Senin, 22 Maret 2021

Standar Prosedur Eksplorasi Nikel Laterit

Banyak kekuatiran yang muncul saat seorang geologist baru pertama melaksanakan eksplorasi pada jenis mineral tertentu. Pertanyaan yang muncul sungguh beragam, seperti "apa itu mineral yang akan saya cari?", "data apa saja yang mesti aku siapkan?", "bagaimana mekanisme eksplorasinya?", "hasil selesai eksplorasinya berupa apa?", dan masih banyak lagi. Terkadang ini menciptakan seorang geologist tidak bisa tidur selama 3 hari 3 malam, bahkan sampai melakukan puasa 1 hari hanya 4 kali makan hahahahaaa..hahaa.

Berdasarkan kekuatiran terhadap keadaan hidup geologist tersebut (geologist depresi), berikut ini aku paparkan secara singkat tahapan-tahapan dalam eksplorasi mineral. Sebagai tahap awal, saya memperlihatkan kriteria prosedur eksplorasi nikel laterit (urutannya jangan dibalik ya..). Mengenai klarifikasi rinci dan bagaimana cara menemukan point-point dalam setiap tahapan tersebut, silahkan acungkan jari untuk mengajukan pertanyaan ke kolom komentar dibagian bawah blog ini.


Tahapan Melakukan Eksplorasi Nikel Laterit

Studi Literatur
Geologi Regional daerah IUP, Source rock nikel laterit, Analisa slope (lazimnya pada persen kemiringan slope <20%), Properti IUP, infrastruktur, dan keadaan keberadaan IUP lain disekitarnya, Status Hutan. Output : Peta IUP, peta geologi regional, peta evaluasi slope, peta status hutan.

Baca juga tentang: Manfaat Nikel

Mapping Geologi
Identifikasi geologi setempat daerah IUP (litologi, geomorfologi, dan struktur), Identifikasi keberadaan laterit, Pegambilan sampel yang bekerjasama dengan proses lateritisasi, Melokalisir penyebaran laterit sesuai dengan analisa pada hasil yang telah diperoleh sebelumnya (geologi setempat, sampel surface, slope, dsb). Output : Peta geologi lokal (litologi, geomorfologi, struktur), peta sebaran laterit, peta plan pengeboran hand auger.

Hand Auger / Testpit
Perencanaan titik auger sesuai dengan data penyebaran laterit, orientasi lapangan titik pengeboran hand auger, penetrasi pengeboran hingga pada zona saprolit, pengambilan sampel hand auger per 1 meter penetrasi.

Selanjutnya melakukan evaluasi kimia dan interpretasi hasil sampel pengeboran hand auger mencakup, bagaimana Ni dan Fe vs kedalaman dan karakter geokimia laterit tempat IUP (apakah low, medium – high grade, apakah ditemukan tipe limonit ore ataukah hanya saprolit ore, dsb), Melokalisir area untuk dikerjakan pengeboran inti (core drilling). Output : Grafik Ni Vs depth, grafik Fe Vs depth, peta penyebaran nikel laterit, peta plan pengeboran inti.


Pengeboran Inti
Perencanaan titik pengeboran inti, Orientasi lapangan titik pengeboran inti, Flagging DH dan pembuatan Pad, Alat pengeboran menggunakan jacro dengan sistem tripple tube, penetrasi pengeboran sampai pada zona bedrock (minimal 3 meter bedrock), block penetrasi pengeboran per 1 meter, Core recovery >90%, Melakukan logging geologi pada sampel core (identifikasi layer laterit, break geologi, mineral pembawa Ni, dsb).

Selanjutnya melakukan foto core dan preparasi sampel menurut data logging (dijalankan per break geologi – fraksinasi – homogenisasi – quartering – insert sampel QAQC – hingga menciptakan Sampel original wet yang siap dikirim ke LAB untuk dikerjakan evaluasi kimia), Resurvey DH dan topografi. Output : Peta progress pengeboran, data logging geologi core, data preparasi core dan data sample QAQC, data koordinat resurvey.

Banyak kekuatiran yang muncul saat seorang geologist baru pertama melakukan eksplorasi pad Standar Prosedur Eksplorasi Nikel Laterit
Gambar acara pengeboran nikel laterit.

Evaluasi Data Pengeboran

Evaluasi atau validasi data pengeboran dijalankan berdasarkan hasil analisa kimia sampel yang diterima dari laboratorium, berikutnya dikerjakan analisa sampel QAQC, kalau acceptable maka dilanjutkan ke tahapan validasi selanjutnya, Pada sample per break (sesuai hasil logging dan analisa kimia sample) mengkalkulasikan total wet core, total H2O, dan total dry wet.

Informasi diatas sungguh penting nantinya untuk mengenali secara general MC dan density core, mengkalkulasikan perorangan dan kumulatif fraksi. Hal ini dilaksanakan untuk mengetahui jenis ore type pada satu hole pengeboran, Menghitung recovery total material untuk mendapatkan komposisi kimia per element berdasarkan recovery core dan pembobotan.

Baca juga: Daerah Penghasil Nikel

Setelah itu, melaksanakan penentuan layer (lapisan) laterit berdasarkan nilai total material element kimia mayor (Ni, Fe, MgO, SiO2) dengan menghitung batas rata-rata batas atas, tengah, dan bawah dari rata2 nilai element mayor tersebut. Penentuan layer laterit mengacu terhadap desain supergen enrichment dengan mobilisasi element mirip MgO, SiO2, dan Fe. Secara normal layer laterit terdiri atas:
  1. Layer Limonit: komposisi Fe >30%, MgO <5%, dan SiO2 <10% (bersifat relative).
  2. Layer Saprolit: Komposisi Fe >10% <30%, MgO>5%, SiO2 >10%.
  3. Layer Bedrock: Komposisi Fe <10%, MgO >30%, SiO2 >30%.

Melakukan verifikasi layer pada diagram terner (triplot), Geostatistik (variogram, frekuensi per element, mean, dsb), Melakukan penentuan layer ore. Ore pada nikel laterit terbagi atas 2 jenis adalah limonit ore dan saprolit ore. Limonit ore memiliki arti ore berada pada lapisan limonit sedangkan saprolit ore berarti ore berada pada layer saprolit. Terkadang zona diantara ore terdapat material yang tidak masuk selaku ore yang umum kita sebut selaku internal waste.

Syarat ore per hole terdiri atas ketebalan >= 2m, Ni total >= CoG. Melakukan perkiraan sumberdaya nikel laterit secara individual holes (lazimdikerjakan pada spasi regional dan random, pada jenis sumberdaya hipotetik/exploration result). Secara lazim rumusnya : Area pengaruh x density x ketebalan ore, hasil ini dalam bentuk wmt (tonnes). Output : peta distribusi Ni, peta ketebalan ore, peta ketebalan OB, peta ore type, akhir spreadsheet, evaluasi diagram terner, variogram, profil laterit, estimasi sumberdaya.
Sumber https://www.geologinesia.com/


EmoticonEmoticon