Selasa, 28 Juli 2020

Norma Kesusilaan: Pengertian, Tujuan, Ciri, Dan Misalnya


Norma kesusilaan adalah salah satu jenis norma yang pastinya sering perhatikan, rasakan, dan lakukan di kehidupan sehari-hari. Bersama dengan norma hukum, agama, serta adab, norma ini mempunyai peran yang besar dalam mengontrol sikap sehari-hari kita.






Pengertian Norma Kesusilaan





Norma kesusilaan berasal dari dua kata, yaitu Norma dan Susila. Norma sendiri berarti pedoman-anutan yang mengendalikan tingkah laris seseorang dalam kelompok penduduk .





Sedangkan, watak yakni langkah-langkah-langkah-langkah yang bagus dan dianggap pantas untuk dikerjakan dalam sekelompok penduduk . Tindakan yang akhlak sungguh bergantung pada kelompok penduduk yang ada.





Pada sebuah golongan masyarakat, sebuah tindakan dapat dianggap sopan santun, sedangkan pada kelompok lain, langkah-langkah tersebut dapat dianggap mesum. Oleh karena itu, definisi moral disini sungguh bergantung pada nilai-nilai yang dikandung oleh suatu golongan penduduk .





Sehingga, dapat disimpulkan bahwa norma kesusilaan yakni norma yang bermaksud untuk mengatur tingkah laris manusia di suatu penduduk . Namun, norma ini tidak berasal dari aturan yang terperinci, melainkan dari kebiasaan-kebiasaan serta hati nurani yang ada di sebuah kelompok penduduk .





Oleh alasannya itu, meskipun dapat dicicipi secara pribadi di masyarakat, norma ini tidak memiliki hukuman dan batasan-batas-batas yang terperinci. Sehingga, norma kesusilaan ialah salah satu bentuk norma yang sangat mengandalkan kontrol sosial dalam penegakannya.





 



Tujuan Norma Kesusilaan





Tujuan norma kesusilaan adalah untuk mengatur tindakan yang ada di masyarakat




Norma kesusilaan, sama mirip norma lainnya, bermaksud untuk mengendalikan langkah-langkah-langkah-langkah yang ada di penduduk . Norma ini berfungsi semoga suatu golongan masyarakat tidak melaksanakan sesuatu yang dianggap menyimpang atau dapat mencoreng nama baik komunitas tersebut.





Secara garis besar, kita dapat menyimpulkan tujuan dari norma kesusilaan yakni selaku berikut





  • Menjadi garis besar bimbingan acuan kelakuan seorang individu dalam suatu kelompok penduduk
  • Menjaga supaya sebuah kelompok masyarakat tidak terjerumus kedalam tindakan yang dianggap asusila atau melenceng
  • Menjaga homogenitas budaya dan nilai-nilai dari sebuah golongan masyarakat
  • Menjaga kondisi sosial serta status sosial yang sudah mengakar di penduduk




Karena sifatnya yang berdasarkan persetujuan bersama suatu komunitas, biasanya norma kesusilaan ini bersifat debu-abu dan kurang jelas apa batasannya.





 



Ciri-Ciri Norma Kesusilaan





Kita telah mengetahui bahwa norma kesusilaan berfungsi untuk menciptakan masyarakat yang madani sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Sekarang, kita akan coba membicarakan ciri-ciri dari norma ini serta apa yang membedakannya dengan norma lainnya.





Secara biasa , terdapat 3 ciri dari norma ini yang membedakannya dengan norma lain. Ketiga ciri tersebut yakni sumber norma, sifat norma, serta sanksi yang diterapkan oleh norma ini.





Sumber Norma Kesusilaan





Norma kesusilaan bersumber dari nilai-nilai yang ada di suatu kelompok




Ciri pertama yakni apa yang menjadi sumber dari norma tersebut, atau bahasa lainnya yakni, apa yang mendasari. Untuk norma sopan santun, pastinya yang mendasari adalah nilai-nilai yang berlaku di sebuah kalangan masyarakat.





Nilai-nilai ini berasal dari keyakinan, budaya, dan tingkah laris yang dianggap wajar di kelompok penduduk tersebut. Nilai ini juga berasal dari hati nurani atau buah pikir kelompok penduduk tersebut.





Oleh sebab itu, seperti yang sudah kita jelaskan diatas, norma ini memiliki variasi yang sangat tinggi antar wilayah. Daerah dengan karakteristik dan nilai yang berbeda, pasti akan memiliki patokan budbahasa yang berbeda pula.





 



Sifat Norma Kesusilaan





Karena norma ini berasal dari nilai-nilai, pikiran, dan kelakuan yang beredar di dalam kelompok masyarakat, maka sifat norma ini pun sedikit berlainan. Norma ini tidak baka berada di masyarakat, melainkan sangat fleksibel dan sungguh cepat berubah-ubah.





Selain itu, seperti yang telah kita jelaskan diatas, norma ini juga tidak universal berlaku di setiap daerah. Karena nilai yang dianut setiap daerah berlawanan-beda, maka norma ini berlaku secara khusus di kawasan lokalnya.





Ketika kita pindah ke kawasan lainnya, mampu jadi nilai moral yang dianut juga berlawanan. Indonesia sebagai negara yang memiliki keberagaman sosial sangat tinggi, tentu saja memiliki norma budpekerti yang berlainan-beda di tiap daerahnya.





 



Sanksi Norma Kesusilaan





Sanksi dari norma ini adalah sanksi sosial




Ciri terakhir dari norma ini yaitu sanksi yang juga sedikit berlawanan dibandingkan norma lainnya. Karena tidak ada peraturan baku dan juga eksekusi baku bila melanggar, maka sanksi yang mampu diberikan yaitu sanksi sosial.





Sanksi sosial ini memiliki dua sisi, adalah dari diri pelanggar itu sendiri, serta dari penduduk sekitar pelanggar.





Karena norma ini didasarkan atas nilai-nilai yang dianut dan dipercayai oleh masyarakat, maka pelanggar tersebut, sebagai bagian dari penduduk , akan mencicipi rasa bersalah ketika melanggar.





Selain itu, individu tersebut juga akan aib karena telah melakukan hal yang tabu dalam masyarakatnya.





Dari segi komunal, pelanggar tersebut juga akan dihukum secara sosial melalui penghakiman serta pengucilan sosial oleh orang-orang disekitarnya. Hal ini terjadi alasannya tindakan individu tersebut dianggap menyimpang dari patokan-kriteria yang ada di masyarakat.





 



Contoh Norma Kesusilaan





Kita telah berguru banyak perihal pemahaman, tujuan, serta ciri-ciri dari norma kesusilaan. Agar lebih gampang mengerti, sekarang kita akan mencoba membicarakan contoh-teladan dari norma ini yang berlaku di masyarakat.





Jujur dalam Berkata dan Bertindak





Jujur dalam berbicara dan bertindak adalah salah satu norma susila




Salah satu acuan kaidah akhlak yang paling terperinci dan paling kerap kita peroleh di masyarakat adalah kejujuran. Semua budaya, semua penduduk niscaya menyukai orang-orang yang jujur.





Jujur disini bukan cuma dalam berkata saja, namun dalam bersikap dan bertindak pula.





Contohnya ialah seseorang yang menemukan kunci kendaraan beroda empat di tengah jalan. Mengetahui bahwa kunci kendaraan beroda empat tersebut bukan miliknya, anak tersebut sebaiknya menawarkan kunci tersebut ke petugas polisi atau pihak berwenang.





Contoh lainnya yaitu seorang anak SMA yang sedang cobaan. Karena tahu beliau tidak mencar ilmu untuk merencanakan ujiannya, anak tersebut mencontek.





Tetapi, teman-temannya yang paham bahwa tidak boleh mencontek tidak ada yang memberikannya contekan. Tindakan sobat-temannya ini yakni salah satu bentuk kejujuran dalam perilaku.





Sedangkan, pola jujur dalam ekspresi yakni seseorang yang baru pulang tengah malam karena nongkrong dengan temannya. Namun, beliau tahu bahwa keluarganya sungguh ketat dengan kepulangan di malam hari. Sehingga, ia berbohong bahwa pulang malamnya dikarenakan peran di kampus yang memang harus dituntaskan hari itu.





 



Berpakaian yang Sopan





Pakaian yang sopan juga menjadi salah satu norma tabiat yang paling kerap kita lihat dan juga kita nilai dari sebuah kalangan penduduk . Bagi kalian yang sering jalan-jalan ke seluruh wilayah Nusantara atau bahkan ke luar negri, niscaya melihat kan perbedaan pakaian di tiap-tiap kawasan?





Hal ini terjadi karena setiap tempat memiliki patokan berpakaian yang berlawanan-beda. Standar berbusana ini diputuskan berdasarkan kebudayaan, nilai, serta kebiasaan di daerah tersebut.





Oleh sebab itu, pakaian yang dianggap sopan di Bali belum tentu dianggap sopan di Aceh. Sedangkan, pakaian yang dianggap kurang sopan di Bali bisa saja dianggap biasa-lazimsaja di Amerika atau Eropa.





Sanksi dari penggunaan pakaian yang tidak sempurna lokasi dan sesuai persyaratan kesusilaan lokal antara lain yaitu dicibir oleh penduduk setempat. Selain itu, kalian juga bisa menjadi sentra perhatian negatif dari orang-orang disekitar, karena berbeda sendiri dengan lainnya.





 



Berbicara dan Bertindak yang Baik serta Santun





Santun dalam berbicara dan bertindak adalah bentuk norma susila




Gaya berbicara dan bertindak juga ialah salah satu norma kesusilaan yang sering kita perhatikan dan jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara dan bertindak disini tidak hanya sebatas penyeleksian kata, tetapi melibatkan intonasi, bahasa badan, serta sorot mata.





Tentu saja kita sering mendengar bahwa orang Sunda selalu santun dan lemah lembut dalam bertindak dan berbicara. Sedangkan, orang batak keras-keras dalam bertindak dan berkata.





Padahal, jikalau kita kontekskan, anggapan batak keras ini dilihat dari sudut pandang orang Sunda/Jawa. Bisa jadi, di tanah batak, gaya bicara mereka biasa-lazimsaja, atau bahkan sudah tergolong santai.





Bisa jadi pula, gaya bicara orang Sunda yang justru dianggap terlalu lemah lembut hingga kurang meyakinkan atau anggapan-anggapan lainnya yang kurang baik.





Oleh alasannya itu, dikala bertindak dan mengatakan, kita harus menyesuaikan gaya kita dengan budaya lokal. Selain itu, kita juga harus bisa mengetahui dan berempati dengan nilai-nilai berbahasa yang ada di kawasan yang kita datangi.





 



Meminta Maaf ketika Berbuat Salah





Meminta maaf dikala berbuat salah merupakan salah satu norma kesusilaan yang dianggap universal. Artinya, nyaris semua kelompok kebudayaan menilai bahwa nilai ini baik dan patut dilestarikan.





Hampir semua budaya merasa perlu untuk meminta maaf dikala berbuat kesalahan. Permintaan maaf ini menjadi tanda bahwa kita merasa bersalah telah merugikan orang tersebut dan ingin memperbaikinya.







Sumber ty.com


EmoticonEmoticon