2006. FACTUM Volume 5, Nomor 1, April 2016.
Karo, Natalia Br. 2016. Analisis Optimasi Distribusi Beras Bulog Di Provinsi Jawa Barat. MIX: Jurnal Ilmiah Manajemen, Volume VI, No. 1, Februari 2016. Universitas Mercubuana. Jakarta.
Nasution, Lokot Zein. 2016. Reposisi Peran Dan Fungsi Bulog Dalam Tata Niaga Pangan. Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Saragih, Juli Panglima. 2016. Kelembagaan Urusan Pangan Dari Masa Ke Masa Dan Kebijakan Ketahanan Pangan. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan Volume 17, Nomor 2, Oktober 2016, hlm. 168-192 DOI: 10.18196/jesp.17.2.3983
Sumber https://ghost-ships.blogspot.com
EmoticonEmoticon