Rabu, 24 Februari 2021

Dolomit Yakni Mineral, Bukan Batuan

Apa itu Dolomit?

Sama halnya dengan gipsum yang sering disebut selaku batuan, dolomit pun di masyarakat awam disebut dengan batu dolomit atau batuan dolomit. Perlu diketahui bahwa dolomit bukan batuan, namun ialah mineral.

Dolomit yaitu kelompok mineral sangat unik, dan jikalau ketimbang kalsit yang mudah diketahui , baik cara terbentuknya, penamaan, maupun mineral penyusunnya. Untuk membedakan antara keduanya cuma dapat dijalankan dengan memakai peralatan bantu seperti mikroskop elektron (scanning electron microscope-SEM), zat pewarna (stainning) serta difraksi sinar-X.


Dolomit didapatkan tahun 1795 oleh de Dolomieu di tempat Tyrol, Perancis Selatan dikala menganalisis watu gamping dan ternyata didapatkan kandungan magnesium sungguh tinggi pada batuan tersebut. Dolomit ialah karbonat kembar berunsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).

Pemanfaatan dolomit di sektor industri karena komponen magnesiumnya. Unsur oksida maupun hidroksida magnesium dalam dolomit memiliki sifat sangat bagus, khususnya sifat refraktori serta derajat kecerahan, bahkan warna putih oksida ini dijadikan persyaratan untuk mengukur derajat kecerahan materi lain.

Pembentukan Dolomit

Keterdapatan dolomit di alam tidak seperti batugamping, namun tersebar cukup luas dalam jumlah relatif banyak. Hingga ketika ini, mula jadi mineral dolomit masih menjadi tanda tanya serta masih diperdebatkan oleh para jago.

Proses hidrotermal yaitu salah satu teori mula jadi dolomit. Walaupun demikian ada beberapa teori mula jadi dolomit, diantaranya ialah :
  • Cara Primer: merupakan sedimentasi eksklusif dari air maritim yang belum mampu dibuktikan. Secara lazim, dolomit berbentuk urat, terbentuk bahu-membahu dalam cebakan bijih;
  • Cara Sekunder: adalah mineral dolomit terjadi sebab penggantian mineral kalsit. Beberapa mineral sekunder membentuk kristal yang tidak tepat karena absorpsi magnesium dari air maritim ke dalam batugamping, yang lebih diketahui dengan proses dolomitisasi, yaitu proses perubahan mineral kalsit menjadi dolomit. Dolomit sekunder dapat juga terbentuk alasannya adalah proses presipitasi sebagai endapan evaporit.


Faktor yang berpengaruh kepada pembentukan dolomit sekunder, antara lain adanya tekanan air yang banyak mengandung unsur magnesium dan prosesnya berjalan dalam waktu usang. Semakin tua umur batugamping, makin besar kemungkinan untuk menjelma dolomit. Dapat dibilang bahwa dolomit yang sering kita temui terbentuk karena proses pergantian (diagenesis), peralihan mineral kalsit maupun aragonit.

Dolomit terdapat dalam batuan segala umur, khususnya pada batuan lebih tua dari Holosen. Dolomit umumnya terdapat bantu-membantu dengan kalsit atau lazimdisebut juga dengan dolomitisasi serta dedolomitisasi.

Proses dolomitisasi sering terjadi jika kalsit menjelma mineral dolomit, sedangkan dedolomitisasi kalau dolomit berganti kembali menjadi mineral kalsit. Secara lazim proses dolomitisasi dapat terjadi sebagai berikut:
  1. Pemompaan kembalinya air maritim yang terperangkap melalui batugamping
  2. Pencampuran antara air maritim dan air tanah dalam lapisan batugamping
  3. Pengaruh air hujan melarutkan serta memindahkan ion magnesium dari mineral kalsit yang satu ke mineral kalsit lain atau dari mineral lempung
  4. Proses penguapan dan pengendapan dari air maritim
  5. Proses hidrotermal
  6. Peresapan air maritim yang terperangkap ke dalam lapisan batugamping dibawahnya.

Deskripsi Mineral Dolomit

Sebagai salah satu rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis selaku CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu.

Dolomit yang ada di alam jarang dalam keadaan murni, sebab biasanya mineral ini selalu terdapat bahu-membahu dengan batugamping. Dalam batuan dolomit, mineral kalsit adalah pengotor paling utama, disamping mineral kuarsa, lempung maupun pirit. Dalam mineral dolomit terdapat juga ion-ion pengotor, terutama ion besi (Fe).

Sama halnya dengan gipsum yang sering disebut sebagai batuan Dolomit adalah Mineral, Bukan Batuan
Gambar mineral dolomit dan sifat fisiknya.

Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari batugamping, yaitu berkisar antara 3,5 - 4, bersifat pejal, berat jenis antara 2,8 - 2,9, berbutir halus sampai berangasan dan memiliki sifat gampang menyerap air serta mudah dihancurkan.

Klasifikasi dolomit dalam industri didasarkan atas kandungan unsur magnesium. Kandungan bagian magnesium inilah sangat menentukan nama dolomit. Misalnya, batugamping mengandung ± 10 % MgCO3 disebut batugamping dolomitan, sedangkan jikalau mengandung 19 % MgCO3 disebut dolomit.

Kegunaan Dolomit

Pemanfaatan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batugamping dan magnesit. Kadang-kadang kegunaan dolomit ini sejalan atau sama dengan penggunaan batugamping atau magnesit untuk sebuah industri tertentu. Akan namun, biasanya dolomit lebih diminati sebab banyak terdapat di alam.

Tidak semua dolomit alam mampu digunakan secara pribadi untuk industri. Hal ini disebabkan oleh adanya pengotor yang terkandung didalamnya baik berupa batuan, mineral maupun bagian tertentu. Penyebab lainnya yaitu sifat fisik yang tidak memenuhi syarat untuk industri tertentu.

Oleh karena itu, sebelum digunakan dolomit tersebut mesti di proses apalagi dahulu untuk menghilangkan kotoran, memaksimalkan mutu serta memperbaiki sifat fisik yang diharapkan oleh industri yang memerlukannya.

Pengolahan dolomit paling sederhana ialah dengan cara pembakaran. Pada pembakaran tersebut dolomit akan melepaskan karbon dioksida (CO2). Suhu yang diharapkan untuk melepaskan CO2 pada tekanan 1 atmosfir kira-kira 725C.

Perubahan suhu tergantung dari jenis tanur (kiln) yang dipakai, tetapi kadang kala juga dipengaruhi oleh pengotor di dalam dolomit. Hasil pembakaran ini disebut doloma tohor (CaMgO2) yang masih bersifat reaktif. Apabila bercampur dengan air, maka terbentuklah doloma padam.

Pembakaran dolomit dapat dilakukan dalam tanur tegak atau tanur berputar. Penggunaan tanur berputar berkapasitas tinggi mampu meminimalisir ongkos. Biasanya dolomit harus dihancurkan apalagi dulu menjadi partikel berukuran 3 - 40 mm. Dalam tanur tegak, ukuran yang digunakan ialah 40 - 150 mm dan menciptakan dolama berkualitas baik, terutama untuk pembuatan bata tahan api.

Penggunaan yang lain dari dolomit, yakni dalam industri refraktori, tungku pemanas atau tungku pencair, dan juga dalam industri pupuk sebagai bahan baku pupuk dolomit. Fungsi pupuk dolomit yakni untuk memajukan pH tanah, disini bagian Mg dalam dolomit sungguh berperan.

Dolomit juga mampu dipakai pada industri cat selaku pengisi (filler), industri kaca, plastik, kertas, materi pembuat semen, sorel, sea water magnesia, industri alkali, pembersih air, industri ban, plywood, industri obat-obatan maupun kosmetik, gabungan kuliner ternak, industri keramik, serta materi penggosok (abrasive).
Sumber https://www.geologinesia.com/


EmoticonEmoticon