Jumat, 19 Maret 2021

Teori Tektonik Lempeng : Pangea

Teori Tektonik Lempeng - Teori yang mengatakan bahwa kerak bumi tidak bersifat permanen, tetapi bergerak secara mengapung, mulai diperkenalkan pada permulaan kala 20. Setelah lewat banyak sekali perdebatan yang sengit selama beberapa tahun, inspirasi atau teori ini ditolak oleh sebagian besar mahir ilmu bumi.

Tetapi, selama masa tahun 1950-an sampai 1960-an banyak bukti-bukti yang ditemukan oleh para peneliti yang mendukung teori tersebut, sehingga teori yang sudah pernah ditinggalkan ini menjadi pembicaraan lagi atau mulai diamati lagi. Pada tahun 1968 teori tentang kontinen mengapung ini telah diterima secara luas, dan berikutnya disebut Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonics).

Daftar isi


Pengapungan Kontinen Dasar Teori Tektonik Lempeng

Pada tahun 1912, Alferd Wegener, spesialis klimatologi dan geofisika, mempublikasikan bukunya yang berjudul "The Origin of Continents and Oceans". Pada bukunya ini Wegener mengemukakan empat teori dasar yang bekerjasama dengan hipotesis radikalnya tentang Pengapungan Kontinen.

Salah satu dalilnya menyampaikan bahwa dulunya ada sebuah superkontinen yang kemudian disebut "Pangea" (memiliki arti benua secara keseluruhan), berada dalam satu kesatuan. Kemudian beliau menghipotesis bahwa sekitar 200 juta tahun yang kemudian superkontinen ini mulai terpecah-pecah menjadi kontinen-kontinen yang lebih kecil, yang kemudian berpindah secara mengapung dan meempati posisinya seperti kini ini.

Baca juga tentang: Lempeng Dunia

Wegener dan para andal lainnya yang sependapat dengan teori ini, kemudian menghimpun sejumlah bukti untuk mendukung pendapatnya. Bukti-bukti tersebut yakni adanya kesesuaian antara Amerika Selatan dan Afrika, baik dari segi paleoklimatik, fosil, maupun struktur batuan, yang kesemuanya memperlihatkan bahwa kedua benua tersebut pernah menjadi satu.

Bukti 1: Kesesuaian Kontinen

Bukti yang paling berpengaruh wacana adanya kesesuaian antara Amerika Selatan dan Afrika telah dikemukakan oleh Sir Edward Bullard dan mitra-kawanya pada tahun 1960-an. Bukti tersebut berbentukpeta yang digambar dengan memakai dukungan komputer, dimana datanya diambil dari kedalaman 900 meter di bawah paras air bahari.

Bukti 2: Fosil

Fosil-fosil yang diajukan oleh Wegener untuk mendukung teorinya, yakni :
  1. Fosil flora "Glassopteria" yang ditemukan menyebar secara luas di benua-benua bab Selatan, seperti Afrika, Australia dan Amerika Selatan. Fosil ini berumur Mesozoikum. Fosil tersebut lalu didapatkan juga di benua Antartika.
  2. Fosil reptil "Mesosaurus" yang ditemukan di Amerika Selatan Bagian timur dan Afrika bab Barat.


Bukti 3: Kesamaan Tipe dan Struktur Batuan

Contoh kesamaan batuan yang didapatkan yakni : Busur Pegunungan Appalachian yang berarah timurlaut dan memanjang sampai ke bab timur Amerika Serikat, yang tiba-datang menghilang di bab pantai Newfoundland. Pegunungan yang memiliki umur dan struktur yang sama dengan pegunungan di atas, didapatkan di Greendland dan Eropa Utara. Jika kedua benua Amerika dan Benua Eropa disatukan kembali, maka pegunungan di atas juga akan bersatu menjadi satu rangkaian pegunungan.

Bukti 4: Paleoklimatik

Dari hasil penelitiannya, Wegener mendapatkan bahwa pada Akhir Paleozoikum, sebagian besar kawasan di belahan bumi bab selatan sudah ditutupi oleh lempengan-lempengan es yang tebal. Daerah-daerah tersebut adalah Afrika bagian Selatan, Amerika Selatan, India dan Australia.

Wegener juga mendapatkan bukti bahwa pada dikala yang serupa (Paleozoikum Akhir), tempat-kawasan sekitar 30 derajat di bersahabat khatulistiwa yang memiliki iklim tropis dan subtropis juga ditutupi oleh es.

Baca lebih lengkap mengenai: Bukti Pergerakan Lempeng Tektonik

Berdasarkan realita-kenyataan tersebut, maka Wegener menyimpulkan bahwa dulunya secara keseluruhan kawasan di bagian selatan bumi sudah ditutupi oleh lapisan es. Kemudian pelan-pelan sebagian massa benua di bagian tersebut bergerak ke arah utara, ialah ke arah khatulistiwa.

Hal ini terbukti alasannya adanya lapisan es yang didapatkan di daerah sekitar khatulstiwa tersebut. Wegener menyimpulkan hal ini, sebab secara logis tidak mungkin terbentuk lapisan es yang luas dan tebal di tempat khatulistiwa, yang dimengerti beriklim tropis dan subtropis.

Pertentangan Mekanisme Pengapungan Kontinen

Sejak tahun 1924 hingga tahun 1930 banyak kritikan yang diajukan oleh para andal untuk menentang teori yang dikemukakan oleh Wegener. Salah satu keberatan yang paling utama perihal teori ini ialah tidak mampunya Wegener untuk menerangkan atau menggambarkan bagaimana mekanisme dari proses pengapungan kontinen ini.

Untuk menjawab kritikan ini, Wegener mengajukan dua usulan perihal kemungkinan sumber energi yang menjadi penyebab terjadinya pengapungan. Salah satunya yakni proses pasang-surut, yang oleh Wegener dianggap mampu untuk menjadikan terjadinya pergerakan pada kontinen.

Tetapi, seorang ahli fisika yang berjulukan Harold Jeffreys dengan segera menentang argumen tersebut, dengan mengajukan argumentasi bahwa pergantian pasang-surut yang besar yang dibutuhkan untuk memindahkan tempatkan kontinen, tentu saja akan menyebabkan terhentinya proses rotasi bumi cuma dalam bertahun-tahun saja.

Kemudian Wegener juga mengajukan ajuan kedua, adalah bahwa sebuah kontinen yang besar dan luas akan bisa untuk memecahkan lempeng samudera menjadi pecahan-penggalan yang lebih kecil, seperti es yang terpotong-potong. Tetapi, tidak ada bukti yang memuaskan yang mampu untuk menerangkan apakah kerak atau lantai samudera cukup lemah untuk mampu dipecah oleh kontinen, tanpa menimbulkan terjadinya deformasi pada kontinen maupun lempeng samudera itu sendiri.

Sampai tahun 1929, kritikan-kritikan yang diterima oleh Wegener sudah sungguh gencar dan datang dari berbagai ahli di berbagai daerah. Untuk menjawab serangan kritikan ini, Wegener menyelesaikan edisi keempat sekaligus edisi terakhir dari bukunya, yang secara khusus memuat dasar-dasar hipotesisnya yang ditambah dengan berbagai bukti untuk mendukung hipotesis tersebut.

 Teori yang mengatakan bahwa kerak bumi tidak bersifat permanen Teori Tektonik Lempeng : Pangea

Lahirnya Teori Tektonik Lempeng

Beberapa tahun sehabis Wegener mengajukan teorinya, tentang perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan mampunya dilaksanakan pemetaan pada lantai samudera, serta ditemukannya data-data yang banyak wacana kegiatan seismik dan medan magnet bumi.

Sampai tahun 1968, perkembangan teknologi ini sedemikian pesatnya, sampai pada dikala itu dikemukakan sebuah teori yang lebih membuat puas dibandingkan dengan teori pengapungan kontinen. Teori ini lalu dinamakan Teori Tektonik Lempeng.

Teori ini menyatakan bahwa bab luar dari bumi, yaitu pada bab litosfer, terdapat sekitar 20 segmen yang padat yang dinamakan lempeng. Dari semua itu, yang paling besar ialah lempeng Pasifik, yang menempati sebagian besar lautan, kecuali pada sebagian kecil dari Amerika Utara yang mencakup Kalifornia bagian Baratdaya dan Semenanjung Baja.

Semua lempeng besar lainnya dapat berupa kerak-kerak kontinen maupun kerak samudera. Sedang lempeng-lempeng yang lebih kecil lazimnya cuma selaku kerak samudera, misalnya lempeng Nazca yang terdapat di lepas pantai Barat Amerika Selatan.

Litosfer terletak di atas zona atau material yang lebih lemah dan lebih panas, yang disebut astenosfer. Dengan demikian, lempeng-lempeng litosfer yang sifatnya padat dilapisbawahi oleh material yang lebih "plastis". Nampaknya ada korelasi antara ketebalan dari lempeng-lempeng litosfer dengan sifat dari material kerak bumi yang menutupinya.

Lempeng-lempeng samudera sifatnya lebih tipis, dengan kombinasi ketebalan antara 80 hingga 100 km atau lempeng atau blok kontinen memiliki ketebalan 100 km atau lebih, bahkan pada beberapa daerah mampu mencapai 400 km.

Salah satu prinsip utama dari teori tektonik lempeng yakni bahwa setiap lempeng bergerak-gerak sebagai satu unit terhadap unit lempeng yang lain. Jika suatu lempeng bergerak, maka jarak antara dua kota yang berada dalam satu lempeng, seperti New York dan Denver, akan tetap sama, sedangkan jarak antara New York dan London yang berada pada dua lempeng yang berlawanan, akan berganti.

Karena setiap lempeng bergerak sebagai satu unit, maka banyak interaksi yang dapat terjadi antara satu lempeng dengan lempeng yang lain di sepanjang batasan dari lempeng-lempeng tersebut. Berdasarkan hal inilah, maka sebagian besar aktivitas seismik, volkanisma dan pembentukan pegunungan terjadi di sepanjang batas-batas yang dinamis tersebut.

Batas-Batas Lempeng Bumi

Ada tiga tipe batas-batas lempeng, yang masing-masing dibedakan dari jenis pergerakannya, yakni :
  1. Batas-batas divergen, dimana lempeng-lempeng bergerak saling menjauh, yang menimbulkan naiknya material dari mantel bumi dan membentuk lantai samudera yang luas.
  2. Batas-batas konvergen, dimana lempeng-lempeng bergerak saling mendekati, yang menimbulkan salah satu dari lempeng tersebut masuk ke mantel bumi dan berada di bawah lempeng yang lain.
  3. Batas-batas patahan transform, dimana lempeng-lempeng bergerak saling bergesekan tanpa menjadikan terjadinya penghancuran pada litosfer.

Batas-batas Divergen

Batas-batas divergen mampu didapatkan di kawasan punggungan samudera. Di tempat ini, pada saat lempeng bergerak saling menjauh dari sumbu punggungan, maka celah yang timbul akan diisi dengan segera oleh magma yang naik dari astenosfer. Material ini akan menjadi hambar secara perlahan-lahan dan membentuk lantai samudera yang baru. Mekanisme ini yang mengakibatkan terbentuknya lantai atau dasar dari Lautan Atlantik sekitar 165 juta tahun yang lalu, disebut Pemekaran lantai samudera.

Tingkat pemekaran di kawasan punggungan samudera ini diestimasikan sekitar 2 hingga 10 cm pertahun, dan rata-rata 6 cm (2 ichi) pertahun. Karena batuan yang baru terbentuk jumlahnya sama di keuda segi dari lempeng yang saling menjauh, maka tingkat perkembangan dari lantai samudera adalah dua kali dari nilai tingkat pemekaran.

Jika pusat pemekaran terdapat atau terjadi di lempeng kontinen, maka kontinen akan terpecah-pecah menjadi segmen-segmen yang lebih kecil. Fragmentasi dari kontinen ini disebabkan oleh adanya pergerakan ke arah atas dari batuan yang panas (magma) yang berada di bawah.

Akibat dari kegiatan ini adalah melengkungnya kerak kontinen ke arah atas di bab yang diintrusi tersebut. Hal ini disertai dengan timbulnya retakan-retakan di bab tersebut. Kemudian bagian litosfer yang terpecah-pecah tersebut akan terpesona secara leteral ke arah yang berlawanan.

Selanjutnya bagian yang pecah-pecah tersebut akan jatuh dengan gerakan menggelincir. Lembah patahan turun yang berskala besar yang disebabkan oleh proses di atas, berikutnya disebut celah atau lembah celah.

 Teori yang mengatakan bahwa kerak bumi tidak bersifat permanen Teori Tektonik Lempeng : Pangea

Batas-batas Konvergen

Telah dikenali bahwa pada proses pemekaran akan terbentuk litosfer yang gres, sedangkan luas total permukaan bumi haruslah tetap konstan, dengan demikian pada bagian lain dari bumi dipastikan ada litosfer yang rusak atau hilang. Bagian tersebut adalah bab konvergen atau kawasan konferensi lempeng.

Jika dua lempeng saling bertabrakan/bertumbukan, maka bagian ujung dari salah satu lempeng tersebut akan bergerak ke arah bawah dari lempeng yang lain. Bagian lempeng yang di bawah ini akan masuk ke tempat astenosfer, akibatnya bagian tersebut akan menjadi panas dan hilang rigiditasnya. Bergantung pada besarnya sudut kemiringan bab yang lengkung ke bawah tersebut, maka kedalaman penyusupannya mampu meraih 700 km, sebelum bagian ini sungguh-sungguhterasimilasi dengan material mantel atas (astenosfer).

Tumbukan bisa terjadi antara dua lempeng samudera, satu lempeng samudera dan satu lempeng kontinen, atau dua lempeng kontinen. Jika terjadi tumbukan antara lempeng kontinen dan lempeng samudera, maka lempeng kontinen yang kecil densitasnya akan berada di bab atas, sedangkan lempeng samudera yang lebih besar densitasnya akan menyusup ke bawah bab astenosfer. Daerah dimana proses ini terjadi disebut zona subdaksi.

Karena lempeng samudera menyusup ke arah bawah, maka lempeng ini akan melengkung dan berikutnya membentuk palung maritim dalam (trench) yang memiliki batas dengan zona subdaksi tersebut. Palung-palung yang terbentuk di daerah ini mampu meraih panjang ribuan kilometer, sedang dalamnya antara 8 hingga 11 km.

Tumbukan Kontinen-Samudera

Sudut kemiringan lempeng samudera yang menyusup ke dalam astenosfer lazimnya sebesar 45 derajat atau lebih. Lempeng samudera ini, bahu-membahu dengan material sedimen serta cairan-cairan yang dikandungnya, akan larut dan bersatu dengan cairan astenosfer yang panas.

Magma baru yang terbentuk dari proses ini densitasnya lebih kecil dibandingkan dengan densitas material disekitarnya, ialah densitas penyusun mantel bumi, konsekuensinya, bila jumlah magma gres ini sudah jenu, maka magma tersebut akan naik secara perlahan.

Sebagian besar magma yang naik ini akan sampai ke bagian atas dari kerak kontinen, dimana ia akan menjadi cuek dan terkristalisasi pada kedalaman beberapa kilometer. Sedangkan sebagian sisanya akan termigrasi ke permukaan dan adakala membentuk erupsi vulkanik yang eksplosif.

Pegunungan volkanik Andes merupakan pegunungan yang terbentuk dari proses ini, dimana Lempeng Nazca mengalami peleburan pada saat menunjam di bawah Lempeng Kontinen Amerika Selatan. Tingginya frekuensi gempa bumi di tempat Andes, ialah bukti dari proses tersebut. Pegunungan mirip Andes yang terbentuk akhir asosiasi aktifitas volkanik dengan proses subdaksi, disebut busur vulkanik.

Tumbukan Samudera-Samudera

Pada saat dua buah lempeng samudera saling bertumbukan, maka salah satunya akan menunjam di bawah lainnya, yang juga akan disertai oleh terjadinya aktivitas vulkanik, mirip pada tumbukan kontinen-samudera. Tetapi, dalam kasus ini volkanisma akan terjadi di lantai samudera, bukan di tempat kontinen.

Jika kegiatan volkanik ini terjadi terus menerus, maka suatu benua baru akan timbul dari maritim dalam. Pada tahap awal dari proses ini, benua baru yang terbentuk tersebut akan terdiri atas jajaran kepulauan volkanik yang kecil, yang disebut busur kepulauan. Busur kepulauan ini lazimnya berlokasi sekitar beberapa ratus kilometer dari palung laut dalam, dimana kegiatan subdaksi sedang terjadi.

Tumbukan Kontinen-Kontinen

Tumbukan antara lempeng kontinen dengan kontinen mampu diambil pola tumbukan antara Lempeng India yang membentur Asia, dan membentuk Pegunungan Himalaya, yang merupakan pegunungan yang terbesar dan paling luas di dunia. Pada ketika terjadi tumbukan seperti ini, maka lempeng kontinen akan tertekuk, terpecah-pecah dan lazimnya menjadi lebih pendek.

Patahan Transform

Tipe ketiga dari batasan lempeng yakni patahan transform, dimana lempeng-lempeng saling bergesekan satu dengan lainnya tanpa mengakibatkan terbentuknya lempeng/kerak yang baru, mirip yang terjadi pada pemekaran punggungan samudera, serta juga tidak menjadikan rusaknya lempeng, mirip yang terjadi pada zona subdaksi.

Istilah patahan transform ini pertama kali dianjurkan oleh J. Tuzo Wilson dari University of Toronto, pada tahun 1965. Wilson menyampaikan bahwa patahan wajar ini, bersama-sama dengan proses konvergen dan divergen, ialah sebuah rangkaian proses kontinyu yang membagi-bagi selubung luar bumi menjadi beberapa lempeng padat yang terpisah-pisah.

Wilson memberikan istilah yang khusus pada patahan ini, adalah patahan transform, alasannya adalah pergerakan relatif dari lempeng-lempeng tersebut dapat berubah atau tertransformasi satu sama yang lain. Seperti telah diamati atau dijelaskan pada pola terdahulu, bahwa proses divergen yang terjadi pada sentra pemekaran dapat berubah/tertransformasi menjadi proses konvergen di zona subdaksi. Sebagian besar patahan transform terjadi di kerak samudera, tetapi ada juga sedikit yang terjadi di kerak kontinen, seperti di Patahan San Andreas di Kalifornia.

Pembentukan Pangea

Robert Dietz dan John Holden telah menjajal untuk merekonstruksi bagaimana kondisi bantu-membantu dari migrasi besar-besaran yang pernah dialami oleh individu-individu kontinen, selama lebih dari 500 juta tahun. Dengan mengekstrapolasikan kembali pergerakan lempeng, yang dihubungkan dengan perjalanan waktu, dan dibantuk oleh data-data mirip orientasi struktur volkanik, distrubusi dan pergerakan transform, serta paleomagnetisme, Dietz dan Holden telah bisa untuk merekonstruksi Pangea.

Dengan memakai data penanggalan radiometri, kedua mahir ini juga mampu memilih kapan Pangea ini mulai terbentuk dan kapan mulai terpecah. Kemudian menurut data-data posisi relatif dari hot spot, maka juga dapat menentukan lokasi yang tepat dari setiap kontinen.

Terpecah-pecahnya Pangea

Pangea mulai terpecah sekitar 200 juta tahun yang lalu, dimana terjadi fragmentasi yang dibarengi oleh jalur-jalur pergerakan dari setiap kontinen dan terdapt dua buah celah besar yang terjadi balasan fragmentasi ini. Celah antara Amerika Utara dan Afrika mengakibatkan hadirnya batu basalt yang berumur Trias secara besar-besaran disepanjang Pantai Timur Amerika Serikat.

Penanggalan radiometri pada basal ini menawarkan bahwa celah tersebut antara 200 sampai 165 juta tahun yang kemudian. Waktu ini sekaligus mampu dipakai selaku waktu terbentuknya Atlantik Utara. Celah yang terbentuk di bab selatan Gondwana berupa hurup Y, yang menyebabkan termigrasinya Lempeng India ke bab Utara dan sekaligus memisahkan Amerika Selatan – Afrika dari Australia – Antartika.

Sekitar 135 juta tahun yang lalu, posisi kontinen Afrika dan Amerika Selatan mulai memisah dari Atlantik Selatan. Pada dikala ini India sudah berada separuh jalan menuju ke Asia, dan bab selatan dari Atlantik Utara telah mulai melebar. Pada Kapur Akhir, sekitar 65 juta tahun yang kemudian, Madagaskar sudah terpisah dari Afrika, dan Atlantik Selatan berubah menjadi bahari terbuka.

Sekitar 45 juta tahun yang kemudian, India sudah bersatu dengan Asia, yang kemudian menjadikan terbentuknya pegunungan tertinggi di dunia, ialah Himalaya, yang tersebar di sepanjang Dataran Tinggi Tibet. Kemudian terjadi pemisahan Greendland dari Eurasia, yang bersamaan juga terjadi pembentukan Semenanjung Baja dan Teluk Kalifornia. Peristiwa tersebut ditaksi terjadi kurang dari 10 juta tahun yang kemudian.

Sebelum Pangea

Sebelum Pangea terbentuk, massa-massa benua mungkin telah mengalami banyak sekali episode fragmentasi yang serupa dengan yang sudah kita ketahui sekarang. Kontinen-kontinen purba tersebut dulu telah bergerak saling menjauh satu dengan yang lainnya.

Selama kurun antara 500 hingga 225 juta tahun yang lalu, fragmen-fragmen yang sebelumnya telah menyebar, mulai bersatu membentuk Pangea. Bukti dari adanya tumbukan awal ini mencakup Pegunungan Ural di Uni Soviet dan Pegunungan Appalacian di Amerika Utara.

Pandangan ke Masa Depan

Setelah membuat rekonstruksi kondisi dunia sekitar 500 juta tahun yang lalu, Dietz dan Holden kemudian mencoba untuk memprediksi keadaan bumi di kurun depan. Pada 50 juta tahun yang mau datang, pergantian penting terjadi pada Lempeng Afrika, dimana sebuah lautan yang baru akan terbentuk balasan Afrika bab timur terpisah dari benua utama.

Di Amerika Utara tampakbahwa Semenanjung Baja dan bagian selatan Kalifornia yang terletak di sebelah barat Sesar San Andreas, sudah tergeser melalui Lempeng Amerika Utara tersebut. Jika pergerakan ke arah utara ini, sungguh-sungguhterjadi sesuai yang diprediksi, maka Los Angeles dan San Francisco akan saling melalui satu sama lain.

Mekanisme Pergerakan

Distribusi panas yang tidak merata yang terdapat di dalam bumi, sudah disepakati oleh para mahir, sebagai penyebab utama terjadinya pergerakan lempeng. Distribusi panas tidak merata inilah yang menimbulkan terjadinya arus konveksi yang besar dalam mantel bumi.

Material yang panas dan lebih kecil densitasnya, yang berasal dari mantel bagian bawah, pelan-pelan akan bergerak naik ke tempat pegunungan samudera. Pada dikala material ini menyebar secara lateral, suhunya akan turun dan densitasnya bertambah, setelah itu material tersebut akan masuk kembali ke dalam mantel dan suhunya naik kembali.

Dalam hal ini, batuan yang ada tidak butuhuntuk mencair dahulu biar mampu terbawa aliran. Analogi kejadian ini bisa dilihat pada logam padat yang dimasukkan ke dalam cairan yang panas, dimana logam-logam tersebut berada pada berbagai bentuk yang berlainan-beda. Demikian juga halnya pada batuan yang berada dalam cairan panas.

Hasil pengukuran menawarkan bahwa di tempat punggungan samudera tingkat pedoman panasnya lebih tinggi dibandingkan daerah-daerah lain. Hal ini juga menawarkan bahwa arus konveksi tidak cuma satu macam. Tetapi, jenis-jenisnya tersebut belum dikenali dengan jelas. Ada beberapa banyakkah sebenarnya tipe arus konveksi ini? Pada kedalaman berapakah sesungguhnya arus tersebut berada ? Bagaimanakah struktur yang sebetulnya ?.

Telah dikenali lempeng samudera yang dingin mempunyai densitas yang lebih besar dibandingkan dengan astenosfer yang berada di bawahnya. Dengan demikian, pada dikala lempeng samudera tersebut, tertunjam ke bawah, alasannya sifatnya yang berat, maka bab belakang dari litosfer tersebut akan terpesona.

Hipotesis ini sama dengan model yang berasumsi bahwa karena tingginya tempat/posisi dari punggungan samudera yang dapat mengakibatkan litosfer tergelincir ke bawah akhir imbas gravitasi. Model tekan-tarik inilah yang dengan sendirinya ialah tipe dari arus konveksi. Pada sisi lain, material astenosfer akan bergerak naik dan mengisi celah yang terbuka akhir proses divergen.

Versi lain dari model arus konveksi ini, menerangkan bahwa arus tersebut berafiliasi bersahabat dengan bintik panas (hotspot) yang terjadi di tempat mantel. Bintik panas ini diperkirakan berasal dari tempat perbatasan antara mantel dan inti bumi. Setelah bintik panas ini bergerak naik dan mencapai litosfer, maka bintik-bintik tersebut akan tersebar secara lateral dan menenteng serta lempeng-lempeng menjauh dari sentra tempatnya naik.
Sumber https://www.geologinesia.com/


EmoticonEmoticon