Sangat jarang saya menulis wacana geologi di luar Indonesia, tetapi untuk dikala ini saya akan membahasnya alasannya adalah negara ini berbatasan dengan Indonesia, sehingga besar kemungkinan fenomena geologi yang terjadi disana kuat sampai ke Indonesia. Negara ini yakni Papua Nugini (Papua New Guinea), suatu negara yang berbatasan langsung dengan Papua, provinsi paling timur Indonesia. Fokus pembahasan .com pada Papua Nugini yaitu dari sisi vulkanologinya yang menyangkut rekam jejak letusan besar gunung berapi yang pernah terjadi di negara tersebut.
Di Papua Nugini, beberapa gunung berapi telah menghasilkan letusan paling besar dalam beberapa ribu tahun terakhir. Gunungapi di Dakataua, Pago, Billy Mitchell semua menghasilkan letusan pada skala diatas VEI 5 dalam 10.000 tahun terakhir. Sementara itu Gunungapi di Rabaul, Tavui, Ulawun, Lolobau, Lamington, Karkar, Manam dan Long Island mempunyai skala letusan rata-rata VEI 4. Beberapa gunung berapi di Papua Nugini ialah kaldera spektakuler yang telah menjadi sumber letusan besar. Di Rabaul dan Tavui ialah submerged kaldera, sementara Karkar mempunyai "massive summit calderas" berskala lebih dari 5 kilometer.
Long Island memiliki kaldera 10 - 12 kilometer (kini dipenuhi dengan air membentuk danau) terbentuk dari tiga letusan eksplosif selama 16.000 tahun terakhir. Pago, yang ialah bab dari kaldera Witori terbentuk dari serangkaian letusan eksplosif dalam 5.600 tahun terakhir. Bahkan Billy Mitchell yang "cuma" mempunyai kaldera selebar 2 kilometer di puncaknya telah menghasilkan beberapa letusan eksplosif dalam 900 tahun terakhir menimbulkan setengah dari Pulau Bougainville terselimuti oleh debu dan puing-puing vulkanik. Jadi, kalau Anda mengharapkan terjadinya letusan gunung berapi besar berikutnya, maka Papua Nugini ialah kawasan yang sangat tepat untuk kejadian tersebut.
Ilustrasi letusan gunung berapi. |
Kita ketahui bahwa letusan yang terjadi gres-baru ini (periode ke-20) di Rabaul dan Lamington, menyebabkan kerusakan dahsyat dan banyaknya jiwa yang terbang. Letusan besar yang juga pernah terjadi di tahun 1951 menghasilkan fatwa piroklastik yang menewaskan lebih dari 3.500 orang, menyapu rata kota Higataru. Kolom abu vulkanik dari letusan ini meraih 12 kilometer (40.000 kaki) dan guncangan dari ledakan ini terasa hingga ke Ibukota (Port Moresby) yang jaraknya lebih dari 110 kilometer (70 mil) dari sentra ledakan.
Letusan besar ini menyebabkan runtuhnya kubah lava sehingga menghasilkan 0,2-0,4 kubik kilometer puing-puing longsoran dan bulu-bulu bubuk yang runtuh menciptakan pemikiran piroklastik sepanjang 15 kilometer (9 mil). Ironisnya, saat ini penduduk lokal mulai kembali bermukim di tempat tersebut tanpa menimbang-nimbang bagaimana letusan dahsyat mampu saja kembali terjadi disana. Kota Rabaul pun demikian, terletak di dalam kaldera yang serupa dengan Lamington. Ini bermakna bahwa orang-orang disana hidup berdampingan dengan gunung berapi yang sudah menciptakan 3 kali letusan pada skala diatas VEI 4 dalam 100 tahun terakhir.
Siklus letusan gunung berapi biasanya akan berulang dan tidak menutup kemungkinan sebuah letusan besar akan terjadi lagi di Papua Nugini. Dengan banyaknya kejadian letusan besar gunung berapi di negara ini, diperlukan adanya kewaspadaan yang tinggi kepada daerah yang berbatasan pribadi dengan negara ini. Ya, Provinsi Papua merupakan tempat yang cukup berpeluang terkena efek dari letusan besar di Papua Nugini. Walaupun Provinsi Papua letaknya cukup jauh dari ring of fire Papua Nugini, namus kewaspadaan kepada fenomena geologi ini mesti tetap ada. Salam. Sumber https://www.geologinesia.com/
EmoticonEmoticon