Senin, 30 November 2020

Mengenal Batugamping Terumbu (Kerangka)

Apa itu Batugamping Terumbu? - Batu gamping terumbu adalah sebuah bentuk struktur organisme yang dibentuk oleh koloni organisme, tahan kepada gelombang, dan memiliki relief topografi di atas pengendapan sedimen yang ada di sekelilingnya. Batu gamping terumbu sering disebut juga selaku batugamping kerangka. Kunci dari mempelajari jenis batugamping ini ialah pada perkembangan terumbu, koloni organismenya, dan lingkungan pembentukannya.

Baca juga: Apa itu Batugamping Klastik?

Terumbu memiliki potensi ekologi untuk membentuk kerangka yang kuat, jadi terumbu yang dimaksudkan disini bukan merupakan hasil akumulasi hancuran kerangka, alasannya akumulasi hancuran kerangka pada umumnya mengacu kepada pembentukan batugamping bioklastik (baca pembahasan geologinesia sebelumnya mengenai jenis-jenis batugamping).

 Batu gamping terumbu adalah sebuah bentuk struktur organisme yang dibentuk oleh koloni or Mengenal Batugamping Terumbu (Kerangka)

Bentuk Koloni Organisme

Terdapat beberapa bentuk struktur koloni organisme yang diketahui dan masing-masing memiliki pemahaman yang berbeda, adalah:
  1. Bank
  2. Bioherm
  3. Biostrome
  4. Reef

Bank yaitu akumulasi kerangka dan cangkang yang dibentuk oleh organisme, akan namun tidak memiliki kesempatanekologi untuk tumbuh tegak dan membentuk struktur yang tahan gelombang (Nelson, 1960).

Bioherm yaitu suatu struktur yang dibuat oleh bangunan kerangka organisme (Cummings & Shrock, 1928). Cummings (1930) menunjukkan batas-batas pengertian untuk bioherm, yaitu sebuah bentuk yang ibarat kubah, tonjolan bukit kecil, lensa, ataupun bentuk lain yang penyebarannya terbatas, dibangun seluruhnya atau khususnya oleh organisme mirip koral, stromatoporoid, algae, brachiopoda, moluska, dan organisme lain yang dikelilingi oleh litologi yang berbeda.

Pada tahun 1952 Cummings menunjukkan definisi untuk bioherm lebih cepat namun mengandung pengertian lebih luas, yaitu bioherm ialah terumbu, bukit kecil, lensa atau yang sama, memiliki struktur penyebaran terbatas, terbentuk dari kerangka dan cangkang organisme keras, serta terikat pada litologi yang berbeda.

Biostrom adalah struktur batugamping yang berlapis selaku shell-beds, crinoid-beds, coral-beds yang ialah hasil akumulasi sisa organisme yang belum terangkut dan tidak membentuk bukit atau lensa (Cummings, 1932).

Sedangkan Reef ialah hasil aktifitas membangun dari suatu ikatan sedimen biotik tertentu (Lowenston, 1950). Reef memiliki peluangtahan gelombang, sehingga mampu untuk berkembang tegak membentuk struktur topografi yang tahan terhadap gelombang.

Baca juga: Macam-macam Jenis Batugamping

Jenis-Jenis Terumbu

Kita kembali kepada pengertian mengenai batugamping terumbu. Terumbu berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Atol
Atol adalah batugamping terumbu/kerangka yang diendapkan di maritim yang lembap jernih, banyak sinar matahari, dengan kedalaman maksimal 60 m, dan keadaan maritim yang bergelombang. Bentuk atol biasanya agak melingkar, shingga membentuk laguna dan kerap kali terdapat celah-celah yang luas di sekitar terumbu.

2. Terumbu Menepi (Fringing Reef)
Terumbu Menepi (Fringing Reef) yakni terumbu dengan bentuk kecil yang menghalangi pulau dan pantai benua. Terumbu ini terletak dekat pantai yang hanya dipisahkan oleh kanal sempit lembap dangkal. Permukaan bab atasnya berada pada posisi pasang rendah.

3. Terumbu Penghalang
Jenis terumbu ini terletak di lepas pantai benua dan pulau, lazimnya terletak lebih jauh dari pantai apabila ketimbang terumbu menepi. Umumnya pada terumbu penghalang terdapat retakan dan terbuka balasan aktifitas air pasang, sehingga membentuk laguna yang relatif dalam diantara pantai dan terumbu penghalang. Terumbu penghalang lazimnya memiliki ketinggian kurang dari 3 meter.

 Batu gamping terumbu adalah sebuah bentuk struktur organisme yang dibentuk oleh koloni or Mengenal Batugamping Terumbu (Kerangka)
Gambar macam-macam jenis terumbu.

Disamping ketiga jenis terumbu di atas, beberapa jago geologi menyertakan berbagai jenis terumbu yang mempunyai ciri yang berlawanan satu dengan yang lain. Tayama (1935) memperlihatkan nama "table reef" untuk suatu bentuk terumbu yang relatif kecil dan terisolir, dengan atau tanpa pulau yang tidak memiliki laguna. Shepard (1948) menawarkan nama "pinnacle" untuk pertumbuhan terumbu yang terjal ke atas.

Baca juga: Genesa, Ciri-ciri, dan Sifat Fisik Batugamping

Menurut Lahee (1961), table reef dekat kaitannya atau bahkan mirip dengan pinnacle. Henson (1950) didalam pembahasannya mengenai terumbu di Timur Tengah membuat penggolongan terumbu menjadi beberapa macam, antara lain: bank reef dan shoal reef. Bank reef yakni penamaan untuk kemajuan terumbu yang besar dengan bentuk tidak terencana, tumbuh di atas dasar yang karam oleh gejala tektonik, dan dikelilingi oleh air dalam.

Sedangkan shoal reef yaitu penamaan untuk suatu formasi yang terdiri dari perkembangan tak teratur dari beberapa terumbu di kawasan shoal di tengah-tengah hancuran gampingan (calcareous debris). Shoal reef mampu berkembang secara setempat atau berpencar dalam kondisi air jernih.

Pembentukan Terumbu

Organisme utama pembentuk terumbu yaitu: bioklas atau fragmen-fragmen lainnya, mirip foraminifera terutama foram besar dan moluska yang lazimnya merupakan kerangka tersendiri seperti Ostrea; Bryzoa; Crinoid, utamanya pada Paleozoik (Devon); Ganggang antara lain Halimeda (termasuk family Codicea) dan Lithothamnism (tergolong Corallinaceae), Lithophyllum, Coniophyllum, Penicillus (Codideae), Acialaria dan Meomen (Pascycladoceae, Amphiro), yang umumnya merupakan ganggang yang mempunyai struktur berlapis halus, berombak, dan selaku pengikat atau mengisi kerangka organisme. Organisme penyusun utama koral adalah: porites, meandrina, acropora, siderastrea, dan rudits (lamellibranches, utamanya pada zaman Kapur).

Terumbu berkembang di lingkungan bahari yang tidak begitu dalam, basah jernih sehingga sinar matahari dapat menembus kedalaman laut. Batas kedalaman dimana terumbu dapat tumbuh tergantung turbulensi air dan banyaknya plankton atau material mengambang lain yang mensugesti dalamnya penetrasi sinar matahari.

Baca juga: Pengertian Batugamping (Batu Kapur)

Kedalaman yang biasa adalah berkisar antara 50 m sampai 65 m, tetapi pada air bahari yang sungguh jernih ditemukan kehidupan terumbu pada kedalaman hingga 450 m. Sartono (1954) menyatakan bahwa terumbu mampu tumbuh subur pada kedalaman 40 m sampai 45 m dari permukaan air laut.

Suhu air maritim dimana terumbu mampu hidup dan berkembang harus hangat, suhu terendah berkisar 18 derajad celcius, dan tidak boleh lebih dari 30 derajad celcius. Sedangkan kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan terumbu yakni berkisar antara 25 - 29 derajad celcius. Kadar garam air laut normal merupakan keadaan yang menunjang perkembangan reef. Kadar garam yang baik untuk perkembangan terumbu yakni berkisar antara 35 - 38 %.

Sirkulasi atau agitasi air sangat diharapkan, alasannya koral yang umumnya selaku organisme utama pembentuk terumbu makanannya tergantung pada arus air laut yang membawa plankton. Jumlah oksigen dalam air maritim dipengaruhi oleh sirkulasi air atau ombak.

Pertumbuhan terumbu memerlukan batuan dasar yang kokoh dan tidak berlumpur. Kuenen (1933) dan Umbgrove (1947) menyebutkan bahwa bioherm dapat memulai pertumbuhannya pada lantai dasar yang stabil, berlumpur, dan lunak. Adanya pergeseran permukaan air laut juga kuat terhadap perkembangan suatu terumbu.

Baca juga: Apa itu Batu Marmer?

Konsep transgresi dan regresi suatu terumbu intinya membentuk acuan pertumbuhan dan migrasi organisme pembentuk terumbu selaras dengan berubahnya permukaan air maritim. Keadaan ini menyebabkan munculnya perkembangan terumbu secara berulang dari tipe terumbu genang maritim dan terumbu susut maritim dengan ciri-ciri yang berlainan.
Sumber https://www.geologinesia.com/


EmoticonEmoticon