Selama bulan suci Ramadhan dan menjelang Idulfitri, konsumsi buah biasanya meningkat. Tetapi adakalanya buah dalam negeri tidak menyanggupi kebutuhan dalam negeri. Karena itu, umumnya pebisnis melakukan impor buah. Nah, kelihatannya perayaan mewaspadai adanya buah impor berfomalin.
Menjamurnya buah impor bergotong-royong sangat merugikan petani dalam negeri, tetapi untuk memenuhi kebutuhan buah bagi masyarakat Indoesia masih diharapkan pasokan buah impor. Tingkat konsumsi buah masyarakat Indonesia makin meningkat, berdasarkan keperluan konsumi buah-buahan yang disarankan FAO adalah 70/kg/kapita/tahun. Sedangkan konsumsi buah-buahan rata-rata penduduk Indoensia pada tahun 2011 baru meraih 34.55 kg/kapita/tahun (Direktorat Jenderal Hortikultura 2011).
Jika daripada negara lain mirip Thailand sekitar 70 kg/kapita/tahun bahkan konsumsi masyarakatJepang yakni 95kg/kapita/tahun atau sekitar 135 persen dari nasehat FAO. Indonesia diperkirakan dapat mencapai konsumsi buah-buahan yang diusulkan FAO pada tahun 2015 sebesar 78,74 kg/kapita/tahun.Walaupun masih mempunyai kesempatan dalam meningkatkan hasil produksi buah-buahan untuk konsumsi dalam negeri, tetapi hingga saat ini, pemenuhan usul buah dalam negeri, Indonesia masih harus mengimpor buah dari banyak sekali negara seperti Australia, Amerika, Thailand, Taiwan dan negara lainnya.
Membanjirnya buah impor di pasaran dalam negeri menyebabkan bahaya nyata kepada penduduk Indonesia. Banyak didapatkan buah (terutama buah impor) yang tidak layak dikonsumsi alasannya adalah mengandung berbagai zat berbahaya, salah satunya formalin. Berdasarkan data tahun 2011, Badan Karantina Pertanian mengungkap telah menolak masuk 1000 ton buah impor sebab mengandung berbagai residu atau bahan kimia berbahaya seperti formalin dan zat perwarna lainnya.
Beberapa kejadian yang menguatkan bahwa di dalam negeri terindikasi adanya peredaran buah berformalin didapatkan di Sulawesi Selatan pada bulan Desember tahun 2012. Pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Ketahanan Pangan Daerah Regional Sulawesi Selatan mengambil sampel buah dari sejumlah swalayan di Makassar. Adapun hasil yang didapatkan dalam beberapa buah seperti kelengkeng, ternyata memakai pengawet formalin, adalah jenis zat yang dipakai sebagai pengawet jenazah dan adonan materi pengerat kayu. Sementara itu baru-gres ini, di kawasan Yogyakarta tepatnya di Kulon Progo, Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan (BKPP) menemukan buah impor berfomalin dalam anggur dan apel. Uji sampel dikerjakan dengan mengambil 10 buah impor dari pedagang di Pasar Wates dan kios-kios pedagang buah depan Stasiun Wates.
Bahaya Konsumsi Buah Berformalin
Formalin ialah komposisi zat kimia, jika dikonsumsi dan masuk kedalam tubuh insan akan menyerang protein yang terdapat dalam tubuh, mirip pada lambung. Terlebih lagi apabila formalin tersebut masuk ke tubuh dengan takaran tinggi. Jika digunakan sebagai pengawet makan dalam takaran rendah, efek formalin tidak seketika dirasakan (jangka pendek). Tetapi dalam jangka panjang bisa menimbulkan badan insan terinfeksi kanker akhir zat karsinogen yang ada di dalamnya.
Efek berbahaya formalin bagi tubuh juga ditemukan pada bahan pengawet yang sering ditemukan pada buah impor antara lain, seperti boraks, rhodamine, dan pestisida. Konsumsi dalam jumlah berlebih dan jangka panjang akan mengakibatkan mutasi genetik, kanker, dan keracunan pada alat-alat reproduksi manusia. Apabila masuk ke tubuh ibu yang sedang mengandung dan menyusui, zat ini akan mempengaruhi kemajuan perilaku pada bayi, gangguan hormonal, dan cacat lahir.
Bahaya bahan pengawet buah atau formalin tersebut dapat mengakibatkan pelajaran dan perayaan bagi para konsumen untuk senantiasa mencurigai konsumsi buah dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat selama menjalani ibadah puasa bulan Ramadhan ditambah mendekati waktu Idulfitri, banyak pelanggan yang memilih buah untuk dijadikan parcel atau kado bagi rekan atau keluarga terdekat. Selain itu, yang tidak kalah penting lagi ialah kesadaran konsumen mesti dibangun semenjak dini melalui bekal wawasan untuk mengetahui cara memilih, mengolah dan memakan buah supaya aman dimakan.
- Permukaan bagian kulit terlihat kencang dan segar meski telah berbulan-bulan dipanen maupun dipajang di swalayan, lapak/kios/pasar, namun apabila hendak dipegang buahnya terasa keras.
- Umumnya buah yang diberi formalin yakni jeruk, anggur, dan apel.
- Sementara untuk formalin pada buah yang dijual secara bertangkai, mampu ditemukan misalnya lengkeng dan anggur, dapat lebih mudah dimengerti. Jika tangkainya telah tampak layu, sementara buahnya masih sangat segar dengan anyir menyengat yang bukan amis buah, kemungkinan mengandung zat kimia berbahaya.
- Penyuntikan memakai zat pewarna mampu didapatkan pada buah yang umumnya meninggalkan bekas lubang kecil agak dalam.
- Bekas suntikan zat pewarna berada di bab ujung yang berada di tangkai buahnya.
- Zat pewarna tekstil, umumnya warna buah menjadi lebih terperinci dan meninggalkan bekas di mulut yang diberikan pada buah pir, mangga, belimbing, pisang, jeruk dan semangka.
- Kandungan lilin pada buah mampu dilihat dengan tekstur permukaan yang mengkilat, cukup dengan mengerik memakai pisau maka serbuk-serbuk putih akan berjatuhan. Serbuk juga dapat ditentukan melekat pada buah jika terbakar meleleh ataupun kulit buah menjadi lembap mirip minyak.
- Isi daging buah dilapisi lilin umumnya telah tidak segar.
Tips Memilih Buah Segar dan Sehat
- Pilihlah buah dengan penampakan yang baik, warnanya cerah atau tidak kusam, serta menunjukkan kesegaran, atau utamakan buah lokal yang sedikit terhindar dari zat berbahaya.
- Menghindari memilih buah impor dengan penampakan kulit terlalu mengkilat (kemungkinan mengandung parafin/lilin) ataupun bercak putih (kemungkinan bekas pestisida yang mengering)
- Sebelum disantap buah dicuci terlebih dulu dengan air mengalir berikutnya dikupas kulitnya utamanya buah yang berkulit tebal seperti apel, mangga dan lain sebagainya.
Masyarakat dihimbau untuk terus berhati-hati dalam mengkonsumsi buah impor, meskipun beberapa hasil temuan baik dari BPOM, IPB maupun Badan Ketahanan Pangan Daerah menunjukkan kandungan formalin dalam buah impor tersebut belum mencapai titik rawan. Konsumen mesti berilmu dan teliti dalam menentukan buah yang baik dan aman untuk disantap, ataupun memutuskan untuk mulai beralih ke buah lokal maupun organik yang tidak membahayahakan kesehatan. (*/disarikan dari pelbagai sumber).
EmoticonEmoticon