Kamis, 18 Februari 2021

Daerah Akumulasi Emas Aluvial (Placer)

Daerah-daerah sungai yang terlalu rendah bukanlah ialah daerah yang favorit bagi akumulasi emas aluvial (placer), demikian juga dengan kawasan hulu sungai. Hal ini karena di tempat-kawasan tersebut suplai material sumber terbatas. Daerah yang paling manis ialah tempat pertengahan antara hulu dan hilir sungai.

Ketika pemikiran air sungai melintasi “lantai” lembah yang licin, maka butiran-butiran emas serta gravel-gravelnya akan melintas dengan cepat tanpa atau cuma sedikit sekali memiliki peluang untuk terendapkan. Tetapi jika suatu sungai atau anak-anak sungainya mencapai lembah dengan gradien yang agak landai, maka tercapai keadaan yang ideal untuk terjadinya pengendapan dan pengkonsentrasian emas sehingga dapat membentuk deposit yang bernilai irit.

Di daerah sungai bermeander dengan kecepatan aliran yang tinggi, pemikiran tercepat berada pada bagian luar meander. Sedangkan ajaran yang lambat berada di sisi sebaliknya. Perpotongan keduanya, di mana endapan gravel terbentuk, merupakan kawasan yang favorit bagi pengendapan butiran emas. Dengan terjadinya migrasi lateral dari meander tersebut, maka "pay streak" akan tertutupi dan akibatnya “berpindah” jauh dari "stream channel" asalnya. "Pay streak" yaitu area akumulasi mineral-mineral berat akibat konferensi aliran yang deras dengan ajaran yang lambat.

daerah sungai yang terlalu rendah bukanlah merupakan tempat yang favorit bagi akumulasi em Tempat Akumulasi Emas Aluvial (Placer)
Gambar beberapa model akumulasi emas aluvial pada sungai.

Sebenarnya, emas aluvial (placer) tidak terbentuk di meander-meander hilir dari suatu sungai bau tanah, karena kecepatan alirannya tidak memungkinkan untuk mampu mentransport mineral-mineral berat mirip emas. Ketika sungai memangkas batuan berlapis yang sangat miring atau vertikal, mirip batu slate, sekis, atau perselingan lapisan yang garang dan halus, maka lapisan yang garang cenderung akan mencolokke atas, sedangkan yang halus akan terpotong.

Proses tersebut diatas akan membentuk “riffles”. Bentuk "riffles" ini seperti dengan bagian-pecahan kayu yang dipaku di bab dasar sluice box untuk memisahkan emas pada proses "sluicing". Riffle-riffle alami ini ialah perangkap yang sungguh manis untuk menjebak butiran emas, dan mampu membentuk “bonanza” (endapan plaser yang sangat besar dan kaya).

Pada ketika material-material dibawa oleh anak sungai yang beraliran cepat masuk ke sungai induk yang beraliran lambat, maka material-material tersebut akan terakumulasi dengan kecepatan yang menurun, dalam bentuk "pay streak" di sisi sungai yang terdekat. Jika sungai memotong lode (badan batuan yang termineralisasi), dan melewati bagian lode yang telah terkorosi (lapuk), maka "pay streak" akan menyebar sepanjang channel sungai di segi hilir dari lode tersebut.

Butiran emas akan cenderung mengambil posisi di jalur "pay streak". Proses ini bisa dijadikan indikasi untuk menentukan hulu di mana emas berasal, dan kemudian akan mencirikan “lode induk” di kawasan sekitarnya. Dari sinilah para geologi juga mampu menemukan emas primer yang bernilai tinggi.

Akumulasi emas aluvial menuntut adanya keadaan kesetimbangan yang kontinyu antara kecepatan sungai dengan akumulasi gravel. Gravel-gravel tidak boleh terlalu tebal, harus bergerak secara lamban ke arah hilir, dan harus benar-benarterendam secara keseluruhan dalam air. Ada ataupun tidaknya kondisi seperti ini di sebuah sungai sungguh memilih nilai ekonomis sebuah "pay streak" dan jarang-tidaknya disseminasi emas.
Sumber https://www.geologinesia.com/


EmoticonEmoticon