Kamis, 25 Maret 2021

Rancangan Block Model Dan Basis Data

Konsep Block Model dan Basis Data - Suatu pekerjaan yang penting dan besar tanggung jawabnya dalam menganalisa suatu proyek pertambangan ialah penaksiran cadangan. Seluruh keputusan teknis sungguh tergantung pada pekerjaan tersebut. Penaksiran cadangan menciptakan sebuah taksiran.

Model cadangan yang dibentuk merupakan pendekatan dari kenyataan dan menurut berita yang dimiliki, serta masih mengandung ketidakpastian. Suatu taksiran cadangan harus mencerminkan secara tepat keadaan geologis dan huruf/sifat mineralisasi, serta sesuai dengan tujuan penilaian. Penaksiran cadangan ini penting sebab :
  1. Memberikan taksiran kuantitas (tonase) dan kualitas (kadar) cadangan bijih,
  2. Memberikan asumsi bentuk tiga dimensi cadangan bijih dan distribusi ruang dari kadarnya,
  3. Menberikan jumlah cadangan untuk memilih umur tambang,
  4. Sebagai batasan acara penambangan yang dibentuk menurut taksiran cadangan.

Konsep Blok Model pada Penaksiran Cadangan

Penaksiran cadangan menghasilkan sebuah taksiran. Model cadangan yang dibuat ialah pendekatan dari kenyataan dan menurut informasi yang dimiliki, serta masih mengandung ketidakpastian. Suatu taksiran cadangan harus merefleksikan secara sempurna kondisi geologis dan aksara/sifat mineralisasi, serta sesuai dengan tujuan evaluasi.

Suatu model cadangan bijih yang mau dipakai untuk perancangan tambang mesti konsisten dengan tata cara penambangan dan teknik penyusunan rencana tambang yang akan dipraktekkan. Taksiran yang bagus harus didasarkan pada data aktual yang dimasak secara obyektif. Keputusan dipakai atau tidaknya suatu data penaksiran harus diambil dengan fatwa yang terang dan konsisten. Pembobotan data yang berlainan harus dikerjakan dengan dasar yang berpengaruh. Metode penaksiran yang dipakai mesti menunjukkan hasil yang mampu diujiulang atau verifikasi.

Tahapan pertama sehabis penaksiran cadangan final dilakukan adalah mengusut taksiran kadar blok ialah menggunakan data pemboran (komposit atau assay) yang ada di sekitarnya. Setelah penambangan dimulai, taksiran kadar dari model cadangan harus dicek ulang dengan kadar dan tonase hasil penambangan yang bekerjsama.

Pada artikel ini akan dibahas perihal Konsep Block Model dan Basis Data Komputer. Basis data komputer dibedakan menjadi dua yaitu basis data assay dan basis data komposit. Cara mengkompositkan data assay ialah aspek yang penting dalam pengerjaan basis data. Selanjutnya akan dibahas mekanisme pemodelan sumberdaya mulai dari pendapatan data sampai pemodelan geologi endapan mineral.

Komputer Sebagai Basis Data Block Model

Penggunaan komputer sungguh membantu pemodelan sumberdaya dalam pembuatan, klasifikasi, dan interpretasi data. Data biasanya diperoleh dari populasi cebakan bijih dengan cara pengeboran, surface/grab sampling, tunnel sampling, stope sampling, dan lain-lain. Tahapan pertama permodelan yaitu merencanakan basis data komputer yang bersih.

Pembuatan basis data komputer memerlukan waktu yang cukup lama. Pengecekan data dimulai sesudah semua data dimasukkan ke dalam komputer. Selain data assay dan data geologi dari setiap lubang bor, perlu dicek pula koordinat collar dan data survey lubang bor. Basis data komputer mencakup pengerjaan basis data assay dan basis data komposit. Basis data assay ialah berita kadar sampel dari hasil aktivitas eksplorasi. Secara umum basis data berisikan :
  • Koordinat (northing, easting, elevasi dari lisan lubang bor atau collar),
  • Titik awal (from) dan tamat (to) assay setiap interval kedalaman lubang bor,
  • Panjang (interval) assay, dan
  • Peubah (variable) ; dalam basis data misalnya kadar tembaga (Cu), kadar emas (Au), kadar perak (Ag), jenis batuan, densitas (density), jenis (type) data. Jenis data contohnya sampel dari pengeboran, sampel dari permukaan, sampel dari terowongan atau tunnel/adit, sampel dari lombong (stope).

Pembuatan basis data komposit bermaksud untuk menyamakan selang (interval) data sehingga memiliki volume (support) yang serupa. Komposit ialah rataan berbobot data pada selang tertentu. Basis data komposit untuk permodelan sumberdaya mineral mempunyai peubah-peubah yang hampir sama dengan basis data assay. Gambar 1b di bawah menawarkan kadar assay dan prinsip perkiraan komposit.

Permodelan dan penaksiran sumberdaya mineral secara komputer didasarkan pada kerangka model blok. Ukuran blok merupakan fungsi geometri mineralisasi di tempat telitian dan tata cara penambangan yang hendak dipakai. Sketsa model blok 3D mampu dilihat pada gambar di bawah.

Biasanya permodelan sumberdaya memiliki batas koordinat: ke arah utara misal 0 N – 1300 N, ke arah timur misal 150 E – 600 E, dan ketinggian misal 1075 m – 1400 m. Gambar di bawah merupakan pola ukuran blok (10 x 2 X 5) m berturut-turut ke arah utara, timur dan vertikal selaku satuan penambangan terkecil (smallest mining unit).

 Suatu pekerjaan yang penting dan besar tanggung jawabnya dalam mengevaluasi suatu proyek  Konsep Block Model dan Basis Data
Gambar. (a) pola blok model 3D, (b) teladan prinsip perhitungan komposit,
(c) teladan ukuran blok model.

Peubah (variable) yang dibutuhkan untuk permodelan yakni topografi kawasan penelitian (topo), gosip geologi, kadar mineral, jenis batuan (rock), massa jenis (density), persentase blok sebagai bab bijih (%ore), tonase setiap blok, jumlah minimum komposit. Model cadangan bijih menjadi akurat kalau mewakili keadaan geologi dan karakter dari mineralisasi. Zone geologi yang berlawanan harus dimodelkan secara akurat.

Referensi:
Adisoma, G.S., S. Waterman (2001), Reserve modeling for mining geology, Short Course, Indonesian Association of Geologist-GEOSEA 2001, 30th Annual Conference-10th Regional Congress, Yogyakarta, September, 1-87.
Cottle, J.W., C.J. Davey (1983), Computerized deposit modelling, volumetrics, and production scheduling, Computers in Mining Symposium, The Aust.I.M.M. Southern Queensland Branch, May, 111-115.
Hustrulid, W., M. Kuchta (1995), Open Pit Mine Planning and Design, Volume 1 Fundamental, A.A. Balkema/Roterdam/Brookfield, 212-248.
Kotzé, A.P.L., J.A.V.D.Westhuizen, W.C. Pienaar (1986), An Approach to computer aided opencast mine rencana, The Planning and Operation of Open-pit and Strip Mines, J.P.Deetlefs, Editor, Johannesberg, SAIMM, 37-45.
Sumber https://www.geologinesia.com/

Rabu, 24 Maret 2021

Sekilas Perihal Serpentin Selaku Hasil Alterasi Olivin

Apa itu Serpentin?

Perlu diketahui bareng bahwa serpentin intinya bukan sebuah nama mineral tunggal. Sebaliknya, nama serpentin dipakai untuk mendefinisikan sekelompok besar mineral yang sesuai dengan formula yaitu: (X)2-3(Y)2(O)5(OH)4

Pada formula diatas, X mampu merupakan salah satu dari logam aluminium, magnesium, besi, seng, nikel, ataupun mangan. Sedangkan Y akan menjadi aluminium, silikon, maupun besi. Dengan demikian formula umum yang sesuai adalah Seperti berikut ini:
(Mg, Fe, Ni, Mn, Zn)2-3(Si, Al, Fe)2(O)5(OH)4

Antigorit, chrysotil, dan lizardit ialah 3 mineral primer dari serpentin. Tetapi perlu dimengerti ada masih banyak mineral serpentin lainnya, dimana sebagian besarnya merupakan mineral jarang (rare mineral).

Kelompok (group) mineral serpentine mempunyai sifat fisik yang serupa dan terbentuk oleh proses yang seperti pula. Di dalam batuan, mineral-mineral serpentin akan sering muncul dalam bentuk gabungan butiran halus, dan bisanya cukup susah untuk dibedakan. Ahli geologi umumnya menyebut material ini dengan sebutan "serpentin" untuk mempersempit pendiskripsian nama mineral.

Terbentuknya Serpentin dari Olivin

Mineral serpentin mampu terbentuk dimana dunit, peridotit, dan batuan ultramafik yang lain mengalami metamorfisme hidrotermal. Selama proses metamorfisme hidrotermal, mineral olivin dan piroksen dapat diubah ataupun digantikan oleh mineral serpentin.

Pada kondisi yang demikian serpentin akan berubah menjadi mineral lattic dengan komposisi H, Mg Si, O yang terbentuk oleh proses alterasi hidrotermal dari mineral FerroMagnesian (Fe, Mg) mirip olivin, piroksen, amphibol. Mg serpentin murni bercampur dengan air kristal kurang lebih 12,9 % pada temperatur tinggi +800 derajat celcius.

Pada kenyataannya serpentin dapat dilihat sebagai replacement produk dari mineral utama dan terbentuk sebagai pseudomorph yang terendapakan pada kekar/rekahan dan batuan terbuka lainnya, juga dapat terbentuk dalam massa yang sungguh besar/luas. Serpentin ialah salah satu produk dari alterasi hidrotermal olivin. Serpentin dapat di bagi menjadi 3 bentuk, yakni :
  1. Pada kondisi statis, terbentuk fibrous chrysotile
  2. Pada keadaan tekanan, terbentuk flaky antigorite
  3. Pada kondisi niscaya, terbentuk structureless serpophite

Alterasi olivin umumnya dimulai disepanjang kekar-kekar yang acak di dalam kristal, dimana kristal utama teralterasi dan tergantikan menjadi pseudomorph sebagai hasil/produk alterasi. Batuan yang tersenpentinitkan biasanya lebih bersifat magnetik.

 Perlu diketahui bersama bahwa serpentin pada dasarnya bukan sebuah nama mineral tunggal Sekilas Tentang Serpentin Sebagai Hasil Alterasi Olivin
Serpentinisasi batuan ultramafik (dunit).

Syarat-syarat terjadinya serpentinisasi dari olivin diantara yaitu ; Besarnya penambahan air, Pencucian (leaching) dari magnesia (atau penambahan silika), Pelepasan komponen besi (Mg, Fe) di dalam olivin, dan Perbandingan pelepasan besi dari ferrous menjadi bab dari ferric membentuk magnetit berbutir halus.

Pada air silika bebas, olivin terubah menjadi serpentin pada temperature antara 200-5000 C. Di atas 5000 C olivin tidak akan terubah menjadi serpentin tetapi akan berubah menjadi mineral lain seperti 200-5000 C Olivin – Serpentin, 500-6250 C Olivin – Talc, 625-8000 C Olivin – Enstatite – Talc, > 8000 C Olivin – Enstatite (piroksen).
Sumber https://www.geologinesia.com/

Mineralisasi Dan Alterasi Pada Batuan Metamorf

Mineralisasi pada batuan metamorf sungguh mempesona untuk di pemeriksaan. Komplesitas yang mempengaruhinya merupakan sebuah tantangan tersendiri untuk memecahkan mekanisme pembentukan dan keberadaanya. Banyak faktor yang berperan untuk menciptakan mineralisasi yang bernilai irit pada batuan metamorf, diantaranya yaitu tektonik dan fasies metamorf itu sendiri. yang perlu digarisbawahi disini ialah apakah mineralisasi yang terjadi ialah produk sebelum, serempak, ataukah sesudah batuan metamorf itu terbentuk. Dibawah ini aku suguhkan suatu ringkasan hasil investigasi lapangan yang di "compile" dengan beberapa teori, meskipun sangat singkat (memikirkan privasi data perusahaan), diperlukan ini mampu menolong kita dalam mengevaluasi mineralisasi yang bernilai ekonomis pada batuan metamorf (Orogenic Minerals Deposite).

Teori Mineralisasi pada Batuan Metamorf

Sabuk metamorfik ialah tempat kompleks dimana terdapat akresi dan kolisi dan melibatkan kerak benua. Proses tektonik yang terjadimerupakan skala litosferik, keterlibatan temperatur dan tekanan, dikarenakan oleh proses magmatik pada busur depan dengan perkumpulan prisma akresi dan cekungan ekstensional pada bagian busur belakang, deformasi dan metamorfosa umumnya berasosiasi dengan magmatisme granitoid plutonik, dan pengangkatan serta erosi yang diikuti pembentukan cekungan dimana material sedimen dapat terakumulasi.

Endapan emas mampu terbentuk pada aneka macam tingkat dari evolusi orogenik, sehingga muncul sabuk metamorfik yang mengandung beragam tipe endapan yang mampu saling sejajar atau memangkas. Groves et al. (2003) membedakan endapan emas yang terbentuk pada sabuk metamorfik selama proses orogen pada fase kompresi berdasar genesa dan bentuk geometri. Tipe-tipe endapan tersebut antara lain, endapan emas orogenik, endapan emas yang berasosiasi dengan intrusi, dan endapan emas yang berasosiasi dengan logam dasar.

Mineralogi, Geokimia, dan Tatanan Tektonik

Keseluruhan Daerah observasi mempunyai litologi batuan metamorf yang terdiri atas Satuan Batuan Schist dan Satuan Batuan Gneiss. Batuan asal ini mengindikasikan sudah terjadinya akresi dan koalisi yang melibatkan kerak benua akhir kegiatan tektonik yang melibatkan temperatur dan tekanan pada skala litosferik.

Kodisi geologi di tempat observasi yang tersusun atas batuan schist dan gneiss terbentuk akibat metamorfisme regional. Terdapat kendali struktur yang kuat kepada proses mineralisasi dengan skala yang bermacam-macam. Struktur yang dijumpai di lapangan diantaranya :
  1. Patahan brittle hingga ductile dengan zona hancuran yang intensif balasan sesar regional, dan pergerakan bidang sesar geser
  2. Zona breksiasi pada batuan
  3. Zona foliasi, rekahan yang terbentuk akhir tekanan dan terisi oleh mineral silika

Berdasarkan kenampakan diatas serta aneka macam faktor geologi yang mempengaruhinya maka bentuk mineralisasi di tempat penelitian adalah Veins Filling Faults. Bentukan mineralisasi mirip ini bahwasanya sangat harapan terhadap cebakan emas, akan namun karena keterdapatannya pada skala struktur yang lokal tingkat stadia tempat yang muda, serta intensif weathering pada batuan asal menjadikan endapan emas sukar dijumpai.

Fasies Metamorf dan Alterasi Batuan Samping

Endapan emas pada batuan metamorf tentunya berkaitan dengan proses metamorfosa yang menciptakan batuan metamorf. Endapan emas di kawasan observasi berasal dari batuan asal yang terbentuk alasannya proses metamorfosa regional membentuk batuan metamorf Fasies Sekis Hijau, dimana derivite pelitiknya berasal dari batuan schist yang tercirikan oleh sekistositas sebab orientasi terpilih atau terarah dari mineral mika dan khlorit.

Di kawasan penelitian, batuan metamorf menawarkan zonasi lateral pada fase alterasi dari proksimal yang meraih skala endapan yang tidak terlalu luas. Alterasi yang mampu tampakdi daerah penelitian ialah kloritisasi (lihat gambar 1b). Diperkirakan zona alterasi terbentuk pada fase permulaan zona sesar lokal dan diatur struktur skala besar (Sesar Kolaka). Kehadiran metasomatisme alkali menjadikan proses serisitisasi sulit ditemui. Kloritisasi Klorit muncul hadir gotong royong dengan kuarsa dalam bentuk kumpulan mineral. Perkembangan mineral klorit mampu dihasilkan dari alterasi mineral mafik yang ada pada batuan asal atau dari magnesium dan besi yang ada sebelumnya.

Endapan emas di kawasan penelitian kemungkinan dicirikan dengan metode urat secara umum dikuasai kuarsa. Mineral mika dan klorit sering menjadi pengotor pada urat yang ditemukan pada batuan pembawa fasies sekis hijau. Oleh sebab dipengaruhi oleh struktur yang lokal maka sistem urat tidak terlihat pada dimensi yang besar sehingga keterdapatan cebakan emas juga hanya sedikit. Perbandingan emas dengan bijih yang terdapat pada urat dan pada batuan samping belum mampu diperoleh, karena belum dilakukan pengiriman sampel untuk analisa mineralogi. Berdasarkan megaskopis mineralogi sementara dari hasil sample stream dan "sample chips", menawarkan adanya mineral berat mirip Ilmenite, Chromite, Arsenopirit, Au, dan Pb.

Berdasarkan dari parameter diatas maka mampu digolongkan bahwa tipe dari endapan emas di daaerah observasi yakni Endapan Emas Orogenik Lokal yang terbentuk balasan kendali metamorfosa regional terhadap struktur lokal. Berdasarkan dari fasies metamorfisme batuan pembawa emas maka zona endapan emas di kawasan penelitian masuk dalam zona Mesozonal pada kedalaman 6-12 Km dengan temperatur 300-475 C (lihat gambar 1d).

Mineralisasi pada batuan metamorf sangat menarik untuk di investigasi Mineralisasi dan Alterasi pada Batuan Metamorf
Gambar 1. Penyelidikan endapan emas orogenik, (a) foliasi schist, (b) batuan fasies sekis hijau,
(c) pan concentrate, (d) zona endapan emas orogenik, Gebre Mariam et al, 1995).

Berdasarkan dari hasil survey peluangemas metamorfik di tempat observasi maka diperoleh kesimpulan selaku berikut :
  1. Litologi penyusun daerah penelitian terbagi atas 2 satuan batuan yaitu Satuan Batuan Schist dan Satuan Batuan Gneiss. Struktur Geologi yang meningkat di daerah observasi terdiri atas Struktur Sesar Normal, Sesar Geser, dan Lipatan.
  2. Ditemukan zona mineralisasi cuma pada kawasan sepanjang sesar geser dengan arah relatif tenggara barat bahari, sepanjang sungai X. Secara megaskopis hasil sample stream sedimen dan "sample chips", endapan emas tampakdalam jumlah yang tidak terlalu signifikan. Mineral yang tampakdiantaranya ialah Ilmenite, Chromite, Arsenopirit, Au, dan Pb.
  3. Tipe endapan emas yang dijumpai ialah Endapan Emas Orogenik Lokal yang terbentuk balasan kontrol metamorfosa regional kepada struktur setempat (Sesar Geser). Fasies metamorfik yang terjadi tergolong dalam fasies sekis hijau dimana berada pada zona ”mesozonal” dengan kedalaman 6-12 Km dengan temperatur 300-475 C. Alterasi batuan samping yang mampu tampakdi kawasan observasi hanya berupa kloritisasi. Kloritisasi hadir gotong royong dengan kuarsa dalam bentuk kumpulan mineral.

Secara lazim potensi emas pada tempat ini kurang kesempatan untuk dijalankan pengcoveran daerah IUP, hal ini dikarenakan tipe emas mirip ini cenderung mempunyai deposit yang elok pada kendali struktur yang regional. Sedangkan di daerah observasi kontrol struktur yang terjadi cuma bersifat setempat. Untuk harapan tambang berukuran menengah sampai tinggi, lahan ini tidak di rekomendasikan. Perlu dikerjakan penelusuran lahan yang sekiranya lebih erat dengan jalur stuktur regional dengan jenis batuan metamorf yang bertekstur schistose, dimana keduanya ini sangat mempengaruhi keterdapatan endapan emas metamorfik yang lebih prospek.
Sumber https://www.geologinesia.com/

Selasa, 23 Maret 2021

Cara Menjumlah Sumberdaya Nikel Laterit

Banyak jalan menuju ke Roma dalam melakukan perhitungan cadangan maupun sumberdaya nikel laterit kalau kita belum mampu menggunakan software-software perhitungan sumberdaya (Surpac, Surfer, Rockworks, Minescape, dan lain-lain), selain itu perkiraan dengan menggunakan softwere membutuhkan waktu yang cukup usang untuk bisa sampai merilis data sumberdaya sebuah area. Oleh karena itu, cara manual mampu kita tempuh dengan melakukan perhitungan yang lebih sederhana, cepat, dan presisi (risikonya tidak jauh berlawanan dengan menggunakan softwere). Disini dibutuhkan Anda sudah paham apa perbedaan cadangan dan sumberdaya. Inilah menjadi dasar tulisan ini diberi judul perkiraan sumberdaya, bukannya cara mengkalkulasikan cadangan nikel laterit.

Metode Perhitungan Sumberdaya Nikel

Ada 3 metode yang mampu kita gunakan untuk menghasilkan data sumberdaya, yaitu metode Macro ( perorangan holes ), Voronoi, dan V&D (untuk tutorialnya akan aku jelaskan pada posting berikutnya). Dibawah ini saya akan menghidangkan ringkasan perbedaan perkiraan sumberdaya dengan memakai ketiga sistem tersebut, keunggulan dan kekurangannya silahkan dianalisa, kritik dan usulan untuk pengembangan metode ini silahkan diungkapkan.

Setelah dijalankan analisa data kepada mekanisme tata cara Macro/individual holes dalam perhitungan sumberdaya nikel laterit maka dapat dibilang bahwa tata cara ini memproses perkiraan berdasarkan area efek secara individual holes pada keadaan konstanta perkiraan yang ideal, lihat perbandingan dibawah ini :

Dibuat spreadsheet dalam keadaan ideal, dimana menggunakan 4 titik (4 hole) ketimbang perhitungan blok kubus. Dimana dibuat konstanta OT (ore thickness), WTF (wet tonnage factor/wet density), area efek, dan elevasi yang serupa. Dari hasil perbandingan tersebut (tonnage blok kubus =68,000 mT & Macro = 68,184 mT) dapat tampaktingkat akurasi macro yaitu 99.7% kalau dalam kondisi ideal.

Dibuat spreadsheet dalam kondisi dimana memakai 4 titik (4 hole), dimana dibuat konstanta 1 buah titik (hole) mempunyai internal waste, sedangkan WTF, area efek, dan elevasinya sama. Dari hasil perbandingan tersebut (tonnage Kubus = 127,500 mT dan Macro = 127,845 mT) dapat terlihat tingkat akurasi Macro masih berada di 99.7% pada kondisi adanya internal waste. Mengacu pada hasil tersebut, dapat disiumpulkan bahwa yang sungguh berperan dalam versi tersebut yaitu elevasi dan ore thickness (OT).

Banyak jalan menuju ke Roma dalam melakukan perhitungan cadangan maupun sumberdaya nikel l Cara Menghitung Sumberdaya Nikel Laterit
Gambar blok kubus dengan konstanta kompleks.
Gambar diatas menawarkan bahwa kondisi Titik A1 dan A2 yang berbeda baik elevasi maupun OT nya, sehingga diperoleh beberapa bangun/kubus yang mesti dijumlah sedetail mungkin untuk menemukan akurasi perhitungan sumberdaya yang presisi.

Berdasarkan hat tersebut, dibutuhkan geology factor (GF) untuk memperbesar tingkat akurasi perkiraan. Besarnya geology factor mampu ditemukan dengan menghitung rata-rata prosentase dari selisih perhitungan volume pada block versi sederhana yang dibuat oleh surpac kepada tata cara macro pada beberapa keadaan ekstrim seperti OT pada 2 titik yg berlawanan, pada 2 titik dimana salah satu titik mengandung internal waste dan elevasi yang berlainan atau bahkan pada kondisi ekstrim dengan sudut kemiringan tertentu.

Yang dimaksud dengan perbandingan disini adalah dengan menggunakan sistem macro/perorangan hole selaku sumber data untuk mengkalkulasikan sumberdaya nikel laterit disebandingkan dengan metode Voronoi dan sistem Voronoi+Digitasi (V&D) biar tidak terjadi over perhitungan ROM yang biasa terjadi pada metode Macro. Dari perhitungan ke tiga metode diatas dengan menggunakan data bor maka diperoleh perbedaan perhitungan sumberdaya, jadinya mampu dilihat selaku berikut :

Contoh Perhitungan Sumberdaya Nikel pada Blok Andromeda

Dari 8 hole di Blok Andromeda diperoleh 6 hole merupakan harapan ore. Pendiskripsian hole-hole yang harapan ini telah pasti dengan memperhatikan striping ratio (SR), OT dan Average Ni (avg Ni). Hole yang dianggap tidak harapan akan dikesampingkan dari perhitungan ini. Dengan kata lain, jika ingin mengenali sumberdaya hipotetik maka pengolahan data seluruh hole mampu dilakukan tanpa memperhatikan SR, OT, dan Avg Ni. Tetapi bila kita harapkan perhitungan yang lebih spesifik maka tata cara inilah yang mesti digunakan (pahami pengertian dan macam-macam penjabaran sumberdaya).

Dari evaluasi ini akan diperoleh Luas Area Pengaruh (LAP) dari Hole-hole yang kesempatan tersebut. Sedangkan Metode V&D diperoleh dengan cara melaksanakan digitasi kembali area pengaruh sesuai dengan interpretasi geology dengan memperhatikan sebaran OT yang dihasilkan dari distribusi secara lateral hasil eksekusi macro. Diperoleh sumberdaya Blok Andromeda : Metode Macro = 133,671.81, Metode Voronoi = 181,441.14, Metode V&D = 161,546.10

Dapat dilihat bahwa nilai pada metode Voronoi condong lebih besar, hal ini dikarenakan Luas Area Pengaruh (LAP) pada sistem ini lebih besar dibandingkan dengan luas area dampak pada metode Macro. Kondisi ini sudah pasti besar lengan berkuasa pada Metode V&D akan namun sistem V&D nilainya masih berada dibawah sistem Voronoi karena adanya interpretasi (Koreksi Luas Area Pengaruh). Dapat dibilang bahwa sistem Voronoi cocok dipakai pada data dengan spasi pemboran yang lebih spesifik mirip spasi 25m atau spasi 12.5m. Pada spasi pemboran yang random akan lebih efektif kalau menggunakan tata cara macro yang cenderung menurut individual holes area efek dengan spasi konstan yang bisa dibentuk pada ketika melaksanakan macro (misalnya spasi 50m maka LAP nya akan berada pada 50x50m).

Perhitungan Sumberdaya Nikel pada Block Orion

Dasar penghitungan sama dengan di Blok Andromeda dengan COG 1.8% Ni, dimana pada blok ini diperoleh 3 zona ore yang terpisah, diperoleh hasil sebagai berikut : Metode Macro = 687,233.16 mT, Metode Voronoi = 832,601.75 mT, Metode V&D = 604,190.92 mT.

Dari review diatas diperoleh bahwa metode V&D lebih kecil dari 2 metode lainnya. Dapat dilihat bahwa tata cara ini mungkin akan lebih cocok digunakan pada spasi pemboran 50m dimana secara tidak langsung terjadi penggabungan sistem Macro dan Voronoi. Metode macro sangat sulit untuk mencari area pengaruh pada titik pemboran yang berada dibawah spasi 50m tetapi tidak sejajar (titik pemboran yg acak ada yg jarak 50m, 40m, 30m dsb), sehingga diperlukan sistem voronoi untuk mencari statistik Luas Area Pengaruh (LAP). Sedangkan Metode Voronoi masih tetap tidak konsisten pada spasi 50m khususnya pada hole-hole terluar yang nantinya LAP nya akan membesar.

Total sumberdaya nikel laterit pada kedua Blok tersebut diatas berdasarkan 3 Metode yakni Metode Macro = 820,904.97 mT, Metode Voronoi = 1,014,042.89 mT, Metode V&D = 765,732.02 mT. Pada metode Macro jikalau ingin dikerjakan perkiraan sumberdaya yang lebih spesifik atau lebih dari sekedar sumberdaya hipotetik maka diperlukan orientasi hole-hole prospek yang menyanggupi aspek SR, OT, dan Avg Ni. Menggunakan Metode Voronoi pada spasi pemboran 50m ke atas akan menimbulkan Luas Area Pengaruh (LAP) terutama pada hole-hole terluar dari Boundary menjadi lebih luas. Hal ini akan menyebabkan over perhitungan. Untuk menangani hal ini perlu dijalankan Metode penggabungan (tata cara V&D).

Sumberdaya keseluruhan tiap metode pada Blok Andromeda dan Blok Orion bisa ketimbang perhitungan menggunakan Surpac untuk mendapatkan Geology Factor (GF) dari metode ini. Perbandingan mesti dikerjakan dengan syarat validasi data bor yang sama baik COG, layer ore dan WTF yang digunakan ketika pengolahan data di Surpac. Pada risikonya dimengerti tata cara mana yang mendekati perkiraan memakai Surpac.

Tips Sebelum Melakukan Perhitungan Sumberdaya

Diperlukan interpretasi khusus pada ketika memilih hole-hole prospek baik dari sisi SR, OT, maupun avg Ni. Sebaiknya ini didiskusikan dengan estimator yang menggunakan surpac perihal citra SR, OT, maupun Ni yang kesempatan untuk ditambang, biar ditemukan parameter interpretasi yang lebih baik. Perhitungan dengan metode diatas dilakukan kalau data bor telah sungguh-sungguh tervalidasi dengan baik dan menghasilkan parameter range WTF yang tepat. Oleh alasannya adalah itu pengambilan data pada ketika ekplorasi terutama pada core recovery dan berat sample wet sangat penting diperhatikan sebab sangat besar lengan berkuasa pada perhitungan WTF dan Volume. Perhitungan tonnage OB (overburden) juga bisa dijalankan dengan metode diatas dimana pada pembuatan macro bisa ditemukan density dari OB dengan cara hanya memasukan layer OB saja, atau dengan menggunakan asumsi density biasa OB=1.6.

Update konten Perhitungan Sumberdaya Nikel: Desember 2019.
Sumber https://www.geologinesia.com/

Tekstur Vein Kuarsa Pada Sistem Epitermal

Terkadang dari teori yang bla...bla...bla...kita telah banyak tahu klasifikasi tekstur pada vein kuarsa (quartz vein textures), lengkap dengan genesanya yang begitu wah., akan tetapi kenampakan/visual masih banyak yang belum pernah melihatnya. Oleh karena itu, dibawah ini saya coba berikan gambar hand-specimen macam-macam tekstur vein/urat kuarsa pada tata cara epitermal, agar mampu membantu pada ketika kenali dilapangan.

kita sudah banyak tahu klasifikasi tekstur pada vein kuarsa  Tekstur Vein Kuarsa pada Sistem Epitermal
Gambar macam-macam tekstur pada vein kuarsa.

Di bawah ini ialah acuan macam-macam tekstur vein kuarsa yang kemungkinan besar dapat kalian temukan saat melaksanakan pemetaan geologi, yaitu:

Massive ; Istilah untuk menawarkan urat kuarsa yang memililki lebih banyak atau lebih minim kenampakan homogen pada area yang luas dan menawarkan ketidakhadiran banding, shear fracture, atau sifat yang mirip lainnya.

Crustiform ; Istilah crustiforn dianalogikan selaku crustiform-banding dideskripsi oleh Adams (1920), Lindgren (1993), dan Shaub (1934). Tekstur ini berurutan, tipis (hingga beberapa sentimeter), dan subparalel-band yang dibedakan oleh tekstur, proporsi mineral, dan/atau warna. Umumnya, banding terbentuk dari dua dinding yang retak.

Cockade ; ialah bagian dari tektur crustiform seperti yang sudah dideskripsi sebelumnya oleh Taber dalam Adams (1920) dan Spurr (1926). Pada breksi, konsentrik crustiform-grup band terdiri dari fragmen gila dari dinding batuan atau material urat permulaan sehingga menciptakan tekstur cockade.

Colloform ; Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Rogers (1917). Pada umunya, permukaan luar dari mineral atau agregat mineral yang menawarkan variasi bentuk spherical, botryodal, reniform, dan mammillary disebut colloform. Untuk mineral silika, tekstur ini mengkarakteristikan agregat kalsedon dalam grup musik yang halus. Dibawah mikroskop, kalsedon dengan tekstur colloform berupa seperti serat-serat yang tipis.

Comb ; Tekstur comb merupakan kelompok kristal kuarsa baik paralel maupun subparalel yang berorientasi perpendicular pada dinding urat, jadi bentuknya mirip sisir gerigi. Umumnya kristal memperlihatkan ukuran butir yang seragam dan berbentuk euhedral pada ujungnya.

Zonal ; Tekstur zonal memberikan alterasi yang terperinci dan zona milky dengan kristal kuarsa individu. Zona Milky diisi sarat oleh fluida atau inklusi padat dan lazimnya paralel pada pertumbuhan kristal.

Saccharoidal ; Pada sampel megaskopis, tekstur ini terlihat seperti butiran gula. Dibawah mikroskop, berlimpah kristal yang memanjang dengan bentuk subhedral, secara acak yang terdistribusi dalam matriks yang lebih kecil yang berbentuk anhedral.
Sumber https://www.geologinesia.com/

Senin, 22 Maret 2021

Standar Prosedur Eksplorasi Nikel Laterit

Banyak kekuatiran yang muncul saat seorang geologist baru pertama melaksanakan eksplorasi pada jenis mineral tertentu. Pertanyaan yang muncul sungguh beragam, seperti "apa itu mineral yang akan saya cari?", "data apa saja yang mesti aku siapkan?", "bagaimana mekanisme eksplorasinya?", "hasil selesai eksplorasinya berupa apa?", dan masih banyak lagi. Terkadang ini menciptakan seorang geologist tidak bisa tidur selama 3 hari 3 malam, bahkan sampai melakukan puasa 1 hari hanya 4 kali makan hahahahaaa..hahaa.

Berdasarkan kekuatiran terhadap keadaan hidup geologist tersebut (geologist depresi), berikut ini aku paparkan secara singkat tahapan-tahapan dalam eksplorasi mineral. Sebagai tahap awal, saya memperlihatkan kriteria prosedur eksplorasi nikel laterit (urutannya jangan dibalik ya..). Mengenai klarifikasi rinci dan bagaimana cara menemukan point-point dalam setiap tahapan tersebut, silahkan acungkan jari untuk mengajukan pertanyaan ke kolom komentar dibagian bawah blog ini.


Tahapan Melakukan Eksplorasi Nikel Laterit

Studi Literatur
Geologi Regional daerah IUP, Source rock nikel laterit, Analisa slope (lazimnya pada persen kemiringan slope <20%), Properti IUP, infrastruktur, dan keadaan keberadaan IUP lain disekitarnya, Status Hutan. Output : Peta IUP, peta geologi regional, peta evaluasi slope, peta status hutan.

Baca juga tentang: Manfaat Nikel

Mapping Geologi
Identifikasi geologi setempat daerah IUP (litologi, geomorfologi, dan struktur), Identifikasi keberadaan laterit, Pegambilan sampel yang bekerjasama dengan proses lateritisasi, Melokalisir penyebaran laterit sesuai dengan analisa pada hasil yang telah diperoleh sebelumnya (geologi setempat, sampel surface, slope, dsb). Output : Peta geologi lokal (litologi, geomorfologi, struktur), peta sebaran laterit, peta plan pengeboran hand auger.

Hand Auger / Testpit
Perencanaan titik auger sesuai dengan data penyebaran laterit, orientasi lapangan titik pengeboran hand auger, penetrasi pengeboran hingga pada zona saprolit, pengambilan sampel hand auger per 1 meter penetrasi.

Selanjutnya melakukan evaluasi kimia dan interpretasi hasil sampel pengeboran hand auger mencakup, bagaimana Ni dan Fe vs kedalaman dan karakter geokimia laterit tempat IUP (apakah low, medium – high grade, apakah ditemukan tipe limonit ore ataukah hanya saprolit ore, dsb), Melokalisir area untuk dikerjakan pengeboran inti (core drilling). Output : Grafik Ni Vs depth, grafik Fe Vs depth, peta penyebaran nikel laterit, peta plan pengeboran inti.


Pengeboran Inti
Perencanaan titik pengeboran inti, Orientasi lapangan titik pengeboran inti, Flagging DH dan pembuatan Pad, Alat pengeboran menggunakan jacro dengan sistem tripple tube, penetrasi pengeboran sampai pada zona bedrock (minimal 3 meter bedrock), block penetrasi pengeboran per 1 meter, Core recovery >90%, Melakukan logging geologi pada sampel core (identifikasi layer laterit, break geologi, mineral pembawa Ni, dsb).

Selanjutnya melakukan foto core dan preparasi sampel menurut data logging (dijalankan per break geologi – fraksinasi – homogenisasi – quartering – insert sampel QAQC – hingga menciptakan Sampel original wet yang siap dikirim ke LAB untuk dikerjakan evaluasi kimia), Resurvey DH dan topografi. Output : Peta progress pengeboran, data logging geologi core, data preparasi core dan data sample QAQC, data koordinat resurvey.

Banyak kekuatiran yang muncul saat seorang geologist baru pertama melakukan eksplorasi pad Standar Prosedur Eksplorasi Nikel Laterit
Gambar acara pengeboran nikel laterit.

Evaluasi Data Pengeboran

Evaluasi atau validasi data pengeboran dijalankan berdasarkan hasil analisa kimia sampel yang diterima dari laboratorium, berikutnya dikerjakan analisa sampel QAQC, kalau acceptable maka dilanjutkan ke tahapan validasi selanjutnya, Pada sample per break (sesuai hasil logging dan analisa kimia sample) mengkalkulasikan total wet core, total H2O, dan total dry wet.

Informasi diatas sungguh penting nantinya untuk mengenali secara general MC dan density core, mengkalkulasikan perorangan dan kumulatif fraksi. Hal ini dilaksanakan untuk mengetahui jenis ore type pada satu hole pengeboran, Menghitung recovery total material untuk mendapatkan komposisi kimia per element berdasarkan recovery core dan pembobotan.

Baca juga: Daerah Penghasil Nikel

Setelah itu, melaksanakan penentuan layer (lapisan) laterit berdasarkan nilai total material element kimia mayor (Ni, Fe, MgO, SiO2) dengan menghitung batas rata-rata batas atas, tengah, dan bawah dari rata2 nilai element mayor tersebut. Penentuan layer laterit mengacu terhadap desain supergen enrichment dengan mobilisasi element mirip MgO, SiO2, dan Fe. Secara normal layer laterit terdiri atas:
  1. Layer Limonit: komposisi Fe >30%, MgO <5%, dan SiO2 <10% (bersifat relative).
  2. Layer Saprolit: Komposisi Fe >10% <30%, MgO>5%, SiO2 >10%.
  3. Layer Bedrock: Komposisi Fe <10%, MgO >30%, SiO2 >30%.

Melakukan verifikasi layer pada diagram terner (triplot), Geostatistik (variogram, frekuensi per element, mean, dsb), Melakukan penentuan layer ore. Ore pada nikel laterit terbagi atas 2 jenis adalah limonit ore dan saprolit ore. Limonit ore memiliki arti ore berada pada lapisan limonit sedangkan saprolit ore berarti ore berada pada layer saprolit. Terkadang zona diantara ore terdapat material yang tidak masuk selaku ore yang umum kita sebut selaku internal waste.

Syarat ore per hole terdiri atas ketebalan >= 2m, Ni total >= CoG. Melakukan perkiraan sumberdaya nikel laterit secara individual holes (lazimdikerjakan pada spasi regional dan random, pada jenis sumberdaya hipotetik/exploration result). Secara lazim rumusnya : Area pengaruh x density x ketebalan ore, hasil ini dalam bentuk wmt (tonnes). Output : peta distribusi Ni, peta ketebalan ore, peta ketebalan OB, peta ore type, akhir spreadsheet, evaluasi diagram terner, variogram, profil laterit, estimasi sumberdaya.
Sumber https://www.geologinesia.com/

Arahan Kcmi Selaku Metode Pelaporan Pertambangan

KATA PENGANTAR 
1. Perkembangan dunia menuntut adanya “transparansi”, “standarisasi” dan “accountability” termasuk didalam dunia eksplorasi dan pertambangan mineral dan batubara di Indonesia. Sejalan dengan itu di beberapa pecahan dunia lain telah dikembangkan dan diberlakukan beberapa Kode yang menjadi pola dalam pelaporan hasil eksplorasi, sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara.

Di Indonesia industri pertambangan (tergolong eksplorasi) sudah meningkat dengan pesat sehingga kebutuhan akan sumber pendanaan dari bursa dan perbankan meningkat secara signifikan. Oleh risikonya seruan akan laporan eksplorasi, sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara yang kredibel disusun oleh individu yang kompeten juga meningkat. Selama ini penduduk pertambangan Indonesia menilai bahwa laporan yang kredibel yaitu laporan yang menyanggupi isyarat JORC (Australasian Code for Reporting of Exploration Results, Mineral Resources and Ore Reserves). Karena keadaan di atas, Indonesia perlu mengembangkan Kode Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumberdya Mineral dan Cadangan Bijih sendiri yang akan diacu oleh “Competent Person Indonesia”.

Kode ini diformulasikan dengan maksud untuk memutuskan standard minimum untuk pelaporan hasil eksplorasi, sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara yang tepat dengan standard internasional, biar mampu dipakai untuk menyanggupi kebutuhan pendanaan perjuangan pertambangan.

Inisiatif pengembangan tata cara pelaporan pertambangan dan “Competent Person Indonesia” oleh IAGI dimulai di akhir tahun 90?-an baik secara independen maupun melakukan pekerjaan sama dengan Bursa Efek Surabaya (sebelum bermetamorfosis Bursa Efek Indonesia) bahu-membahu dengan asosiasi profesi lainnya. Upaya ini belum pernah terwujud, sampai di tahun 2009 Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI) sebagai salah satu komisi di bawah IAGI menggerakkannya lagi. Di pihak lain PERHAPI sudah menjalin kolaborasi dengan AusIMM dalam rangka penyusunan Kode Pelaporan Pertambangan semenjak tahun 1997. Komitmen PERHAPI ini diperkuat lagi pada tahun 2007 di Sydney bareng MICA (Minerals Council of Australia). Upaya tersebut di atas mulai terwujud sejak dibentuknya Komite Bersama IAGI–PERHAPI untuk mengembangkan sistem Competent Person Indonesia dan Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih Indonesia yang disebut sebagai Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI). Surat Keputusan Bersama IAGI – Perhapi tentang hal ini dilampirkan pada bagian belakang dokumen ini. Untuk selanjutnya Kode yang disusun oleh KCMI ini dinamakan Kode KCMI.

Penyusunan Kode KCMI ini disokong pula oleh Ketua JORC (Joint Ore Reserve Committee), Australia.

PENDAHULUAN 
2. Kode ini berisikan tiga bagian utama yakni Kode itu sendiri, ungkapan-istilah penting dan definisinya, dan petunjuk. Istilah-istilah penting dan definisinya ditandai dengan karakter tebal. Petunjuk ditaruh pada masing-masing pasal Kode yang ditulis dengan aksara miring. Petunjuk dimaksudkan untuk memperlihatkan sumbangan dan instruksi kepada pembaca. Petunjuk bukan ialah bab dari Kode, tetapi harus diperhitungkan pada ketika menginterpretasi Kode ini. Kata-kata yang ditulis dengan abjad miring juga dipakai di dalam Lampiran 1 – "Istilah Umum dan Persamaannya", dan Tabel 1 – "Daftar Pengecekan untuk Kriteria Pengkajian dan Pelaporan", untuk memperjelas kedudukannya sebagai bab dari klarifikasi, dan Tabel 1 bukanlah merupakan hal yang wajib dalam penyusunan laporan.

3. Kode ini sebagian besar diadopsi dari "Australasian Code for Reporting of Exploration Results, Mineral Resources and Ore Reserves – The JORC Code – 2004 Edition". Kode ini diberlakukan bagi setiap “Competent Person Indonesia” anggota Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), dan disarankan semoga diadopsi dan tercantum dalam daftar peraturan Bursa Efek Indonesia.

RUANG LINGKUP
4. Azas-azas utama yang mengatur operasi dan penerapan dari Kode ini ialah transparansi, materiality dan kompeten. 
  • Transparansi mensyaratkan bahwa pembaca Laporan Publik disuguhi dengan berita yang cukup, penyuguhan yang jelas dan tidak memiliki arti yang membingungkan untuk mengetahui laporan dan tidak menyesatkan. 
  • Materiality mensyaratkan Laporan Publik berisikan semua info yang berhubungan yang diperlukan oleh penanam modal dan penasihat profesionalnya secara wajar, dan selayaknya diharapkan dijumpai dalam laporan tersebut, untuk kebutuhan pengambilan keputusan yang tepat dan berimbang perihal Hasil-hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral atau Cadangan Bijih yang dilaporkan.
  • Kompeten mensyaratkan bahwa Laporan Publik didasarkan pada hasil kerja yang dipertanggungjawabkan oleh seseorang yang memiliki keahlian dan terlatih pada bidangnya serta terikat oleh isyarat etik dan aturan organisasi yang menaunginya.
5. Acuan dalam Kode ini perihal Laporan Publik atau penyusunan Laporan Publik ialah untuk suatu laporan atau penyusunan laporan Hasil-hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral atau Cadangan Bijih, disiapkan untuk keperluan memperlihatkan informasi kepada penanam modal atau penanam modal memiliki potensi dan penasihat mereka. Ini meliputi sebuah laporan atau pelaporan untuk memenuhi standar-persyaratan peraturan.

Kode ini ialah standar minimum yang dibutuhkan dalam penyusunan Laporan Publik. Kode ini juga menyarankan pengadopsian Kode ini sebagai patokan minimum dalam penyusunan laporan lain. Perusahaan didorong untuk menawarkan gosip dalam Laporan Publik mereka se-komprehensif mungkin.

Kode ini berlaku untuk berita lain yang diumumkan oleh perusahaan terhadap penduduk dalam bentuk pemberitaan pada web-site perusahaan dan sumbangan keterangan singkat terhadap pemegang saham, pialang saham dan analis investasi. Kode ini juga berlaku pada laporan-laporan yang disiapkan untuk tujuan seperti diuraikan pada Pasal 5: pernyataan lingkungan; ”Information Memoranda”; Laporan Pakar, dan makalah teknis yang mengacu kepada Hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih.


Untuk perusahaan yang megeluarkan laporan tahunan singkat, atau laporan ringkas yang lain, dianjurkan untuk memasukkan semua informasi bernilai yang berkaitan dengan Hasil-hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih. Dalam perkara-perkara dimana gosip ringkas disajikan, harus dinyatakan secara jelas bahwa gosip tersebut ialah suatu rangkuman dari Laporan Publik atau penyusunan Laporan Publik yang menyanggupi aturan-hukum Kode ini, dengan sumber acuan dilampirkan.

Diketahui bahwa perusahaan-perusahaan mampu diminta untuk mempublikasikan laporan- laporan kepada lebih dari satu forum pelaksana peraturan yang berwenang, dengan patokan kepatuhan yang mungkin berlainan dengan Kode ini. Direkomendasikan bahwa laporan-laporan demikian mencantumkan suatu pernyataan yang mengingatkan terhadap pembaca ihwal situasi ini. Bilamana anggota dari PERHAPI dan IAGI diminta untuk menyampaikan laporannya terhadap forum berwenang yang lain, mereka wajib mematuhi persyaratan dari aturan forum tersebut.

Istilah "patokan peraturan" sebagaimana yang dipakai pada Pasal 5 tidak dimaksudkan untuk meliputi laporan-laporan yang dibentuk untuk forum-lembaga Pemerintahan Daerah dan Pemerintah Pusat guna menyanggupi patokan perundang-undangan, dimana penyediaan isu untuk investor lazim bukan menjadi tujuan utama. Jika laporan-laporan tersebut menjadi beredar di penduduk , maka laporan tersebut tidak akan dianggap sebagai Laporan Publik berdasarkan Kode ini (lihat juga petunjuk pada Pasal 19 dan 37).

Istilah “dokumentasi” mengacu pada Kode ini yaitu untuk dokumen internal perusahaan yang disiapkan selaku dasar, atau untuk mendukung, Laporan Publik.

Diketahui bahwa situasi ini mungkin timbul dimana dokumentasi yang disiapkan oleh “Competent Person Indonesia” untuk kebutuhan internal perusahaan atau dokumentasi untuk keperluan non-publik yang sejenis, tidak mematuhi Kode ini. Dalam suasana demikian, direkomendasikan untuk mencantumkan pernyataan yang menarik perhatian terhadap suasana di atas. Hal ini akan memperkecil kemungkinan bahwa dokumen yang “tidak mematuhi Kode ini” dipakai untuk menyusun Laporan-laporan Publik, karena Pasal 8 mensyaratkan Laporan Publik harus mencerminkan Hasil- hasil Eksplorasi, perhitungan Sumberdaya Mineral dan/atau Cadangan Bijih, dan dokumentasi pendukungnya, yang disiapkan oleh seorang “Competent Person Indonesia”.

Meskipun setiap upaya sudah dijalankan dalam Kode dan Pedoman ini untuk meliputi sebagian besar situasi yang mungkin akan ditemui dalam penyusunan Laporan Publik, tetapi mungkin masih akan terjadi keraguan perihal keterbukaan informasi yang memadai. Dalam keadaan demikian, pengguna Kode ini dan mereka yang menyusun laporan yang mematuhi Kode ini seharusnya dibimbing oleh niatnya, untuk menawarkan persyaratan minimum pada Laporan Publik, dan memutuskan laporan tersebut memiliki semua info yang diperlukan oleh investor dan penasihat profesional mereka, dan layak ditemukan dalam laporan, untuk kebutuhan pengambilan keputusan yang layak dan berimbang tentang Hasil-hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral atau Cadangan Bijih yang dilaporkan.

6. Kode ini mampu diterapkan untuk semua mineral padat, tergolong intan dan batumulia yang lain, mineral industri dan batubara, dimana Laporan Publik dari Hasil-hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih disyaratkan oleh institusi yang memerlukannya.

7. Komite Bersama IAGI – Perhapi untuk pengembangan metode Competent Person dan Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih Indonesia (KCMI) mengetahui dan menyadari bahwa peninjauan lanjut dari Kode dan Penjelasannya akan diharapkan dari waktu ke waktu.

KOMPETENSI DAN TANGGUNG JAWAB
8. Laporan Publik dari perusahaan berkenaan dengan Hasil-hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral atau Cadangan Bijih ialah tanggung jawab dari Dewan Direksi perusahaannya. Semua laporan tersebut mesti menurut, dan mencerminkan secara masuk akal info dan dokumen pendukung yang disiapkan oleh seorang atau beberapa “Competent Person Indonesia” (CPI). Sebuah perusahaan yang mempublikasikan Laporan Publik mesti memberitahukan nama atau nama-nama dari CPI tersebut, menyatakan apakah CPI itu sebagai pegawai tetap perusahaan, dan bila tidak, mesti mencantumkan nama perusahaan dimana CPI bekerja. Laporan tersebut mampu dikeluarkan dengan izin tertulis dari seorang atau beberapa CPI berkenaan dengan bentuk dan isi laporan tersebut.

Format yang sempurna dari pernyataan kepatuhan adalah selaku berikut (hapus butir-butir yang tidak terpakai):
  • Jika gosip yang dibutuhkan ada dalam isi laporan: “Informasi yang terdapat dalam laporan ini yang berafiliasi dengan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral atau Cadangan Bijih adalah didasarkan atas informasi yang dikompilasi oleh (sematkan nama CPI), yang yakni Anggota Perhapi atau IAGI yang terdaftar sebagai CPI Perhapi atau IAGI.
  • Jika isu yang disyaratkan tergolong di dalam pernyataan sebagai lampiran: “Informasi yang terdapat dalam laporan dimana pernyataan ihwal Hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral atau Cadangan Bijih dilampirkan yakni didasarkan atas berita yang dikompilasikan oleh (sematkan nama CPI), Anggota Perhapi atau IAGI yang terdaftar selaku CPI Perhapi atau IAGI.
  • Jika CPI yaitu pegawai tetap perusahaan: “(Cantumkan nama CPI) yaitu pegawai tetap perusahaan”.
  • Jika CPI adalah bukan pegawai tetap perusahaan: “(Cantumkan nama CPI) bekerja untuk (cantumkan nama perusahaannya)”.
  • Untuk semua laporan: “(Cantumkan nama CPI) mempunyai pengalaman cukup sesuai dengan tipe (style) mineralisasi dan tipe cebakan/ endapan yang sedang diperhitungkan, dan sesuai dengan kegiatan yang dia kerjakan untuk menyanggupi syarat sebagai CPI mirip yang dijelaskan dalam Kode Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih Indonesia. (Cantumkan nama CPI) menyetujui penyertaan hal-hal yang dimasukkan dalam laporan berdasarkan informasi dari yang bersangkutan dan dalam bentuk serta kondisi sesuai apa adanya.
9. Dokumen yang pertanda secara rinci Hasil-hasil Eksplorasi, perhitungan Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih, dimana Laporan Publik perihal Hasil-hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih didasarkan, harus disiapkan oleh, atau dibawah pengarahan dari, dan ditanda-tangani oleh seorang atau beberapa CPI. Dokumen tersebut mesti menawarkan citra yang masuk akal wacana Hasil-hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral atau Cadangan Bijih yang sedang dilaporkan.

10. Seorang “Competent Person Indonesia” yaitu Anggota Perhapi atau IAGI yang terdaftar selaku CPI Perhapi atau IAGI berdasarkan peraturan dari masing-masing organisasi profesi tersebut.

Seorang CPI mesti memiliki pengalaman sekurang-kurangnya lima tahun dalam bidang yang tepat dengan bentuk mineralisasi dan jenis cebakan yang sedang diperhitungkan dan sesuai dengan aktivitas yang sedang dikerjakan oleh CPI tersebut.

Apabila CPI tersebut menyusun sebuah laporan wacana Hasil-hasil Eksplorasi, maka pengalaman CPI tersebut mesti sesuai dengan bidang eksplorasi. Jika CPI tersebut sedang melaksanakan atau mengawasi acara perhitungan Sumberdaya Mineral, pengalaman CPI tersebut harus berkaitan dengan estimasi, kajian, dan evaluasi Sumberdaya Mineral. Jika CPI tersebut sedang melaksanakan atau memantau aktivitas estimasi Cadangan Bijih, pengalaman CPI tersebut mesti berhubungan dengan estimasi, kajian, evaluasi, dan keekonomian proses ekstraksi dari Cadangan Bijih.

Kunci kualifikasi dalam definisi CPI yakni kata “berhubungan ”. Penentuan perihal “pengalaman yang berhubungan ” bisa menjadi hal sukar dan penentuan berdasar pengertian lazim (“common sense”) tetap harus dikaji. Misalnya, dalam estimasi Sumberdaya Mineral untuk mineralisasi emas type urat, pengalaman tentang “high nugget”, tipe mineralisasi berupa urat mirip urat timah, uranium, dll mungkin akan relevan, sebaliknya pengalaman dalam cebakan logam dasar yang bersifat masif mungkin tidak berkaitan.

Sebagai pola kedua, untuk mampu dinyatakan sebagai CPI dalam estimasi Cadangan Bijih untuk cebakan emas aluvial, diperlukan pengalaman yang mencukupi (mungkin paling kurang lima tahun) dalam penilaian dan ekstraksi secara irit dari jenis mineralisasi tersebut. Hal ini dikarenakan kharakteristik emas yang khas dalam tata cara aluvial, ukuran partikel dari sedimen sarang-nya yang khas, dan kadar yang rendah. Pengalaman dengan cebakan “placer” yang mengandung mineral-mineral selain emas mungkin bukan pengalaman yang cukup relevan.

Kata kunci “berkaitan” juga berarti bahwa seseorang tidak selalu memerlukan pengalaman lima tahun pada masing-masing jenis cebakan semoga mampu bertindak sebagai CPI jika orang itu mempunyai pengalaman yang relevan pada tipe-tipe cebakan lain. Sebagai acuan, seorang (katakan) dengan pengalaman 20 tahun dalam
estimasi Sumberdaya Mineral untuk aneka macam jenis cebakan logam yang berasosiasi dengan batuan beku mungkin tidak membutuhkan pengalaman spesifik (katakan) pada cebakan tembaga porfiri selama lima tahun supaya orang tersebut mampu bertindak selaku CPI. Pengalaman yang berhubungan dalam tipe cebakan lain bisa diperhitungkan selaku pengalaman yang dipersyaratkan dalam kaitannya dengan cebakan tembaga porfiri.

Tambahan pengalaman selain tentang jenis mineralisasi, seorang CPI yang bertanggung jawab atas kompilasi Hasil-hasil Eksplorasi atau perhitungan Sumberdaya Mineral harus mempunyai cukup pengalaman dalam teknik-teknik pengambilan conto dan analisa laboratorium yang berhubungan dengan cebakan yang sedang dipertimbangkan, supaya menyadari problem-persoalan yang dapat mempengaruhi tingkat iman dari data. Pemahaman perihal teknik-teknik penambangan dan pengolahan yang akan digunakan pada jenis cebakan tersebut mungkin juga menjadi hal yang penting.

Sebagai contoh umum, orang-orang yang bertindak sebagai CPI harus percaya bahwa ia mampu berhadapan dengan rekan sejawatnya dan dapat mendemonstrasikan kompetensinya pada bidang komoditi, tipe cebakan, dan suasana yang sedang dihadapi. Bila terdapat keraguan, orang tersebut seharusnya minta usulan lain dari rekan seprofesi yang lebih mumpuni dalam pengetahuan dan pengalaman atau sebaiknya ia mengundurkan diri sebagai CPI.

Estimasi Sumberdaya Mineral mungkin merupakan sebuah kerja tim (misalnya, melibatkan satu orang atau tim yang mengumpulkan data, dan orang atau tim lain menyiapkan estimasinya). Estimasi Cadangan Bijih sungguh umum ialah kerja tim yang melibatkan beberapa disiplin teknis. Sangat disarankan bahwa pembagian tanggung jawab yang jelas di dalam sebuah tim, dimana masing-masing CPI dan kontribusinya harus teridentifikasi, dan tanggung jawab disepakati sesuai donasi masing-masing. Jika cuma satu CPI menandatangani dokumentasi Sumberdaya Mineral atau Cadangan Bijih, orang tersebut bertanggung jawab dan dapat mempertanggung jawabkan keseluruhan dokumen berdasarkan Kode. Sangatlah penting dalam suasana mirip ini bahwa CPI tersebut menerima keseluruhan tanggung jawab untuk suatu perhitungan Sumberdaya Mineral atau Cadangan Bijih dan semua dokumen penunjang yang disiapkan, baik secara keseluruhan atau sebagian oleh orang lain, dan yakin bahwa pekerjaan dari kontributor lain itu dapat diterima.

Keluhan-ganjalan yang timbul sehubungan dengan pekerjaan profesional dari seorang CPI akan memiliki masalah dengan aturan-aturan dan prosedur disiplin organisasi profesi dimana CPI tersebut bernaung.

Ketika perusahaan yang memiliki kepentingan di mancanegara akan melaporkan Hasil-hasil Eksplorasi, estimasi Sumberdaya Mineral atau Cadangan Bijih di Indonesia yang disiapkan oleh seseorang yang bukan Anggota dari Perhapi atau IAGI, perusahaan tersebut mesti menunjuk seorang atau beberapa CPI untuk mengambil
tangung jawab atas Hasil-hasil Eksplorasi, estimasi Sumberdaya Mineral atau Cadangan Bijih. CPI atau beberapa CPI yang melakukan aktivitas ini mesti paham bahwa mereka mendapatkan tanggung jawab sarat dalam estimasi tersebut dan dokumen pendukungnya.


11. Laporan Publik yang berhubungan dengan Hasil-hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral atau Cadangan Bijih mestinya cuma memakai ungkapan-perumpamaan yang ditetapkan dalam Gambar 1.

Istilah Faktor Pengubah didefinisikan guna memasukkan pertimbangan-usulanpenambangan, metalurgi, pembuatan, ekonomi, penjualan, hukum, lingkungan, sosial dan pemerintahan.

Gambar 1 memutuskan kerangka untuk pengklasifikasian perhitungan tonase dan kadar (mutu) untuk mencerminkan perbedaan tingkat kepercayaan geologi dan derajad perbedaan dari penilaian keteknikan dan keekonomian. Sumberdaya Mineral dapat diestimasikan khususnya oleh andal geologi menurut isu ilmu kebumian dengan beberapa masukan dari disiplin ilmu lain. Cadangan Bijih, yang ialah hasil modifikasi dari sebagian Sumberdaya Mineral Terunjuk dan Terukur (diperlihatkan di dalam kotak garis putus-putus pada Gambar 1), mensyaratkan Faktor Pengubah yang mensugesti ekstraksi, dan pada pada umumnya contoh mesti diestimasi dengan masukan dari banyak sekali disiplin ilmu.

 termasuk didalam dunia eksplorasi dan pertambangan mineral dan batubara di Indonesia Kode KCMI sebagai Sistem Pelaporan Pertambangan
Gambar 1. Hubungan antara Hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih.
Sumberdaya Mineral Terukur mampu dikonversi menjadi Cadangan Bijih Terbukti ataupun Cadangan Bijih Terkira. CPI mampu mengkonversi Sumberdaya Mineral Terukur menjadi Cadangan Bijih Terkira alasannya adalah adanya ketidak-pastian kepada beberapa atau semua Faktor pengubah yang dipakai sebagai pendapatpada dikala menkonversi Sumberdaya Mineral menjadi Cadangan Bijih. Hubungan tersebut diperlihatkan oleh garis panah putus-putus pada Gambar 1. Meskipun arah garis panah putus-putus mengandung bagian vertikal, tidak memiliki arti ada penurunan dalam level pengetahuan atau kepercayaan geologi. Pada situasi demikian Faktor Pengubah harus dijelaskan secara terang.

Sumber https://www.geologinesia.com/