Sabtu, 06 Februari 2021

Geologi Regional Cekungan Barito ; Fisiografi, Stratigrafi, Struktur, Dan Sejarah Geologinya

Fisiografi Cekungan Barito

Pulau Kalimantan terletak di sebelah tenggara lempeng Eurasia, sebelah utara memiliki batas dengan Laut Cina Selatan, sebelah timur berbatasan dengan sabuk aktif Filipina, dan sebelah selatan memiliki batas dengan Busur Banda dan Sunda, serta bab barat berbatasan dengan Paparan Sunda dan Semenanjung Malaya.

Cekungan Barito merupakan cekungan berumur Tersier yang terletak di bab tenggara Schwaner Shield di tempat Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi Pegunungan Meratus pada bagian timur dan pada bab utaranya berbatasan dengan Cekungan Kutai. Cekungan Barito pada bagian selatan dibatasi Laut Jawa dan bab barat dibatasi oleh Paparan Sunda (Kusuma dan Nafi, 1986).

Cekungan Barito tergolong didalamnya Meratus Range yang dicirikan dengan endapan berumur Paleogen yang berisikan batupasir kuarsa, konglomerat, serpih, batulempung, lapisan batubara dan pada bagian atasnya berupa napal dan batugamping yang telah mengalami perlipatan dan pensesaran secara intensif pada kiamat Tersier (Van Bemmelen, 1949).

Stratigrafi Cekungan Barito

Secara biasa sedimentasi di Cekungan Barito merupakan sebuah daur lengkap sedimentasi yang terdiri dari seri transgresi dan regresi. Fase transgresi terjadi pada abad Eosen – Miosen Awal dan dibarengi dengan pengendapan Formasi Tanjung dan Berai, sedangkan fase regresi berjalan pada kala Miosen Tengah hingga Pliosen berbarengan dengan diendapkannya Formasi Warukin dan Dahor ( Kusuma dan Nafi, 1986). Menurut Sikumbang dan Heryanto (1987), urutan stratigrafi Cekungan Barito dari tua ke muda yaitu sebagai berikut :

Batuan Alas

Batuan ganjal ini berumur pra - Tersier dan ialah batuan dasar dari batuan-batuan Tersier. Komposisinya terdiri dari beberapa batuan, yakni lava andesit, batugamping klastik dan konglomerat polimik.

Formasi Tanjung

Formasi Tanjung diendapkan secara tidak selaras di atas batuan pra–Tersier. Formasi ini dibagi menjadi dua anggota, dari bau tanah ke muda adalah:

  • Tanjung Bawah, berisikan konglomerat, batupasir, batubara selaku hasil endapan pantai–paralik.
  • Tanjung Atas, terdiri dari batulempung, napal, dan batugamping fosilan yang merupakan endapan bahari dangkal.

Formasi Tanjung berumur Eosen. Formasi Tanjung mempunyai ketebalan 1300 m dengan lingkungan pengendapan paralik – delta – laut dangkal. Formasi Tanjung pertama kali didapatkan di kampung Tanjung, penyebarannya meliputi kawasan Kambitu, Tanjung, Panaan dan Manunggal di kawasan Tanjung Raya. Fosil penanda Formasi Tanjung ialah Discocyclina sp, Nummulites djogjakartae, Nummulites pengaronensis dan Sigmoilina personata.

Formasi Berai

Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Tanjung. Formasi Berai dibagi menjadi tiga anggota, dari tua ke muda yaitu:
  • Berai Bawah, merupakan selang-seling batugamping, batulempung dan napal. 
  • Berai Tengah, ialah batugamping masif. 
  • Berai Atas, ialah selang-seling serpih, batulanau dan batugamping dengan sisipan tipis batubara. 

Formasi Berai berumur Oligosen – Miosen Awal. Formasi Berai mempunyai ketebalan 1250 m dengan lingkungan pengendapannya laguna dan maritim dangkal. Formasi Berai pertama kali didapatkan di Gunung Berai dan penyebarannya meliputi seluruh daerah Cekungan Barito. Fosil penanda Formasi Berai ialah Heterosgina borneoensis, Nummulites fichtel, dan Spyroclypeus leupoldi.

Formasi Warukin

Formasi Warukin terletak selaras di atas Formasi Berai. Formasi Warukin berisikan tiga anggota, dari renta ke muda adalah:
  • Warukin Bawah, merupakan selang-seling napal, batugamping, serpih, dan serpih gampingan. 
  • Warukin Tengah, terdiri dari napal, lanau, lempung dan lapisan pasir tipis dengan sisipan batubara. 
  • Warukin Atas, terdiri dari batubara dengan sisipan lempung karbonat dan batupasir. 

Formasi Warukin berumur Miosen Awal – Miosen Akhir. Formasi ini memiliki ketebalan 300 – 500 m dengan lingkungan pengendapan paralik - delta. Formasi Warukin pertama kali didapatkan di desa Warukin, Tanjung Raya Kalimantan Selatan. Penyebaran deretan ini mencakup seluruh Cekungan Barito. Fosil penanda Heterosgina sp, Lepidocyclina sp dan Spyroclypeus leupoldi.

Formasi Dahor

Formasi Dahor diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Warukin. Formasi ini tersusun oleh batupasir kuarsa putih kurang padat, sebagian berbentukpasir lepas, bersisipan lempung, lanau bubuk-abu, lignit dan limonit. Di beberapa lokasi didapatkan sisipan kerakal kuarsa, kerakal batuan beku bersifat granitis dan batuan metasedimen. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Akhir hingga Pliosen dengan lingkungan pengendapan paralik. Formasi ini mempunyai ketebalan 300 m. Formasi Dahor pertama kali didapatkan di kampung Dahor dan penyebarannya ke arah timur dan barat. Susunan stratigrafi Cekungan Barito secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar dibawah (kanan).

Pulau Kalimantan terletak di sebelah tenggara lempeng Eurasia Geologi Regional Cekungan Barito ; Fisiografi, Stratigrafi, Struktur, dan Sejarah Geologinya
Gambar (kiri) Tectonic Setting Kalimantan, (kanan) Kolom Stratigrafi Cekungan Barito (Satyana et al,1999 dalam Darman dan Sidi, 2000, penyesuaian).

Struktur Geologi Cekungan Barito

Tektonik Cekungan Barito merupakan bab dari konfigurasi tektonik Kalimantan yang terdiri dari gaya regangan pada selesai Kapur – permulaan Miosen (fase syn and post-rifting) dan gaya tekanan pada Plio – Plistosen yang menciptakan struktur patahan dan lipatan. Struktur yang berkembang dalam pembentukan Cekungan Barito ada 2 jenis :
  • Tensional, sinistral shear, dengan arah relatif barat bahari- tenggara (NW – SE). 
  • Transpesional, merupakan konvergen sehingga mengalami uplift, dan lalu mengalami reaktifasi dan mengalami invert struktur yang tua, sehingga menghasilkan wrenching, pensesaran, dan perlipatan. 

Setting tektonik secara biasa terjadi pada arah timur bahari (NNE) Cekungan Barito, dengan struktur yang intensif berarah sejajar barat daya – timur maritim (SSW-NNE) membentuk struktur lipatan mengelilingi pegunungan Meratus dan dipengaruhi oleh sesar naik dengan dip yang curam. Adanya sesar wrench utama, memberikan adanya indikasi drag atau sesar pada lipatan dan bekas sesar naik. Pada bab barat dan selatan Cekungan Barito umumnya sedikit diatur oleh tektonik lempeng sehingga tidak memberikan bentuk deformasi struktur (Darman dan Sidi, 2000).

Dengan demikian struktur geologi regional secara umum yang terdapat di Cekungan Barito adalah lipatan dan patahan yang terjadi pada batuan Tersier. Lipatan kebanyakan berarah timurlaut – barat daya. Sesar yang terdapat di daerah ini berarah barat maritim – tenggara dan timur laut – barat daya. Sesar yang ada berbentuksesar naik dan sesar geser.

Sejarah Geologi Cekungan Barito

Cekungan Barito adalah cekungan asimetri, terbentuk di kawasan foredeep pada bab timur dan sebuah platform berdekatan dengan Schwaner atau Shield Kalimantan Barat. Cekungan Barito mulai terbentuk pada final Kapur, serentak dengan tumbukan antara Paternosfer dengan SW Borneo microcontinent (Satyana, 1999 dalam Darman dan Sidi, 2000).

Pada awal zaman Tersier terjadi deformasi selaku akibat dari kejadian tektonik oblique convergence dengan arah barat laut – tenggara (NW – SE). Kemudian terbentuk rekahan dan berubah menjadi accomodation space untuk sedimen produk alluvial fan dan lakustrin yang merupakan anggota Formasi Tanjung bawah. Pada awal pertengahan Eosen, selaku hasil tamat dari transgresi, rift atau rekahan tersebut berubah menjadi fluviodeltaic dan pada hasilnya menjadi lingkungan marine, yang semuanya merupakan hasil transgresi selama proses deposisi Formasi Tanjung bab tengah. Pada Kala awal Oligosen-Eosen final terjadi transgresi, sehingga terjadi genang laut. Akibatnya diendapkan shale marine dari bab Formasi Tanjung bab atas.

Setelah terjadi regresi pada pertengahan Oligosen, Cekungan Barito mengalami sagging, alasannya terjadi transgresi lagi. Pada Kala Oligosen final, terjadi pengendapan platform carbonate, merupakan anggota Formasi Berai. Sedimen karbonat kemudian mengalami deposisi lagi pada era permulaan Miosen, ketika deposisi rampung, material sedimen klastik mengalami deposisi dari bab barat.

Selama Miosen, terjadi sea level drop sampai kemudian Schwaner Core dan Pegunungan Meratus mengalami uplift. Material sedimen klastik berasal dari proses deposisi ke arah bagian timur, dan progadasi sedimen produk dari delta yang ialah anggota Formasi Warukin. Pada Miosen akhir, Pegunungan Meratus timbul kembali, dibarengi oleh adanya kejadian penurunan cekungan (subsidence) sehingga terjadi proses deposisi sedimen, yang ialah Formasi Warukin. Pegunungan Meratus kemudian mengalami uplift lagi hingga era Pleistosen, dan diendapkan produk batuan sedimen molasic-deltaic, ialah Formasi Dahor pada abad Pliosen. Proses tektonik dan deposisi tetap berlangsung hingga sekarang (Darman dan Sidi, 2000).

Referensi : Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Vol.1A, 2nd, Batavia, Netherland, 732 hal. Kusuma, M.I., dan Nafi, A.N., 1986, Prospek hidrokarbon Formasi Warukin di Cekungan Barito Kalimantan, Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Tahunan XIV IAGI, Jakarta, hal 105-124. Darman, H., dan Sidi, F.H., 2000, An Outline Of The Geology Of Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Jakarta, 181 hal. Sikumbang, N. dan Heryanto, R., 1987, Laporan Geologi Lembar Banjarmasin Kalimantan Selatan, Proyek Pemetaan Geologi dan Interpretasi Foto Udara, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Sumber https://www.geologinesia.com/


EmoticonEmoticon