Emas Aluvial di Indonesia - Emas selaku salah satu komoditas tambang sudah dikenal dan diusahakan di Indonesia semenjak lebih dari seribu tahun yang lalu. Pendatang dari Cina telah menambang cebakan emas aluvial di Kalimantan pada kala keempat. Kegiatan tambang dalam dan tambang aluvial marak dijalankan oleh emigran Hindu dan penduduk setempat di Sumatera dan Sulawesi Utara.
Tercatat pada manuskrip Cina berumur lebih dari 1000 tahun, yang telah menggambarkan kekayaan emas di Kepulauan Indonesia serta perihal adanya beberapa tambang emas (Van Leeuwen, 1994). Cebakan emas aluvial di Daerah Monterado, Kalimantan Barat pernah diusahakan oleh pendatang dari Cina pada awal periode 18 (Keyser & Sinay, 1993).
Prospek di kawasan Sungai Gambir, Bungotebo, Jambi, pada tahun 1992, sehabis dilaksanakan pengupasan lapisan epilog berupa lempung dengan ketebalan sekitar dua meter, pada lapisan kaya emas di bawahnya ditemui keramik Cina berbentukcawan, sehingga ada kemungkinan harapan tersebut pernah diusahakan. Demikian juga cebakan emas di Daerah Meulaboh, NAD, dan Logas, Riau, pernah ditambang pada kala pendudukan Belanda dan Jepang (Van Leeuwen, 1994).
Potensi Emas Aluvial di Indonesia banyak ditemui di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua. Emas aluvial dengan sumberdaya kecil ditemui juga di P. Jawa, ialah di Banyumas, Jawa Tengah. Cebakan emas aluvial di Indonesia biasanya pernah diusahakan, sehingga peluangpada saat ini ialah sumberdaya tersisa dari aktifitas penambangan pada periode kemudian.
Eksplorasi emas aluvial secara besar besaran pernah dikerjakan pada tahun 1980-an sampai dengan awal tahun 1990-an, utamanya di Kalimantan dan Sumatera, oleh pelaku perjuangan pertambangan yang sebagian besar berskala kecil sampai menengah. Eksplorasi dijalankan pada daerah yang umumnya sudah dimengerti sebelumnya selaku sumber keterdapatan emas, adalah telah ditambang baik oleh pendatang dari Cina atau Belanda, maupun masyarakatlokal. Daerah sasaran eksplorasi dengan keadaan geologi berupa endapan gravel Resen – Kuarter dari endapan sungai aktif, endapan sungai purba yang telah tertimbun, serta paleodrainages.
Sumberdaya dan cadangan emas pada beberapa kawasan kesempatan telah ditambang oleh pemilik perjuangan pertambangan, akan namun secara keseluruhan hanya berjalan beberapa tahun dan selsai dengan masih menyisakan sebagian besar sumberdayanya. Beberapa faktor penyebab khususnya ialah estimasi cadangan terlalu spekulatif, perlengkapan tidak sesuai, dan pembengkakan ongkos operasional, sehingga mempengaruhi nilai ekonomi pengusahaan pertambangannya (Van Leeuwen, 1994). Meskipun cebakan emas letakan/aluvial biasanya pernah diusahakan, namun potensi materi galian tertinggal berupa cebakan emas insitu dan komoditas bahan galian yang terkandung pada tailing masih memiliki peluang untuk diusahakan.
Sumberdaya emas aluvial di beberapa daerah kesempatan (Van Leeuwen, 1994 & Sujono, 2004). |
EmoticonEmoticon