Sabtu, 23 Januari 2021

Teori Evolusi Bukan Teori Ilmiah? Ini Jawabannya!

Teori evolusi yang mengungkap sejarah asal usul insan di tampang bumi ini senantiasa menjadi perdebatan hangat oleh banyak ilmuwan. Para ilmuwan banyak mengungkap wacana bukti awal pertama kali insan diciptakan. Sejak saat itu muncul para filsuf dari kelompok agama yang menguji kebenaran teori tersebut, dan ternyata mereka menghasilkan sejarah manusia yang berlawanan jauh dari teori evolusi.

Adalah Harun Yahya, Thomas Aquinas, Etienne Gilson, Pierre Teilhard, A.D. Sertillanges, Karl Rahner, Keith Ward, dan masih banyak lagi merupakan beberapa tokoh yang dengan keberaniannya memunculkan perdebatan antara kreasionisme dan evolusionisme. Benarkah ada desain "kebetulan" yang dicetuskan oleh Darwin bertentangan dengan keinginanTuhan dan bersifat atheis??.

Kajian yang mau aku paparkan dibawah ini hanyalah ialah kumpulan tanggapan penganut evolusionisme terhadap pandangan kreasionisme perihal teori evolusi. Benar ataupun tidaknya, tergantung dari anda yang menilainya. Berikut beberapa bagian pandangan serta tanggapan yang dikala ini hangat diperdebatkan.

Pandangan Kreasionisme

Teori evolusi menyebutkan bahwa makhluk hidup tercipta sebagai akhir "kebetulan" dan timbul dengan sendirinya dari kondisi alami. Teori ini bekerjsama bukan aturan ilmiah ataupun fakta yang telah terbukti. Di balik topeng ilmiahnya, teori ini merupakan pandangan hidup materialis yang didoktrinkan ke dalam masyarakat oleh kaum "Darwinis". Dasar-dasar teori ini sudah banyak digugurkan oleh bukti-bukti ilmiah di segala bidang. Teori evolusi ialah cara-cara untuk mensugesti dan mempropaganda.

Teori evolusi diajukan selaku hipotesa rekaan ditengah konteks pengertian ilmiah abad ke-19 yang masih kurang pandai. Hingga hari ini teori tersebut belum pernah didukung oleh percobaan atau penemuan ilmiah apapun. Sebaliknya, seluruh tata cara yang maksudnya membuktikan keabsahan teori ini justru rampung dengan penyangkalan teori ini.


Sebagai teladan, Sel ialah satuan terkecil makhluk hidup, mustahil akan muncul secara kebetulan dalam keadaan primitif seperti yang dipaksakan kaum evolusionis semoga kita percaya. Jangankan dalam keadaan demikian, di laboratorium terbaru sekarang ini pun, hal tersebut tidak mungkin terjadi.

Asam-asam amino yang ialah satuan pembentuk banyak sekali protein penyusun sel hidup, tidak mampu dengan sendirinya membentuk organel-organel didalam sel seperti membran sel, mitokondria, retikulum endoplasma, ataupun ribosom, terlebih membentuk sebuah sel yang utuh. Oleh alasannya adalah itu, claim bahwa sel pertama terbentuk secara kebetulan lewat proses evolusi, hanyalah hasil rekaan yang didasarkan pada imajinasi.

Evolusionis mengklaim bahwa molekul DNA yang terdapat di dalam inti sel hidup, merupakan sebuah tata cara kode yang berjumlah sekitar 3,5 miliar satuan, yang berisi semua rincian makhluk hidup. DNA pertama kali ditemukan menggunakan kristalografi sinar-X pada akhir tahun 1940-an dan permulaan 1950-an, dan ialah sebuah molekul besar dengan bentuk yang sangat luar biasa. Francis Crick, seorang pemenang kado Nobel, selama beberapa tahun meyakini teori evolusi molekuler. Namun balasannya, ia sendiri pun harus mengakui bahwa molekul yang sangat rumit tersebut tidak akan mungkin timbul dengan sendirinya, secara tiba-tiba alasannya adalah kebetulan, atau karena hasil dari sebuah proses evolusi. Dengan pengertian keilmuan yang ada dikala ini maka asal mula kehidupan bagaikan suatu keajaiban.

Evolusionis berkebangsaan Turki, Profesor Ali Demirsoy, dengan jujur menunjukkan akreditasi bahwa kemungkinan terbentuknya sebuah protein dan asam nukleat (DNA-RNA) adalah diluar batas perkiraan. Peluang hadirnya suatu rantai protein adalah sangat kecil, sehingga mampu disebut tidak mungkin.

Homer Jacobson, Profesor di bidang Ilmu Kimia, menawarkan akreditasi wacana kemustahilan hadirnya kehidupan akibat aspek kebetulan. Petunjuk untuk planning reproduksi, untuk urutan pertumbuhan, dan untuk prosedur efektor yang menterjemahkan isyarat menjadi kemajuan, semua itu mesti terbentuk secara berbarengan pada saat permulaan terjadinya kehidupan. Kemungkinan kombinasi semua insiden itu secara kebetulan tampaknya sungguh hebat kecil.

Catatan fosil pun menunjukkan bukti lain, yang menjadi kekalahan telak bagi teori evolusi. Dari seluruh fosil yang telah didapatkan ketika ini, tidak satu pun merupakan bentuk "antara" (bentuk peralihan) yang didapatkan. Seharusnya bentuk tersebut ada bila memang makhluk hidup berevolusi tahap demi tahap, dari spesies yang sederhana menjadi spesies yang lebih kompleks, mirip yang dinyatakan oleh teori evolusi.

Dilemanya, jika spesies seperti itu ada, semestinya jumlahnya akan berbagai, berjuta-juta, bahkan bermiliar-miliar. Sisa dan kerangka spesies semacam itu haruslah ada dalam catatan fosil. Jika bentuk-bentuk "transisi" ini betul ada, maka jumlahnya telah niscaya akan melebihi jumlah spesies yang kita ketahui saat ini. Seluruh dunia akan dipenuhi dengan fosil spesies tersebut.

Para evolusionis mencari bentuk-bentuk "peralihan" ini di semua penelitian fosil, yang telah dikerjakan semenjak abad kesembilan belas. Akan namun, hingga ketika ini sama sekali tidak ditemukan jejak spesies "peralihan" ini. Kaprikornus sesungguhnya catatan fosil yang ada dikala ini justru menawarkan bahwa makhluk hidup secara tiba-tiba muncul dalam bentuk yang sempurna, bukan lewat suatu proses dari bentuk primitif menuju bentuk yang lebih maju, seperti yang diagung-agungkan teori evolusi.

Kaum evolusionis telah berusaha keras untuk mengambarkan kebenaran teori mereka. Tetapi nyatanya dengan tangannya sendiri, mereka justru telah membuktikan bahwa proses evolusi yakni mustahil. Kaprikornus Kesimpulannya, ilmu pengetahuan modern mengungkapkan fakta yang tak mungkin dibantah bahwa: "Munculnya makhluk hidup bukanlah sebab aspek kebetulan, melainkan hasil ciptaan Tuhan".

Tanggapan Evolusionisme

Teori evolusi tidak pernah bicara soal "kebetulan", kecuali bila kita mau mengatakan bahwa setiap fenomena alami yang terjadi di alam ialah sebuah "kebetulan". Proses evolusi adalah proses alami yang terjadi di alam, dan ilmu biologi biasanya mengklasifikasikan insan dalam taksonomi sebagai anggota dari keluarga (family) kera besar, dimana anggota keluarga lainnya mirip simpanse, orang utan, dan gorilla. Perlu diketahui bahwa Monyet tidak termasuk family monyet besar.

Teori evolusi tidak bicara ihwal asal penciptaan makhluk hidup, terlebih secara kebetulan. Teori yang membahas hal tersebut ialah teori abiogenesis modern. Sangat menggelikan sekali, bila ingin membantah teori evolusi, tetapi mereka (kaum kreasionis) tidak paham perbedaan antara teori evolusi (origin of species) dengan teori abiogenesis modern (origin of life).
 yang mengungkap sejarah asal usul manusia di muka bumi ini selalu menjadi perdebatan hang Teori Evolusi Bukan Teori Ilmiah? Ini Jawabannya!
Gambar ilustrasi berhubungan dengan teori evolusi.

Teori evolusi juga bukan propaganda materialis. Jika sebab tidak membicarakan tugas Tuhan di dalamnya kemudian diklaim sebagai propaganda materialis, maka semua teori ilmiah yang lain juga harus dianggap propaganda materialis??. Saat ini, tidak ada 'bukti ilmiah' yang membantah teori evolusi. Sebaliknya, justru persepsi non-ilmiah mereka yang merupakan bentuk propaganda dan penuh kebohongan serta rekayasa.

Benar bahwa teori evolusi dicetuskan pada masa ke-19, dimana wawasan masih relatif kurang dibanding periode sekarang. Tapi perlu diingat bahwa banyak teori dan penemuan ilmiah dihasilkan lebih bau tanah dibandingkan dengan teori evolusi. Intinya, teori yang terbukti salah akan digugurkan, sedangkan teori yang terbukti kebenarannya akan bertahan, bahkan makin meningkat seiring kemajuan wawasan. Dan teori evolusi bisa bertahan bahkan meningkat seperti saat ini alasannya adalah melalui proses yang serupa.

Jika tidak ada pembuktian, maka teori tidak mampu disebut teori, tetapi cuma berbentukhipotesa. Teori ialah hipotesa yang telah teruji. Ini salah satu argumentasi mengapa kreasionisme bukan suatu teori. Teori evolusi bukanlah pandangan filosofis, tak ada kaitan dengan meterialisme ataupun sejenisnya. Apakah ada peran Tuhan ataupun tidaknya, itu bukan inti dari teori evolusi. Dan sekali lagi, belum ada bukti ilmiah yang menyangkal teori evolusi. Kemunculan makhluk hidup pertama bukan bahasan teori evolusi, melainkan teori abiogeneis. Para penganut kreasionisme bahkan gagal dalam bantahan pertama, karena tidak paham perbedaan keduanya.

Bahkan makhluk hidup awal yang dibentuk pada abiogenesis pun tidak mempunyai struktur yang serupa mirip sel paling sederhana yang diketahui kini ini. Hipotesa "RNA World" mengklaim bahwa kemungkinan makhluk hidup pada mulanya tidak memiliki DNA, melainkan RNA yang bisa mengambil alih fungsi DNA.

Asal kehidupan bukan bahasan teori evolusi. Dan "keajaiban" bukan sesuatu yang mampu diterima oleh sains. Saat ini, ilmuwan telah sukses meniru proses pembentukan nukleutida dan asam amino. Dan kejadian yang terjadi di alam yaitu proses yang simultan, bukan satu persatu. Kaprikornus nilai probabilitas yang diajukan kreasionisme adalah tidak berkaitan.

Tidak semua makhluk hidup yang mati berubah jadi fosil. Itulah salah satu kesusahan mencari fosil "antara" (transisi). Namun, fosil transisi yang dimaksud bukannya tidak ada; Odontochelys semitestacea, frogamander, archaeopteryx, tiktaalik, microraptor, ialah contoh bahwa fosil tersebut ada. Perhatikan Odontochelys semitestacea, itu ialah kura-kura dengan tempurung yang belum terbentuk tepat. Makara bergotong-royong, catatan fosil justru menawarkan terhadap kita bahwa makhluk hidup berevolusi. Karena tidak semua makhluk hidup berkembang menjadi fosil, tetapi fosil yang ada sekarang ini telah cukup memberi klarifikasi tentang proses transisi makhluk hidup.

Sumber https://www.geologinesia.com/


EmoticonEmoticon