Rabu, 24 Maret 2021

Mineralisasi Dan Alterasi Pada Batuan Metamorf

Mineralisasi pada batuan metamorf sungguh mempesona untuk di pemeriksaan. Komplesitas yang mempengaruhinya merupakan sebuah tantangan tersendiri untuk memecahkan mekanisme pembentukan dan keberadaanya. Banyak faktor yang berperan untuk menciptakan mineralisasi yang bernilai irit pada batuan metamorf, diantaranya yaitu tektonik dan fasies metamorf itu sendiri. yang perlu digarisbawahi disini ialah apakah mineralisasi yang terjadi ialah produk sebelum, serempak, ataukah sesudah batuan metamorf itu terbentuk. Dibawah ini aku suguhkan suatu ringkasan hasil investigasi lapangan yang di "compile" dengan beberapa teori, meskipun sangat singkat (memikirkan privasi data perusahaan), diperlukan ini mampu menolong kita dalam mengevaluasi mineralisasi yang bernilai ekonomis pada batuan metamorf (Orogenic Minerals Deposite).

Teori Mineralisasi pada Batuan Metamorf

Sabuk metamorfik ialah tempat kompleks dimana terdapat akresi dan kolisi dan melibatkan kerak benua. Proses tektonik yang terjadimerupakan skala litosferik, keterlibatan temperatur dan tekanan, dikarenakan oleh proses magmatik pada busur depan dengan perkumpulan prisma akresi dan cekungan ekstensional pada bagian busur belakang, deformasi dan metamorfosa umumnya berasosiasi dengan magmatisme granitoid plutonik, dan pengangkatan serta erosi yang diikuti pembentukan cekungan dimana material sedimen dapat terakumulasi.

Endapan emas mampu terbentuk pada aneka macam tingkat dari evolusi orogenik, sehingga muncul sabuk metamorfik yang mengandung beragam tipe endapan yang mampu saling sejajar atau memangkas. Groves et al. (2003) membedakan endapan emas yang terbentuk pada sabuk metamorfik selama proses orogen pada fase kompresi berdasar genesa dan bentuk geometri. Tipe-tipe endapan tersebut antara lain, endapan emas orogenik, endapan emas yang berasosiasi dengan intrusi, dan endapan emas yang berasosiasi dengan logam dasar.

Mineralogi, Geokimia, dan Tatanan Tektonik

Keseluruhan Daerah observasi mempunyai litologi batuan metamorf yang terdiri atas Satuan Batuan Schist dan Satuan Batuan Gneiss. Batuan asal ini mengindikasikan sudah terjadinya akresi dan koalisi yang melibatkan kerak benua akhir kegiatan tektonik yang melibatkan temperatur dan tekanan pada skala litosferik.

Kodisi geologi di tempat observasi yang tersusun atas batuan schist dan gneiss terbentuk akibat metamorfisme regional. Terdapat kendali struktur yang kuat kepada proses mineralisasi dengan skala yang bermacam-macam. Struktur yang dijumpai di lapangan diantaranya :
  1. Patahan brittle hingga ductile dengan zona hancuran yang intensif balasan sesar regional, dan pergerakan bidang sesar geser
  2. Zona breksiasi pada batuan
  3. Zona foliasi, rekahan yang terbentuk akhir tekanan dan terisi oleh mineral silika

Berdasarkan kenampakan diatas serta aneka macam faktor geologi yang mempengaruhinya maka bentuk mineralisasi di tempat penelitian adalah Veins Filling Faults. Bentukan mineralisasi mirip ini bahwasanya sangat harapan terhadap cebakan emas, akan namun karena keterdapatannya pada skala struktur yang lokal tingkat stadia tempat yang muda, serta intensif weathering pada batuan asal menjadikan endapan emas sukar dijumpai.

Fasies Metamorf dan Alterasi Batuan Samping

Endapan emas pada batuan metamorf tentunya berkaitan dengan proses metamorfosa yang menciptakan batuan metamorf. Endapan emas di kawasan observasi berasal dari batuan asal yang terbentuk alasannya proses metamorfosa regional membentuk batuan metamorf Fasies Sekis Hijau, dimana derivite pelitiknya berasal dari batuan schist yang tercirikan oleh sekistositas sebab orientasi terpilih atau terarah dari mineral mika dan khlorit.

Di kawasan penelitian, batuan metamorf menawarkan zonasi lateral pada fase alterasi dari proksimal yang meraih skala endapan yang tidak terlalu luas. Alterasi yang mampu tampakdi daerah penelitian ialah kloritisasi (lihat gambar 1b). Diperkirakan zona alterasi terbentuk pada fase permulaan zona sesar lokal dan diatur struktur skala besar (Sesar Kolaka). Kehadiran metasomatisme alkali menjadikan proses serisitisasi sulit ditemui. Kloritisasi Klorit muncul hadir gotong royong dengan kuarsa dalam bentuk kumpulan mineral. Perkembangan mineral klorit mampu dihasilkan dari alterasi mineral mafik yang ada pada batuan asal atau dari magnesium dan besi yang ada sebelumnya.

Endapan emas di kawasan penelitian kemungkinan dicirikan dengan metode urat secara umum dikuasai kuarsa. Mineral mika dan klorit sering menjadi pengotor pada urat yang ditemukan pada batuan pembawa fasies sekis hijau. Oleh sebab dipengaruhi oleh struktur yang lokal maka sistem urat tidak terlihat pada dimensi yang besar sehingga keterdapatan cebakan emas juga hanya sedikit. Perbandingan emas dengan bijih yang terdapat pada urat dan pada batuan samping belum mampu diperoleh, karena belum dilakukan pengiriman sampel untuk analisa mineralogi. Berdasarkan megaskopis mineralogi sementara dari hasil sample stream dan "sample chips", menawarkan adanya mineral berat mirip Ilmenite, Chromite, Arsenopirit, Au, dan Pb.

Berdasarkan dari parameter diatas maka mampu digolongkan bahwa tipe dari endapan emas di daaerah observasi yakni Endapan Emas Orogenik Lokal yang terbentuk balasan kendali metamorfosa regional terhadap struktur lokal. Berdasarkan dari fasies metamorfisme batuan pembawa emas maka zona endapan emas di kawasan penelitian masuk dalam zona Mesozonal pada kedalaman 6-12 Km dengan temperatur 300-475 C (lihat gambar 1d).

Mineralisasi pada batuan metamorf sangat menarik untuk di investigasi Mineralisasi dan Alterasi pada Batuan Metamorf
Gambar 1. Penyelidikan endapan emas orogenik, (a) foliasi schist, (b) batuan fasies sekis hijau,
(c) pan concentrate, (d) zona endapan emas orogenik, Gebre Mariam et al, 1995).

Berdasarkan dari hasil survey peluangemas metamorfik di tempat observasi maka diperoleh kesimpulan selaku berikut :
  1. Litologi penyusun daerah penelitian terbagi atas 2 satuan batuan yaitu Satuan Batuan Schist dan Satuan Batuan Gneiss. Struktur Geologi yang meningkat di daerah observasi terdiri atas Struktur Sesar Normal, Sesar Geser, dan Lipatan.
  2. Ditemukan zona mineralisasi cuma pada kawasan sepanjang sesar geser dengan arah relatif tenggara barat bahari, sepanjang sungai X. Secara megaskopis hasil sample stream sedimen dan "sample chips", endapan emas tampakdalam jumlah yang tidak terlalu signifikan. Mineral yang tampakdiantaranya ialah Ilmenite, Chromite, Arsenopirit, Au, dan Pb.
  3. Tipe endapan emas yang dijumpai ialah Endapan Emas Orogenik Lokal yang terbentuk balasan kontrol metamorfosa regional kepada struktur setempat (Sesar Geser). Fasies metamorfik yang terjadi tergolong dalam fasies sekis hijau dimana berada pada zona ”mesozonal” dengan kedalaman 6-12 Km dengan temperatur 300-475 C. Alterasi batuan samping yang mampu tampakdi kawasan observasi hanya berupa kloritisasi. Kloritisasi hadir gotong royong dengan kuarsa dalam bentuk kumpulan mineral.

Secara lazim potensi emas pada tempat ini kurang kesempatan untuk dijalankan pengcoveran daerah IUP, hal ini dikarenakan tipe emas mirip ini cenderung mempunyai deposit yang elok pada kendali struktur yang regional. Sedangkan di daerah observasi kontrol struktur yang terjadi cuma bersifat setempat. Untuk harapan tambang berukuran menengah sampai tinggi, lahan ini tidak di rekomendasikan. Perlu dikerjakan penelusuran lahan yang sekiranya lebih erat dengan jalur stuktur regional dengan jenis batuan metamorf yang bertekstur schistose, dimana keduanya ini sangat mempengaruhi keterdapatan endapan emas metamorfik yang lebih prospek.
Sumber https://www.geologinesia.com/


EmoticonEmoticon